Lagu Musim Bunga

16 Apr

Oh…. silau…
Oh… menyenangkan…
Air begitu mengkilap
Angin sepoi-sepoi
Kr kr kr
Ah… begitu harum
Kr kr kr

Oh ada bunga Inunofuguri
Oh awan besar bergerak perlahan
Kr kr kr
Kr kr kr

Ini adalah sebuah puisi yang diterjemahkan bebas olehku, karya Kusano Shinpei berjudul “Lagu Musim Bunga” Haru no Uta. Tentu akan lebih terasa irama dan keindahannya jika dibaca dalam bahasa aslinya. Tapi aku ingin memperkenalkan puisi yang tercantum di halaman awal buku bahasa Jepang kelas 4, kelasnya Riku.

Memang aku selalu kagum pada pendidikan Jepang, terutama bahasanya yang selalu memilihkan puisi atau cerita atau topik bahasan yang timely, sesuai dengan musim dan keadaan saat itu. Apalagi bukunya juga menarik. Puisi “Lagu Musim Bunga” itu terasa segar dipakai dalam pembuka tahun ajaran baru. Menceritakan tentang kodok yang selama musim dingin berada di dalam tanah, dan keluar pada musim bunga/semi, dan…. yang dilihatnya  tentu sinar matahari yang menyilaukan dan segarnya udara di musim semi itu. Ada satu nama bunga yang keluar di situ, dan kami berhasil menemukannya tadi di sebuah rumah tradisional di Yokohama. Bunga Inunofuguri : Veronica didyma var. lilacina (asyiiik namaku dipakai :D)  . Bunga rumput yang keciiil sekali berwarna biru. Itulah yang dilihat dan dikagumi sang kodok dalam puisi tersebut. Mungkin kalau tak ada puisi tersebut, anak-anak tidak akan tahu nama bunga sekecil itu, dan tentu saja aku tidak akan tahu! (Jadi mamanya ikut belajar deh!)

Ini adalah Ooinufuguri. Inunofuguri warnanya lebih muda dan mekar bulan Februari, awal musim bunga, yang dilihat oleh kodok waktu mereka keluar dari persembunyiannya dan bertelur.

Setelah hari Jumat yang hangat, Sabtu kami lalui dengan keadaan basah karena hujan terus menerus. Pasti deh bunga sakura kedinginan dan rontok ke tanah dalam cuaca seperti ini. Kami pergi menginap di rumah mertua di Yokohama, dan cukup kaget karena malam hari suhu drop sampai kami harus mencari selimut tebal dan memasang heater kembali. Untunglah hari Minggu cuaca cerah sekali, sampai Riku mengatakan “Hujan kemarin itu sepertinya bohong-bohongan yah” saking tak terlihat sedikitpun bekas hujan. kami pun santai di rumah dan menikmati bunga-bunga yang ada di halaman rumah. Di atas kolam ikan ada bunga Yamabuki Kerria japonica , bunganya berwarna kuning terang, dan tak jauh ada juga bunga yang berwarna merah muda seperti sakura tapi bukan.

Bunganya yang kuning memang menyilaukan!

Selain bunga di luar rumah, bapak mertuaku dengan bangga memamerkan bunga anggrek Catleya besarnya. Sudah pasti sulit memelihara bunga anggrek di Jepang yang mempunyai  4musim. Tapi setiap tahun pasti ada saja Catleyanya yang berbunga.

Catleya bapak mertuaku, cantik dan besar!

Sebetulnya Gen ingin pergi ke museum Instant Noodle di Yokohama, tapi karena semua malas, aku mengajak pergi nyekar ke makam keluarga, sekaligus jalan mencari bunga-bunga. Siapa tahu masih ada sakura yang bisa dilihat. Di kuil tempat makam keluarga Miyashita ada beberapa pohon sakura dan kelopak bunganya banyak yang sudah rontok dan membuat permadani di tanah bawahnya. Daun-daun juga sudah menyembul, menggantikan kedudukan bunga-bunga sakura itu. Memang pohon sakura itu aneh. Bunganya muncul dulu baru daun, kebalikan dari pohon-pohon yang umum kan?

Permadani dari kelopak sakura di kuil

Setelah dari kuil, kami mampir di rumah tradisional Yokomizo yang letaknya hanya 300 meter dari kuil. Rumah ini juga dilengkapi taman yang cukup luas dan ditanam pohon dan bunga-bunga yang menjadi ciri khas setiap musim. Selalu menyenangkan untuk mampir ke sini. Di sinilah kami menemukan bunga Inunofuguri yang terdapat dalam puisi buku bahasa Jepangnya Riku.

di rumah tradisional Yokomizo

Dan di seberang rumah ini ada ladang Na no hana Tenderstem broccoli , bunganya berwarna kuning dan bisa dimakan. Tapi kami baru pertama kali tahu bahwa di balik ladang Na no hana ini ada semacam parit yang lebih rendah dari jalanan, dan di sebelah kanan kirinya dipenuhi bunga rumput yang indah. Yang kusuka ada satu bunga Yukiyanagi Spiraea thunbergii , dengan bunga putih kecil pada batang yang menjuntai. Sesuai namanya yuki= salju, kelopaknya yang kecil itu terlihat seperti salju jika rontok ke tanah/air.

Bunga Na no hana menghampar di seberang rumah tradisional Yokomizo

Memang cocok sekali jika Spring atau musim semi itu dinamakan juga musim bunga, karena memang di mana-mana bermekaran berbagai jenis bunga beraneka ragam. Dan akhirnya perasaan kami persis seperti si kodok dalam puisi “Lagu Musim Bunga” : menyilaukan dan menyenangkan!

Bunga yukiyanagi di sepanjang parit