Akhirnya kami sampai pada tujuan utama kunjungan Daeng Senga Pulang Kampung, yaitu berkunjung ke AS Center di Perumahan Dosen UNHAS. AS Center adalah sebuah yayasan dari keluarga Karaeng Toto, “Aminuddin Salle Center”. Tempat ini digunakan sebagai pusat kegiatan keluarga pak professor untuk membantu anak-anak sekitar mendapatkan pendidikan luar sekolah, dan menjadi pusat kegiatan masyarakat sekitar. Senang sekali aku bisa mengikuti kegiatan mereka mesti cuma lewat foto-foto. Seandainya aku berada di sana, ingin juga ikut serta dalam berbagai kegiatan tersebut.
Begitu sampai di AS Center kami melihat-lihat ruangan yang sedang dipersiapkan menjadi ruang pameran. Ada banyak karya dari kayu bertuliskan pepatah bahasa Makassar. Bahkan tulisan TOILET pun bertuliskan huruf Lontara. Wah aku serasa buta huruf deh kalau lama-lama di sini 😀 Padahal kalau melihat sekilas, huruf-huruf itu sepertinya tidak sulit ya. Tapi untuk otakku yang mulai menua ini, kelihatannya aku perlu tenaga ekstra untuk mempelajarinya.
Selain melihat koleksi buku, foto dan ukiran kayu AS Center, aku juga melihat tumbuhan yang ditanam di sekeliling center. Kami beristirahat di ruangan terbuka yang merupakan kolam ikan di bagian bawahnya. Ya, seperti horigotatsu di Jepang, tapi dibawahnya kolam yang berkawat supaya kalau ada barang jatuh tidak kecemplung ke dalam kolam.
Selain unik tempat berkumpul itu, di sekelilingnya terdapat tanaman markisa. Aku baru tahu pohon markisa ternyata tidak sebesar pohon mangga/nangka dan menjalar. Waktu itu pula kami bisa mencicipi nangka cempedak yang jatuh dari pohon waktu kami berada di situ. Dalle (Rejeki) nya daeng Senga? hehehe. Rasanya? Ya nangka tapi harum dan dagingnya lembut seperti durian. Untuk beberapa orang mungkin tidak suka karena harumnya yang cukup keras.
Kami pun pindah dari lokasi AS Center ke rumah kediaman untuk santap siang bersama. Kami bisa merasakan suasana kekeluargaan bersama anak-anak dan cucu Karaeng Toto. Anak lelaki tunggal Karaeng yang bernama Donni memanggilku Daeng Senga terus, dan ini mengingatkanku bahwa … namaku adalah Daeng Senga. Dan kebetulan semua anak yang masing-masing mempunyai nama Daeng sehingga boleh dikatakan hari itu merupakan pertemuan para Daeng! (Tapi daeng yang ini yang paling tidak tahu apa-apa hehehe) Salam hormatku Daeng Memang, Daeng Salle, Daeng Tamae’, Daeng Bau’ dan Daeng Niso’na, serta tentu kepala keluarga Karaeng Patoto.
Yang lucu adalah cucu karaeng yang bernama Dzaky itu amat lengket dengan Riku. Memang sejak 1,5 tahun lalu waktu pertemuan pertama, dia sudah nempel terus sama Riku. Bahkan kalau diperhatikan mukanya memang mirip!
Terima kasih atas jamuan dan waktu yang disediakan Prof Aminuddin Salle Karaeng Toto untuk menemui kami. Semoga nanti akan ada kesempatan-kesempatan lain di masa datang untuk saling berjumpa lagi ya. Tentu saja kalau bisa berjumpa di Tokyo lebih baik lagi hehehe.
wah seru jamuannya…
lucu dzaky bisa nempel ama riku. iya ya ada mirip2nya hehehe
dua-duanya molig 😀
tanaman buahnya bikin ngiler. Seger dan subur bange Mba.
Kalo tulisannya mirip-mirip tulisan lampung. Bersudut-sudut dan kurva-kurva juga..
wah aku baru tahu Lampung punya huruf sendiri. Berarti kebudayaannya cukup lama tuh
Terima kasih Daeng Senga telah berkunjung ke ASCenter dan mempertemukan lagi dengan “Saudara” saya Bapak PL Coutrier Daeng Labbang, juga terima kasih telah mendokumentasikan koleksi kami.
Menjura Daeng Senga, indahnya ikatan budaya ya Mbak
Dharma Prof Aminuddin Salle Karaeng Toto di tengah masyarakat luar biasa.
Salam hangat