Tentu aneh kenapa ada istilah setengah dewasa ya? Sebetulnya ide judul ini dari komentar “adik” Jepangku yang tinggal di Hongkong, Kimiyo. Hanseijin 半成人. Kalau di Jepang orang dikatakan dewasa jika sudah berusia 20 tahun. Saat itu ada perayaan yang disebut Seijin no Hi, di hari Senin minggu kedua Januari. Pemerintah Daerah yang mengadakan, dan para remaja berpakaian kimono dan hakama. Sejak hari itu mereka boleh minum minuman keras dan merokok (jika merokok/minuman keras sebelum usia 20 th dan ketahuan di tempat umum bisa ditangkap). Nah, Riku kemarin berusia 10 tahun, sehingga persis setengah menuju ke manusia dewasa 😀 Dan berarti 10 tahun lagi bisa minum alkohol bersama…. asyiknya (dan berarti kami harus sehat supaya 10 tahun lagi bisa minum bersama).
Waktu 10 tahun itu sepertinya cepat berlalu. Dulu dia masih bayi kecil yang prematur, sekarang sudah hampir berubah suara, atau tumbuh kumis. Akhir-akhir ini Riku sering tanya, “Ma aku sudah tumbuh kumis?”
“Belum…kenapa? Kamu mau tumbuh kumis?” dan dia mengangguk.
Wah… akunya yang panik…hiiii anakku kalau mulai tumbuh kumis gimana ya 😀 Ngga bisa cium-cium lagi pipinya yang gembil. Tapi aku juga bilang padanya,
“Kalau sudah tumbuh kumis kamu tidak bisa telanjang dari kamar mandi, jalan-jalan ke kamar makan loh :D” , dan biasanya dia marah kepadaku sambil pukul-pukul… merajuk karena malu.
Aku juga menemukan satu fotokopi pelajaran hoken 保険 (kesehatan) yang menjelaskan tentang perubahan tubuh perempuan dan laki-laki menuju remaja. Kupikir kok cepat ya sudah diajarkan di kelas 4, tapi baru sadar juga diriku saja usia 9 tahun sudah haid pertama 😀 Terlalu bongsor deh hehehe. Jadi lebih baik lagi kalau sebelumnya sudah mengerti kan?
Untuk menyambut ulang tahunnya yang ke sepuluh, Riku dengan mengajukan permohonan untuk bisa makan bersama kakek neneknya (bapak-ibunya Gen) di resto kesayangan dia, Zauo. Restoran yang menyediakan ikan-ikan hidup di dalam kolam dan bisa memancing dari atas perahunya ini memang membuat Riku ketagihan. Apalagi kami semua memang penyuka ikan, jadi tidak keberatan sama sekali makan di sana.
Jadi setelah mengikuti (akhir) misa Arwah Mama di rumah adikku di Yokohama Sabtu 23 Februari lalu, kami pergi ke resto Zauo. Dan…. tentu saja Riku dan Kai langsung heboh untuk memancing ikan di kolam. Tapi karena dalam kolam besar itu banyak ikan Shimaaji dan Tai, jadi Riku dan Kai menangkap 4 ekor ikan Shimaaji. Dan ikan ini yang paling mahal 😀 Well memang pesta untuk Riku jadi aku minta satu ikan Shimaaji dibuat sashimi (dipotong tipis lalu dimakan mentah) dan dibakar dengan garam Shioaji. Satu lagi aku minta diganti dengan ikan Tai (semacam kakap) dan dibuat sashimi, sedangkan satu lagi boleh dilepaskan kembali. Pelayannya kasihan juga melihat kita kebanyakan mancing Shimaaji, padahal sebetulnya peraturannya yang sudah ditangkap tidak boleh dilepaskan kembali.
