Masih Musim Panas?

22 Jul

Ya, kalimat itu yang kami ucapkan mulai hari Kamis yang lalu. Setelah badai No 6 menerjang Kanto (ekornya), rasanya temperatur udara semakin menurun. Aku sempat menarik selimut rapat-rapat Jumat dini hari.

Pagi bangun aku langsung memeriksa test-test mahasiswa Univ S. Ya hari ini aku akan memberikan test kepada mereka, dan langsung menyerahkan hasilnya. Dan aku harus menuliskan formula penilaian. Kehadiran sekian persen, test kecil/harian sekian persen, dan test akhir sekian persen. Untuk kelas menengah aku memeriksa tugas karangan mereka dan merasa puas dengan tulisan mereka. Mungkin bisa juga aku membuat blog khusus karya mereka ya….

Hari Jumat ini Gen ambil libur. Karena aku mengajar dari pagi sampai sore, jadi perlu menjaga anak-anak. Sekaligus membawa mobil kami untuk service 6 bulanan. Aku sempat di antar ke stasiun terdekat untuk pergi ke universitas. Setelah kuliah selesai, aku menuju kantor akademik untuk menyerahkan nilai. Nah waktu itu ada beberapa hal yang menarik:

Sambil jalan aku melihat seorang mahasiswi yang memakai rok lebar tapi pendek dan mencangklong tas di sebelah kanannya. Nah, dia tidak tahu bahwa roknya itu terangkat oleh tasnya, sehingga terlihatlah pahanya yang putih. Memang agak eskstrim juga sih model rok di musim panas ini. Di satu pihak ada yang benar-benar pendek, tapi ada juga yang panjang melebar. Rok panjang ini biasanya terbuat dari bahan tipis, paling banyak motif kain India. Aku juga suka pakai rok lebar panjang ini. Tapi sebetulnya kita, para wanita harus berhati-hati memakainya. Selain kasus rok itu terangkat di bagian belakang tanpa terasa (makanya kalau ke WC sesudah keluar harap memastikan bagian belakang sama panjangnya :D), ada lagi kasus rok itu terinjak diri sendiri, terutama di tangga. Sering deh kalau itu, sehingga kalau naik turun tangga aku selalu “mengumpulkan” rok itu jangan sampai terinjak. Selain terinjak, amat tidak aku sarankan memakai rok macam itu dan naik sepeda. Karena aku sendiri pernah mengalami rokku melilit masuk jeruji sepeda. Untung langsung ketahuan, dan aku tarik rok itu (robek sedikit), tapi kalau tidak langsung ketahuan kan berbahaya sekali.

Masih berjalan ke arah kantor akademik, aku juga mendengar suatu yang aneh. Ya! Suara cicadas, atau bahasa Jepangnya semi. Semi ini bisa ribut sekali. Tapi baru kali tadi aku mendengarnya. Memang temperatur udara saat itu sekitar 28 derajat. Dan aku teringat perkataan seorang supir taksi, “Ibu tahu, akhir-akhir ini Tokyo panasnya keterlaluan kan? Sampai 38 derajat. Nah itu juga berpengaruh pada semi-semi ini. Katanya semi-semi ini juga akan berbunyi pada suhu 30 derajat. Kalau terlalu panas, si semi juga kepanasan dan tidak berbunyi…. naruhodo. Si semi juga cari AC rupanya 😀

Sesampainya aku di gedung NO 2, tempat kantor akademik semestinya berada, aku hanya bisa bengong. LOH …satu gedung itu kosong! Ya ampun…pindah kemana ya? Rupanya Gempa Tohoku bulan Maret lalu menyebabkan gedung no 2 dan 3 retak dan rusak sehingga berbahaya untuk dipakai. Jadi diperbaiki, dan kantor akademis itu pindah. Dan kalian tahu, kantor itu pindah ke mana? Gedung no 10, tempat aku mengajar tadi. HADUH! Mesti jalan jauh lagi kembali ke Gedung no 10. Sambil senyum-senyum jengkel aku berjalan kembali deh ke Gedung no 10 deh.

Beres urusan aku pulang lewat Kichijoji, karena aku masih mau mencari titipan temanku Setyawan, yaitu Momo Manju. Manju atau kue mochi berbentuk momo ini sulit sekali dicari. Tidak dijual di toko wagashi (toko kue Jepang), karena sebetulnya merupakan kue khas daerah Koshu, prefektur Yamanashi. Setelah ubek-ubek beberapa toko, aku disarankan untuk mencari di Tokyu Departement Store. Baik sekali deh pegawai-pegawai toko di sana, sampai ikut mencari-cari. Mana ada pegawai toko di Indonesia yang mau ngoyo mencarikan barang yang dicari di TOKO LAIN? Dan benar setelah pergi ke Tokyu Dept Store itu, aku menemukan kue ini. Beginilah penampakannya:

Bentuk kue ini benar-benar mirip momo (peach) kan? Duh susahnya cari kamu! Semoga aku bisa menyampaikan kue ini langsung kepada temanku, hari Minggu besok di Jakarta.

Mudikku kali ini benar-benar tanpa membawa oleh-oleh. Tidak seperti biasanya aku sudah stock barang sejak lama. Temperatur yang mendadak panas juga membuat aku malas pergi berbelanja. Persis mau pergi berbelanja eeeehhh badai datang! hehehe, makanya jangan menunda-nunda yah imelda **mengingatkan diri sendiri**. Biarlah aku bawa oleh-oleh besar dan berat untuk keluarga dan teman-teman tersayang, yaitu: diriku sendiri…. cieh…. cuih…. gubrak!

