Kue Blinjo dan Kopdar

4 Sep

Beberapa hari yang lalu aku sempat mengupload sebuah foto makanan. Tepatnya sekotak kue Jepang yang dibuat begitu rapih, dan jika dibuka kuenya berbentuk seperti apel. Memang ada campuran apel, yang merupakan produk khas prefektur Nagano, yang dicampur dalam adonan kue yang disebut Manju. Kalau mungkin pernah makan kue bulan, ya seperti itu. Ada bagian kulit dan bagian dalam, seperti paste dari kacang hijau. Rasanya? Enak untuk yang suka kue Jepang. Kebetulan aku tidak begitu suka kue-kue Jepang. Makan, tapi tidak mencarinya. Padahal kue Jepang tidak manis (aku tidak begitu suka yang manis-manis). Menurutku kue Jepang itu pantasnya untuk dilihat (saja) hehehe. Mereka menyatukan estetika bentuk dan rasa dengan pandainya. Sahabatku, Sanchan pandai membuat kue-kue Jepang yang cantik-cantik karena memang belajar.

Kue manju berbentuk apel yang sangat detil

Tapi sebetulnya aku sendiri memang memilih sekali untuk makan kue. Aku makan kalau aku tahu pasti enak 😀 Atau aku tanya dulu adikku atau temanku yang pemilih, apakah kue itu enak atau tidak. Maklumlah, aku tidak mau menambah kadar gula yang tidak perlu di dalam tubuh yang sudah melar ini. Nah, kebetulan aku mendapat sebuah kotak kue dari Makassar, Kue Blinjo namanya. Karena kali ini aku tidak bisa membawa pulang banyak-banyak (koper hanya tiga saja — biasanya 6 koper), maka aku taruh makanan yang kuterima sebagai oleh-oleh di atas meja, untuk dimakan bersama keluargaku di Jakarta. Waktu itu papa, yang juga picky untuk makanan karena harus menjaga asupan kalori untuk jantungnya, membuka kotak kue Blinjo ini.

“Mel, aku buka ya….”
“Buka saja pa, aku dikasih teman di Makassar. Enak ngga?”
“Eh mel…. ini kue bentuknya tidak cantik tapi enak sekali!”
“Masa sih…..” Lalu aku ambil satu….dan….. memang enak!
“Sorry… aku bawa ke Jepang ya :D” dan masuklah satu kotak Kue Blinjo itu ke dalam koperku. Dan sekarang sudah habis, oleh aku sendiri 😀

Kue Blinjo dari Niar. Terima kasih banyak ya daeng.

Kue Blinjo yang enak itu adalah oleh-oleh dari sahabat bloggerku yang baru, Mugniar Marakarma yang memang tinggal di Makassar. Kebetulan aku sudah berteman dengannya di FB, dan tepat sebelum aku mudik ke Jakarta, sempat berbincang-bincang dengannya. Dan kebetulan sekali aku punya rencana untuk ke Makassar, sehingga ada kemungkinan untuk berjumpa dengannya.

Karena memang aku datang ke Makassar waktu liburan lebaran, aku tidak mau mengganggunya dengan kegiatan keluarganya. Tapi waktu aku sedang bermain di pantai Akkarena itulah Niar menghubungiku. Aku sendiri tidak ada acara lain, kecuali makan malam yang belum diketahui rencananya ke mana. Jadi kami janjian untuk bertemu di hotel sekitar pukul 8 malam.

Ternyata kami saking capek dan masih kenyang karena makan siang cukup lambat, tidak pergi keluar hotel lagi setelah itu. Sehingga aku bisa berbicara dengan Niar cukup lama di lobby hotel. Kami berbicara tentang keluarga dan blog kami, sementara suami Niar duduk di tempat lain. Baru waktu aku mengantar mereka berdua untuk pulang, suami Niar justru memberikan banyak masukan mengenai Fort Rotterdam. Ya aku memang bercerita perjalanan ke Fort Rotterdam sehari sebelumnya kepada mereka berdua, dan menyayangkan tidak adanya informasi yang mendetil tentang benteng itu sendiri. Suami Niar menyarankan aku mencari di google saja, karena cukup banyak informasi yang bisa ditemukan. Tapi ada satu info bahwa jika naik ke bagian atas benteng, akan bisa melihat bulatan ring tempat menambat kapal, sehingga dapat diketahui bahwa benteng itu berada persis di pinggir laut.

Aku dan Niar yang cantik sekali. Siapa yang percaya anaknya sudah tiga orang?

 

LOH… bagaimana caranya naik ke atas? Dari informasi inilah aku kemudian pergi lagi ke Fort Rotterdam esok harinya. Terima kasih banyak atas informasi yang justru diberikan persis sebelum pulang. Terima kasih juga karena Niar langsung mengirimkan juga link tulisannya mengenai benteng di sini. Juga terima kasih untuk tulisan kopdarnya di sini. Terima kasih juga untuk oleh-olehnya Kue Blinjo yang sangat enak itu. Aku baru pertama kali mengetahui kue blinjo ini. Meskipun katanya bukan asli Makassar (ada yang bilang dari Surabaya) tapi kue ini patut dipromosikan.

Demikianlah kopdar pertamaku di kota Anging Mamiri. Semoga akan ada lagi kopdar-kopdar berikutnya di lain kesempatan.