Nobango, katanya orang-orang Tionghoa di Indonesia. Kalau bahasa Jepangnya ni man go sen. Ini adalah jumlah komentar di blogku Twilight Express ini sejak April 2008 (wah sebentar lagi 5 tahun nih… bikin acara apa ya? :D).
Sebagai penyuka angka cantik, saya mengucapkan selamat kepada Krismariana yang pas menjadi komentator ke 25.000. Lucu juga sih sedari pagi tadi aku melihat Kris obrak abrik tulisan lamaku, kemudian disusul Priskilia yang ribut mengajak Arman di Twitter. Keduanya bersaing ketat, dan akhirnya Kris yang mendaptkan bolpen yang bisa dihapus, frixion sebagai hadiah dari TE.
Sempat aku menulis komentar di FB nya Kris: Kalau 25.000 rupiah bisa dapat apa ya? Sepiring sate padang + minuman teh botol mungkin (dan terus terang aku jadi pengeeeeeen sekali sate padang hiks :D) . Tapi seperti yang pak Marsudiyanto tulis di Jakartaria, sekarang Jakarta serba mahal! 25.000 itu bisa beli apa ya?
Kalau aku memang baru saja “membuang” uang setara dengan 25.000 rupiah untuk SAMPAH! Ya, hari minggu kemarin, akhirnya kami membawa TV 14 inch yang sudah rusak ke toko elektronik untuk membuangnya! Sejak bulan Juni 1998 ditetapkan Law for Recycling of Specified Kinds of Home Appliances atau bahasa Jepangnya Risaikuru-ho リサイクル法, dan peraturan ini dilaksanakan mulai bulan April tahun 2001. Jadi kami TIDAK BISA membuang TV bekas sembarangan, harus membayar. Dan kami juga tidak bisa membawanya ke Dinas Kebersihan pemerintah daerah dekat rumah kami, karena khusus TV harus dikumpulkan di toko peralatan listrik. Kebetulan hari itu kami membeli BluRay Recorder di toko YamadaDenki, sehingga bisa membuang DVD recorder lama kami gratis, tapi untuk TV kami harus membayar 2.310 yen! (Dan karena petugas toko baik, kami boleh juga membawa satu set sound system yang hendak kami buang dengan gratis). Jadi begitulah di Jepang, buang barang harus bayar! Dan harganya beda-beda tergantung jenisnya. Masih ada beberapa peralatan listrik yang menunggu giliran untuk dibuang di beranda apartemen kami. Paling enak sih memang waktu membeli baru, langsung bawa yang lama sehingga tidak usah membayar lagi (biasanya toko elektronik mau ASAL beli baru hehehe). Susah deh buang aja musti merogoh kocek!
Kalau tidak mau bayar? Ada sih caranya, yaitu MUTILASI, copot semua yang bisa dicopot, lalu dikecilkan semua sehingga bisa dibuang bersama sampah tak terbakar yang lain. Tapi… lumayan bahaya sih. Aku sempat mau membeli gergaji multipurpose, tapi dilarang oleh Gen. Katanya, “buat apa? Lebih baik bayar sedikit tapi aman. Kamu tidak usah buang tenaga, belum lagi bahaya kalau ada anak-anak… pasti juga waktu barangnya udah ada, kamu juga jadi malas… mubazir kan?” Well, he knows me well 😀
Kalau di Indonesia buang (air besar dan air kecil) kadang harus bayar ya? Buang sampah bagaimana? Masih ada iuran kebersihan RT/RW? Buang apa lagi yang dikenakan biaya? EH iya BUANG WAKTU juga kena biaya ya… biaya ngebakso, ngopi, ngeteh dsb 😀 😀 😀
So, next angka cantiknya kapan?
25025 (20-an lagi) deh kasih hadiah hiburan untuk yang belum sempat dapat hehehe
… dan selanjutnya 25252! (240-an lagi)
Selamat berkomentar TAPI ingat harus log in di mari ya (kalau komentar di FB atau pakai akun FB tidak terhitung) dan jangan OOT loh 😉
TGIF!