Hadiah Natal

24 Des

Kemarin setelah kembali dari perjalanan 2 hari,  aku tercenung dengan kalimat ini yang dipasang di status temanku:

 

Memang rasanya semakin tua semakin tidak lagi mempunyai keinginan materi sebagai hadiah pada hari Natal, tapi tentu tidak demikian halnya bagi anak-anak. Mereka tidak sabar menghitung hari untuk dapat menerima hadiah natal, dari Santa Claus? Hehehe anak-anakku tidak percaya Santa Claus lagi, mereka tahu bahwa itu sebetulnya hadiah dari orang tua. Jadi mereka cukup mengatakan keinginan mereka padaku 🙂
Huh kawaikunai ne…. (ngga lucu!)

Kalau Kai memang dia masih 6 tahun, dia masih ingin mempunyai mainan, tapi Riku (10th) semakin lama semakin besar sehingga tahu harga, dan tidak mau lagi dibelikan mainan. Salahnya aku selalu membelikan buku setiap dia mau, sehingga dia tidak mau memakai “christmas wish”nya untuk buku (toh pasti dibelikan hehehe). Dan, tahun ini dia ingin sekali mempunyai camera sendiri! Akankah aku membelikannya?

NO! BIG NO! Bukan masalah uangnya. Aku tahu kalau aku tidak berpikir panjang, aku pasti akan membelikan begitu saja. Untung aku masih punya suami yang selalu “memarahi”ku kalau aku memanjakan anak-anak 😀 Dan untung saja Riku juga tahu diri, tidak meminta camera untuk hadiah natal 😀 Sudah sejak September lalu dia menabung untuk membeli camera sendiri. Kata Gen, “Pasti dia akan bisa merasakan camera hasil jerih payahnya itu  sebagai harta pertama yang dia punya.” Dan dia menabung dari hasil “baby sitting” adiknya selama aku pergi mengajar kira-kira 5 jam tidak di rumah setiap Selasa malam. Jadi kalau dulu aku membawa anak-anak ikut aku ke tempat mengajar dengan mobil, sekarang aku bisa membiarkan mereka berdua di rumah, dengan tanggung jawab Riku. Tabungannya masih kurang seperlima dari harga camera yang dia mau, jadi dia tidak keburu beli untuk natal/tahun baru ini.

Eh tapi aku tahu dia mengambil uang tabungannya itu kira-kira 1000 yen untuk membeli hadiah natal untuk aku, papanya dan adiknya! Jadi hari Sabtu kemarin itu dia minta ijin untuk pergi ke toko di stasiun, “Ma aku mau cari kado natal dulu ya…” Dan aku biarkan dia pergi sendiri, begitu pukul 10 pagi waktu toko-toko buka. Dengan bangganya dia pulang dan mengatakan padaku, “Ma, aku sudah beli loh…. Yang termahal untuk Kai, kedua papa dan ketiga mama… maaf ya untuk mama yang murah” hehehehe anakku ini tidak sabaran deh, dan tidak bisa pegang rahasia 😀 (persis opanya :D)

“Ma, kapan sih kita dapat hadiah natalnya?”
“Tanggal 24 malam sesudah misa. Kalau tidak misa tidak boleh dapat hadiah natal!”
“Aduh masih lama…. hmmm tapi aku mau kasih hadiah mama sekarang, supaya mama pakai ke misa”
“Haduh namanya kan bukan hadiah natal lagi tuh…”
“Ngga papa deh ma…. aku mau mama pakai…”
Aku sudah tahu sih dia beli apa untukku, pasti anting-anting, karena dia tahu aku paling suka anting-anting yang lucu dan murah-murah.

Jadi? Aku terima dan buka hadiahnya. Benar saja anting-anting… tapi yang lucu itu percakapan antara Riku dan Kai waktu aku buka hadiah itu…
“Ehhh Riku udah beli untuk mama ya?”
“Iya ,…. untuk kamu juga ada kok….”
“Berapa kado mama? Aku juga mau beli ah pakai uang aku…..”
“385 yen ….”
Ooooiiiiiii mama kan ada di situ dan bisa dengar harganya! Dasar anak-anak hehehehe. Aku geli aja dengar percakapan mereka dan pura-pura tidak dengar.

Tidak bisa menahan untuk tidak memberitahukan rahasia isi kado, itu benar-benar seperti anak-anak ya 😀 Aku tahu aku dulu juga begitu, dan rasanya susaaaaaah sekali menahan diri untuk tidak mengatakannya. Well, Riku harus mulai belajar nih 😀 Soalnya dia langsung laporan (sambil berbisik) padaku “Ma… aku beli sarung tangan untuk papa dan mainan untuk Kai” hehehehehhehehe

Aku terharu karena dia masih mau memakai sedikit dari uang tabungannya untuk orang lain. Ini lebih penting dari isi hadiahnya sendiri. Memikirkan orang lain, dan menggunakan sesuatu yang sebetulnya bisa dipakai untuk diri sendiri untuk orang lain. Well done Riku, tapi lain kali tahan diri yaaaaaa 😀

Ok, kalau di atas aku cerita tentang Riku, sekarang aku akan cerita tentang Kai.

