Bring Your Own (Potluck) adalah bawa (makanan) sendiri-sendiri sering dilakukan di luar negeri, atau di keluargaku. Masing-masing tamu membawa makanan yang ingin dia bagikan kepada teman-teman/keluarga dan tamu dari keluarga yang mengundang. Tentu kalau dikatakan B.Y.O porsinya bukan hanya untuk diri sendiri, meskipun tidak ditentukan seberapa besar. Jika ingin tahu seberapa banyak perlu membawa suatu makanan, biasanya tanya nyonya rumah ada berapa tamunya, dan nyonya rumah atau tamu lainnya akan bawa apa. Komunitas gereja katolik berbahasa Indonesia di Meguro (yang aku ketuai hehehe) juga sering mengadakan pesta dengan cara B.Y.O yang dikelola oleh tante Christine. Tante Christine menelepon ke umat yang bisa masak, dan menanyakan akan masak apa, sehingga menunya tidak tabrakan 😀 Kan lucu kalau 5 ibu membawa 5 jenis sup yang berbeda. Meskipun menurutku bisa saja ASAL berbeda. Yang susah, kalau ada dua ibu membuat jenis yang sama, dan masing-masing bersikeras bahwa masakannya yang lebih enak daripada yang satunya hehehe. Karena itu perlu sekali B.Y.O ini dikelola dengan benar. Makanya aku amat berterima kasih pada Tante Christine yang selalu mau bersusah payah menelepon satu-per-satu dan mengkoordinirnya. I love you tante!!!
Selain ke gereja bahasa Indonesia setiap Sabtu di Meguro itu, aku juga anggota (umat) gereja Katolik di Kichijouji, Tokyo. Biasanya aku pergi ke misa pukul 9 pagi (misa anak-anak) karena mengantar Riku mengikuti Sekolah Minggu. Dan otomatis aku masuk menjadi anggota “Perkumpulan orang tua Sekolah Minggu”. Perkumpulan ini kerjanya melakukan kegiatan yang menunjang Sekolah Minggu, seperti bazaar, perayaan Paskah dan Natal, pesta Komuni Pertama dan penutupan tahun ajaran. Dan kemarin itu tgl 16 Maret adalah penutupan tahun ajaran, untuk kemudian memasuki libur musim semi, dan tahun ajaran baru akan dimulai bulan Mei nanti.
Kalau orang Indonesia biasanya memang cukup dengan saling telepon bla bla bla. Tapi di Jepang aku menemukan cara yang sistematis yang kurasa patut untuk di tiru untuk B.Y.O ini atau yang bahasa Jepangnya: Mochiyori 持ち寄り. Panitia inti perayaan akan membuat list, print out daftar makanan apa saja yang akan disediakan untuk pesta. Kalau banyak waktu memang kita, ibu-ibu akan masak bersama. Tapi biasanya tidak ada waktu, sehingga dalam beberapa kali pertemuan sebelum pesta akan diedarkan daftar itu dan setiap ibu yang mau menyumbang jenis makanan/snack yang tertulis, menuliskan namanya di situ dan berapa jumlah yang mau dibawa. Sehingga tidak akan ada satu jenis yang dobel atau kebanyakan, sedangkan ada jenis lain yang tidak dibawa. Repot juga kan kalau semua bawa nasi dan kerupuk padahal tidak ada yang bawa lauknya 😀 Nanti kalau ada makanan yang belum ada peminat untuk membawa, panitia akan tanya kepada orang-orang tertentu, atau membelinya dari uang sumbangan.
Nah, untuk pesta kemarin, aku sebenarnya tertarik untuk membawa Kare (Jepang) meskipun aku sendiri biasanya tidak makan (tidak tahan baunya Kare Jepang hehehe). Memang setiap tahun ada yang masak Kare, karena Kare termasuk makanan favorit anak-anak Sekolah Minggu. Tapi rasanya daripada Kare lebih baik aku bawa Gulai atau Soto Ayam. Kendalanya aku perlu membawa panci dari rumah dan belum tentu aku bisa diantar Gen ke gereja pagi-pagi naik mobil. Akhir-akhir ini dia kerja juga hari Minggu (Semoga bulan April sudah bisa nafas lagi). Daripada tidak pasti, aku menyanggupi membawa 20 onigiri isi Mentaiko (telur ikan) dan Salmon. Kalau onigiri (nasi kepal) naik bus pun masih bisa kubawa.
Tapi karena panitia mengatakan ada banyak minyak sumbangan di gudang, panitia mengharapkan ibu-ibu membawa ayam yang sudah dibumbui dan tinggal digoreng saja. Juga apa saja goreng-gorengan lainnya, yang bisa digoreng sebelum acara dimulai di dapur gereja. Langsung aku mencatat harus membawa kerupuk udang. Dan, terlintas alangkah bagusnya kalau aku bisa buat pisang goreng (tergantung sempat beli pisang atau tidak).
Akhirnya aku datang ke dapur pagi hari itu membawa onigiri, pisang + terigu+telur untuk pisang goreng dan kerupuk udang, kerupuk bawang dan emping! Ibu-ibu Jepang yang lain takjub melihat aku menggoreng kerupuk udang.
“Kok bisa jadi besar begitu?”
“Wah aku baru tahu pisang bisa digoreng seperti tempura. Lain kali mau bikin ah…”
Well, lain kali aku akan masak Soto Ayam atau Gado-gado ahhhh.
Begini penampilan meja berisi makanan yang disumbang/dibuat oleh ibu-ibu Sekolah Minggu, dan meja seperti ini ada tiga, selain meja khusus untuk Kare dan Mie Cup serta kopi/teh. Berlainan dengan tahun lalu, tahun ini memang banyak gorengan, dan ternyata disambut anak-anak dengan suka cita. Terbukti tidak ada makanan yang bersisa, kecuali snack dan permen yang bisa dibawa pulang anak-anak. Kampeki 完璧 (Perfect!)
Kamu sering mengikuti pesta dengan B.Y.O? Atau kamu pernah bawa apa ke pesta-pesta saweran macam begitu?