 

 

5 Jam

22 Jul

Ya, aku mau cerita tentang 5 jam yang dilalui kemarin, hari Kamis 21 Juli. (Pas tulis sudah Jumat jam 00:30 sih hehehe)

Jadi ceritanya, Riku dan Kai mulai hari Kamis kemarin ini sudah libur musim panas. Memang untuk Riku ada kelas berenang (kalau mau) dan Kai ada kelas bermain (kalau mau). Masalahnya aku harus mengajar, jadi tidak bisa antar-jemput. Jadi aku minta mereka berdua di rumah.

Seperti yang telah aku tulis di posting lalu, aku ragu untuk meninggalkan ke dua anak ini sendirian di rumah. Tapi apa boleh buat. Aku sudah tanya apakah ibunya Gen bisa menjaga, sehingga kalau perlu sejak Rabu malam aku sudah menitipkan anak-anak di Yokohama, dan menginap di sana. Tapi kebetulan sekali ibu mertuaku itu juga ada acara yang sudah dibooking sejak lama. Mau tanya teman lain…. ragu juga, karena di sini tidak ada yang gratis. Minimum aku harus memberikan honor per jam hmmm let say 800 yen. Nah kalau aku pergi 5 jam…. hihihi dikalikan saja sendiri. Lagipula rumahku berantakan sekali deh dengan 3 koper di kamar tamu. Belum lagi lego berserakan di mana-mana. Tidak …sangat tidak pantas mendatangkan orang lain ke rumahku saat ini.

Aku akhirnya pergi jam 12 siang. Kelas pagi sudah aku beri tugas, dan memang pesertanya sedikit. Jadi selama ini mereka sudah bekerja keras menerjemahkan bacaan-bacaan yang aku berikan. Aku kembali pukul 5 sore teng!

Apa yang terjadi selama 5 jam?

Well, sekitar pukul 2:28 persis aku menjawab pertanyaan murid setelah kelas selesai. HP ku bergetar. Hmmm harus kuangkat karena aku takut kalau ada apa-apa di rumah.

“Mama… Kai nakal…..Dia masukkan tissue yang tadi pagi kami buat ke dalam WC. Dia bilang dia tidak perlu lagi bolanya jadi dia buang dalam WC”
“Lalu bagaimana? banjir?”
“Ngga ma. Aku ambil tissue itu jadi ngga tumpah airnya”…. aduuuh jangan sampai banjir deh.

Memang paginya aku sempat marah karena tissue satu kotak habis dibuat bola. Tissue dibasahkan sampai menjadi sebesar bola tenis. Aduuuuh…
“Kenapa sih buat bola dari tissue?”
“Abis Kai minta buatin….”kata Riku
“Duh kalian itu. Tissue mahal! Kenapa buang-buang sih? Nanti mama tidak beli tissue lagi loh”
tapi karena aku juga sibuk menyiapkan pelajaran, lagipula nasi sudah menjadi bubur…eh tissue sudah menjadi bola…. jadi aku tidak perhatikan lagi.
Jadi rupanya Kai itu tahunya tissue basah harus masuk WC (dia baru sebulan ini bisa B.A.B sendiri sampai c*bok tanpa bantuan). Jadi deh dia masukkan bola tenis tissue itu. Jelas waktu diflush, airnya naik dong. Riku lihat dan marah-marahin Kai. Tapi dia pintar, dia ambil bola tenis itu.
“Kamu ambil pakai apa?”
“Aku ambil pakai tangan”
“Hebat! Riku pintar. Biasanya orang tidak mau masukkan tangan dalam WC. Tapi Riku bertanggung jawab musti jaga adik kan. Jadi Riku ambil. Itu hebat Riku.  Terima kasih ya. Kalau Riku tidak ambil bisa banjir dan tetangga di bawah kita marah-marah”

Jadi sebelum aku pulang, aku belanja dan membelikan mereka es krim sebagai reward deh. Karena belanjaan ku banyak (dan berat) aku pulang naik taxi dari stasiun terdekat. Persis sampai depan apartemen dan mau bayar, HP ku bergetar lagi. Tapi kupikir biarkan saja, toh aku sudah sampai. Jadi aku naik ke lantai 4, dan …di depan pintu lift kedua anakku sudah menyambutku.
“Loh kok kalian di luar?”
“Iya kan sudah jam 5, jadi mama pasti pulang”
“Iya, sudah cepat masuk. Dan kenapa itu Kai tidak pakai celana?”
“Kai barusan aja p*p*p ma…dan dia bersihkan semua sendiri loh. Aku ngga bantu”
“Iya mama tahu, Kai kan memang sudah bisa sendiri. TAPI JANGAN keluar rumah telanjang gitu dong! Nanti c*nc*n nya digigit nyamuk loh…” hahaha

aduuuuuh aku menggiring dua anak lakiku masuk rumah dan mendapati rumah seperti kapal pecah. Udah ah… tutup mata.
“Mama….mama beli es krim ngga?”
“Ada tuh… makan aja”
“Makasih ya mama….”

5 Jam yang menegangkan untukku, tapi 5 jam yang menyenangkan bagi mereka. Yaritai houdai… bisa berbuat apa saja. Untung saja tidak banjir hihihi.

(Malamnya aku pikir…hmmm kalau anak-anak sudah mulai bisa ditinggal sendiri…aku bisa kerja full lagi deh 😀 …. maunya…)