Jadi waktu Kai tahu Riku mengeluarkan uang 385 yen untuk mamanya, dia langsung menulis-nulis di kertas. Akhir-akhir ini memang dia suka menulis. Tahu-tahu dia datang ke aku membawa potongan kertas bertuliskan “Karcis Pijat”. Jadi setiap kali aku mau pijat, bisa memberikan “karcis” ini kepada dia untuk minta dipijat. Dan tambahannya, “Ini berlaku banyak kali loh mah, tidak ada batasnya”…. Ahhh so sweet! Tapi karena dia berikan karcis itu hari Sabtu, aku bilang padanya untuk memasukkan ke amplop lalu taruh di bawah pohon natal, sebagai hadiah natal saja. Dan dia tarik kembali kartu itu.

Tapi bagiku, hadiah natal dari Kai adalah peristiwa kemarin…. yang membuat aku benar-benar menangis.

Jadi ceritanya dia suka menulis Kanji, dan kalau kanjinya bagus dia menulis angka 100 sendiri. Aneh memang anak TK ini, belum belajar hiragana sudah mau “lompat” dengan belajar kanji, yang susah-susah lagi. Katanya semakin susah dia semakin senang. Aneh! (katanya sih Gen dulu juga begitu… like father like son!). Kertas-kertas kanji yang rumit-rumit itu dia masukkan ke dalam satu clear file. Dan…. kemarin dia mencari clear file itu dan tidak ketemu!

Lalu kulihat dia mulai menulis lagi. Kali ini dengan hiragana semua! Kalimat yang panjang-panjang. Lalu dia panggil aku ke kamar dan menyuruh membaca tulisan dia. Isinya

“Kai sedih sekali….. Benar-benar sedih. Kertas tulisan kanji kai yang dapat 100 tidak ada. Kai susah membuatnya, tapi tidak ada. Kai sediiiiih sekali. Tapi mama rahasiakan hal ini ya.”

Aku jadi ikut terharu, rupanya dia memang benar-benar sedih. Jadi aku peluk dia dan berkata, “Nanti mama carikan ya… pasti ada kok. Tapi sekarang mama sedang masak. Kalau perlu sampai besok mama cari terus.”

“Terima  kasih ma….” dan aku tinggalkan dia. Dia mulai menulis-nulis lagi. Lalu dia datang lagi…

“Ma, baca ini…”

Ada lanjutan tulisan sesudah kalimat tadi. “Aku sayang mama. Benar-benar sayang mama. Terima kasih sudah memasak dan mengerjakan macam-macam untuk Kai ya. Aku sayang mama. Sayang sekali”

Siapa yang tidak menangis membaca ini sih? Aku langsung tersedu dan memeluk dia….

“Mama juga sayaaaaang sekali sama Kai. Maafkan mama selalu marah-marah ya. Tapi Kai adalah harta mama. Mama sayang sekali sama Kai. Mama rasanya mau Kai yang jadi kado natal untuk mama, dibungkus dan ditaruh di bawah pohon. Terima kasih sayang”

Ahhh aku senang sekali saat itu. Aku memang suka memarahi Kai yang sering mau tahu, sering tanya pada saat-saat aku sibuk. Tapi setiap aku marahi dan bilang tunggu sebentar (dia selalu mau dijawab saat itu juga), dia pasti bilang “Maaf”… ahhhh anakku yang bungsu ini memang pintar dan demanding! 😀

Lalu Kai bilang, “Oh surat ini saja aku taruh di bawah pohon natal ya, jadi hadiah natal untuk mama”
“Iya dong…. nanti taruh di bawah pohon ya. Terima kasih Kai… eh tapi mama musti masak nanti gosong!”
“Oh iya… cepat sana masak dulu” Dan dia sibuk menggulung kertas dan memasang selotip pada kertas yang bagiku sangat berharga itu.

Who needs christmas presents? Aku mempunyai dua harta karun yang begitu berharga bagiku. Aku mempunyai keluarga yang saling mencintai. Aku masih mempunyai tempat tinggal meskipun sewa, yang hangat sebagai tempat berlindung dari dingin. Aku mempunyai teman-teman yang begitu perhatian, yang dari jauh-jauh mengirimkan makanan Indonesia untuk mengobati kerinduan akan tanah air. Memberikan semangat dan menemani dalam kesepian. Terima kasih untuk Arman dan Zay Zopa yang telah mengirim kartu Natal yang bagus. Tapi terutama lagi aku mempunyai DIA yang selalu melindungiku dan memberikan apa yang kuperlukan.

Selamat mempersiapkan malam Natal (kami umat Katolik baru mengatakan “Selamat Natal” setelah mengikuti misa malam Natal) dan menikmati berkat sukacitaNya.

pohon natal mini di rumah kelinciku 😀