Setelah makan sashimi, Riku dan Kai bergerilya lagi, dan aku minta untuk menangkap ikan Aji, ikan kecil yang tentu lebih murah. Tapi aku juga minta mereka memancing Umazura. Ikan ini enak sekali untuk sashimi, dan isi perutnya bisa dimakan, dan enak untuk “ikan”nya sake Jepang. Hati atau livernya (mentah) ini dibubuhkan ke kecap asin saja sudah enak sekali. Pokoknya hari itu kami berdelapan makan 12 ekor ikan, tanpa nasi! Kenyang dan puas deh. Karena ikan-ikan ini kami tangkap sendiri lalu langsung dimasak, hasilnya segar dan enak sekali. Tapi karena cukup mahal, aku selalu wanti-wanti anak-anak bahwa kami hanya bisa makan di sini kalau ada yang ulang tahun 😀 Kalau tidak bisa bokek deh 😉
Restoran Zauo ini ada di Saitama, Shinjuku, Yokohama (Tsunashima) dan Meguro. Aku pertama kali pergi ke resto yang di Saitama, lalu ke Shinjuku, baru terakhir ini di Yokohama. Dan kurasa yang paling besar di Shinjuku yang berada di lantai basement Hotel Washington. Banyak orang Indonesia yang juga sering menginap di hotel Washington jika datang ke Tokyo.
Sesuai dengan keinginan Riku setelah dari restoran kami pulang ke rumah mertua di Yokohama dan menginap di sana. Padahal awalnya tidak berencana menginap, karena Riku harus mengikuti pelajaran Sekolah Minggu di Kichijouji. Lalu aku katakan padanya, asal dia janji untuk bangun pagi dan bersamaku naik kereta jam 7 pagi untuk mengikuti misa jam 9 di Kichijoji, maka dia boleh menginap. Riku setuju. Jadi begitulah, pagi harinya aku dan Riku naik kereta berdua menuju ke Kichijoji untuk ke misa dan sekolah Minggu, sementara papa Gen dan Kai masih tidur di Yokohama. Rencananya mereka akan bergabung di kichijoji siangnya….. Yang akhirnya mereka pulang ke rumah pukul 8 malam 😀 Tapi senang sekali hari Minggu itu, aku dan Riku berdua dari pagi hari berdua makan siang di gerai KFC lalu pulang naik bus, dan makan malam berdua saja di resto Yakiniku dekat rumah. Berdua begini, aku lebih bisa memperhatikan anakku yang 10 tahun lalu aku lahirkan. Meskipun tidak banyak bercerita, hanya berada berdua saja sungguh menyenangkan.
TAPI kami belum mengucapkan Selamat Ulang Tahun padanya, karena sebetulnya dia berulang tahunnya hari Senin. Kalau orang Indonesia mungkin pamali untuk mengadakan pesta sebelum ulang tahun, tapi kami memikirkan efisiensinya saja. Jadi sepi sekali waktu bangun pagi tanggal 25 Februari itu. Aku sih ingin membuat kue tapi sudah tidak sanggup membuat tengah malam waktu anak-anak tidur. Jadi aku buat sementara Riku dan Kai ke sekolah, dan aku bawa ke Sekolah Indonesia, tempat aku mengajar bahasa Indonesia malamnya. Aku minta Gen untuk datang ke Meguro selesai kerja sehingga bisa meniup lilin bersama dan pulang bersama. Tadinya aku mau masukkan kue itu di mobil dan menyembunyikan dari Riku sampai malam hari. Tapi tidak keburu, sehingga waktu pulang dari sekolah dia kaget sekali melihat ada kue di meja 😀
Dan karena satu dan lain hal, kami bersama dua muridku, merayakan ulang tahun Riku di Restoran Indonesia, Cabe di dekat Sekolah Indonesia itu. Senangnya dia waktu dinyanyikan oleh banyak orang yang ada di restoran itu. Ah, anakku ini sudah setengah dewasa, tapi juga masih anak-anak yang tidak bisa menyembunyikan kekagetan dan kegembiraannya dirayakan secara meriah. Dan semoga 10 tahun lagi bisa minum sake bersama ya Riku!