Masterpiece = Adikarya, menurut KBBI adi·kar·ya n karya yg dihasilkan dng kemampuan yg luar biasa; karya agung: Candi Borobudur termasuk — nenek moyang bangsa Indonesia Dan tentu karya-karya seni seorang murid SD tidaklah bisa disebut sebagai adikarya bagi umum, tapi aku merasa karya mereka sebagai adikarya. Hatiku begitu bangga dan bahagia melihat pemandangan seperti ini di aula sekolah SD Riku hari Sabtu kemarin sesudah acara pentas seninya Kai.
Setiap murid membuat prakarya yang ditampilkan per kelas, dari kelas satu sampai 6. Dari prakarya yang mudah sampai semakin sulit. Bayangkan di kelas 6 diajarkan lukisan dengan sumi (tinta hitam) . Tentu aku langsung menuju ke kelas 5 untuk melihat hasil seni anakku. Tapi kelas 5 itu berada di sebelah kiri panggung, jadi otomatis aku melihat panggung dulu dong. Dan di panggung terlihat sebuah karya seni yang diberi judul : Hikari no Kabe 光の壁 (Dinding Cahaya). Merupakan sebuah dinding yang terbuat dari kotak-kotak styrofoam yang “dipahat” dan membentuk lukisan 3 dimensi. Memotong styrofoam itu cukup sulit, apalagi membuat bentuk-bentuk yang diinginkan, dan Riku menggambarkan perburuan jaman purba.
Dinding yang memenuhi satu panggung itu mempunyai impact yang begitu besar, sehingga rasanya ingin berlutut di depan itu dan mendengarkan lagu healing. Tapi tentu tidak bisa karena kami belum makan siang padahal sudah mendekati jam 1, kami harus makan siang…segera (macam betina bisa ngambuk kalau tidak diberi makan hehehe). Jadi aku kemudian melihat karya Riku yang lainnya yang berada di bagian kelas 5 yaitu sebuah lukisan hitam putih dengan cara memotong dua kertas hitam dan putih.
Kelas lain yang kurasa bagus adalah kelas 4 yang membuat model es krim dengan memakai slime dan kelas 3 yang menampilkan lukisan dinosaurus seperti relief. Terlihat betapa guru-guru di SD ini mengajarkan kesenian dengan serius dan bermacam usaha dilakukan untuk membuat pameran itu terlihat bagus.
Salah satunya yang begitu mempesona yang kami temukan sebelum pulang adalah pameran karya kelas 3 yang berjudul Lamp Shade. Karena letaknya di sebuah ruangan kecil di aula jadi kami tidak menyangka bahwa itu adalah bagian dari pameran. Untung kami sempat melongok dan menemukan deretan lampu-lampu yang terbuat dari kotak susu yang dibalut dengan gips untuk membuat bentuk. Lalu di dalamnya diberi lampu 4 warna dengan rotor yang bisa berputar. Ruangan ditutup dengan kain hitam sehingga membuat sebuah ruangan yang hanya diterangi dua puluhan lampu warna warni. KEREN!
Secara keseluruhan pameran kesenian anak-anak SD ini membuat aku terharu…. anak-anak ini dilatih untuk berkreasi dan membuat seni yang tidak melulu menggambar saja, tapi juga diperkenalkan dengan beragam medium. Sehingga mereka menyadari bahwa seni itu tanpa batas!
Oh ya sebelum kami pulang, kami juga mampir ke ruang aula kecil untuk melihat hasil jahitan kelas 5 dalam pelajaran PKK. Riku membuat sebuah tas berukuran A4 dari kain hitam dan diberi aplikasi sesukanya 😀 Khas laki-laki deh. Ngga tau apa dia mau pakai tas itu nantinya hehehe. Dan nanti kelas 6 tugasnya membuat celemek. Inilah hasil latihan Riku dengan mesin jahit baru kami.
Pameran kesenian seperti ini dilakukan 2 tahun sekali, bergantian dengan pertunjukan seni. Jadi aku baru bisa melihat pameran kesenian ini nanti dua tahun lagi, waktu Riku sudah lulus dan Kai kelas 2 SD.