Ya, kalimat itu yang kami ucapkan mulai hari Kamis yang lalu. Setelah badai No 6 menerjang Kanto (ekornya), rasanya temperatur udara semakin menurun. Aku sempat menarik selimut rapat-rapat Jumat dini hari.
Pagi bangun aku langsung memeriksa test-test mahasiswa Univ S. Ya hari ini aku akan memberikan test kepada mereka, dan langsung menyerahkan hasilnya. Dan aku harus menuliskan formula penilaian. Kehadiran sekian persen, test kecil/harian sekian persen, dan test akhir sekian persen. Untuk kelas menengah aku memeriksa tugas karangan mereka dan merasa puas dengan tulisan mereka. Mungkin bisa juga aku membuat blog khusus karya mereka ya….
Hari Jumat ini Gen ambil libur. Karena aku mengajar dari pagi sampai sore, jadi perlu menjaga anak-anak. Sekaligus membawa mobil kami untuk service 6 bulanan. Aku sempat di antar ke stasiun terdekat untuk pergi ke universitas. Setelah kuliah selesai, aku menuju kantor akademik untuk menyerahkan nilai. Nah waktu itu ada beberapa hal yang menarik:
Sambil jalan aku melihat seorang mahasiswi yang memakai rok lebar tapi pendek dan mencangklong tas di sebelah kanannya. Nah, dia tidak tahu bahwa roknya itu terangkat oleh tasnya, sehingga terlihatlah pahanya yang putih. Memang agak eskstrim juga sih model rok di musim panas ini. Di satu pihak ada yang benar-benar pendek, tapi ada juga yang panjang melebar. Rok panjang ini biasanya terbuat dari bahan tipis, paling banyak motif kain India. Aku juga suka pakai rok lebar panjang ini. Tapi sebetulnya kita, para wanita harus berhati-hati memakainya. Selain kasus rok itu terangkat di bagian belakang tanpa terasa (makanya kalau ke WC sesudah keluar harap memastikan bagian belakang sama panjangnya :D), ada lagi kasus rok itu terinjak diri sendiri, terutama di tangga. Sering deh kalau itu, sehingga kalau naik turun tangga aku selalu “mengumpulkan” rok itu jangan sampai terinjak. Selain terinjak, amat tidak aku sarankan memakai rok macam itu dan naik sepeda. Karena aku sendiri pernah mengalami rokku melilit masuk jeruji sepeda. Untung langsung ketahuan, dan aku tarik rok itu (robek sedikit), tapi kalau tidak langsung ketahuan kan berbahaya sekali.
Masih berjalan ke arah kantor akademik, aku juga mendengar suatu yang aneh. Ya! Suara cicadas, atau bahasa Jepangnya semi. Semi ini bisa ribut sekali. Tapi baru kali tadi aku mendengarnya. Memang temperatur udara saat itu sekitar 28 derajat. Dan aku teringat perkataan seorang supir taksi, “Ibu tahu, akhir-akhir ini Tokyo panasnya keterlaluan kan? Sampai 38 derajat. Nah itu juga berpengaruh pada semi-semi ini. Katanya semi-semi ini juga akan berbunyi pada suhu 30 derajat. Kalau terlalu panas, si semi juga kepanasan dan tidak berbunyi…. naruhodo. Si semi juga cari AC rupanya 😀
Sesampainya aku di gedung NO 2, tempat kantor akademik semestinya berada, aku hanya bisa bengong. LOH …satu gedung itu kosong! Ya ampun…pindah kemana ya? Rupanya Gempa Tohoku bulan Maret lalu menyebabkan gedung no 2 dan 3 retak dan rusak sehingga berbahaya untuk dipakai. Jadi diperbaiki, dan kantor akademis itu pindah. Dan kalian tahu, kantor itu pindah ke mana? Gedung no 10, tempat aku mengajar tadi. HADUH! Mesti jalan jauh lagi kembali ke Gedung no 10. Sambil senyum-senyum jengkel aku berjalan kembali deh ke Gedung no 10 deh.
Beres urusan aku pulang lewat Kichijoji, karena aku masih mau mencari titipan temanku Setyawan, yaitu Momo Manju. Manju atau kue mochi berbentuk momo ini sulit sekali dicari. Tidak dijual di toko wagashi (toko kue Jepang), karena sebetulnya merupakan kue khas daerah Koshu, prefektur Yamanashi. Setelah ubek-ubek beberapa toko, aku disarankan untuk mencari di Tokyu Departement Store. Baik sekali deh pegawai-pegawai toko di sana, sampai ikut mencari-cari. Mana ada pegawai toko di Indonesia yang mau ngoyo mencarikan barang yang dicari di TOKO LAIN? Dan benar setelah pergi ke Tokyu Dept Store itu, aku menemukan kue ini. Beginilah penampakannya:
Mudikku kali ini benar-benar tanpa membawa oleh-oleh. Tidak seperti biasanya aku sudah stock barang sejak lama. Temperatur yang mendadak panas juga membuat aku malas pergi berbelanja. Persis mau pergi berbelanja eeeehhh badai datang! hehehe, makanya jangan menunda-nunda yah imelda **mengingatkan diri sendiri**. Biarlah aku bawa oleh-oleh besar dan berat untuk keluarga dan teman-teman tersayang, yaitu: diriku sendiri…. cieh…. cuih…. gubrak!