Wah biasanya sih dalam kehidupan nyata, kita tidak bisa seenaknya mengubah nama kita kan? Kecuali jika perempuan menikah, maka nama keluarganya akan berganti menjadi nama keluarga (marga) suaminya. Di Jepang juga sama, tapi di sini ada peraturan yang memperbolehkan suami istri memakai nama keluarga yang berbeda. Jadi misalnya aku, Imelda Coutrier, boleh tetap memakai nama Coutrier terus sampai mati, tanpa memakai Miyashita. (Anak-anak tentu ikut bapak) Tapi nama keluarga berbeda atau bessei 別姓 ini masih amat jarang.
Kita bisa mengubah nama di dunia maya, dengan nama apa saja sesuka kita tapi tidak mungkin di dunia nyata, kecuali memang mau menipu. Nah yang aku mau tulis di sini sebetulnya terpicu oleh acara televisi anak-anak tadi pagi, dengan ilustrasi lucu. Memang aku sudah tahu tentang hal ini sebelumnya, tapi ilustrasi tadi cukup mengena dan mudah.
Ada seekor kepiting yang bertemu si ikan teman lamanya. Kepiting memanggil: “Hai… Shibasu… apa kabar?”
“Kepiting… aku bukan Shibasu”
“Loh… kita kan sama-sama dulu di TK. Kamu Shibasu”
“Namaku sekarang Hamachi”
….. 5 tahun kemudian….
“Haiii….. Hamachi! Apa kabar?”
“Aku bukan Hamachi”
“Loh… kok. Emang nama kamu siapa?”
“Buri”
“Waaah kamu ganti-ganti terus sih namanya…”
Memang Ikan Buri ini (Seriola quinqueradiata) mempunyai nama yang berbeda tergantung besarnya. Bayi ikan s/d ukuran 20 cm disebut Shibasu, atau di Kanto (Tokyo dan sekitarnya) ada yang menyebut dengan Hamachi atau di daerah lain di Jepang disebut sebagai Mojakko. Sampai dengan ukuran 30/40 cm dia disebut Inada atau Hamachi, sampai dengan 60 cm menjadi Mejiro, dan di atas 70 cm disebut Buri. Jadi namanya berbeda menurut besarnya. Makanya waktu aku makan sushi ada yang namanya Hamachi, ada yang namanya Buri. Biasanya Buri ini lebih mahal, karena kandungan minyaknya lebih banyak…. dan lebih lembut.
Pantas aku cocok sekali masak ikan Rica-rica memakai ikan Inada ini. Ukurannya pas, tidak terlalu besar, lagipula di musim dingin begini harganya tidak mahal karena memang sedang musimnya. Ikan-ikan di Jepang justru enak di musim dingin karena dagingnya keket (padat) dan berminyak jadi lembut. Rasanya? Seperti ikan tongkol, jadi memang cocok untuk rica-rica kan?
Kemarin dulu aku membeli ikan Inada ini, lebih kecil sedikit dari yang aku beli waktu ulang tahun dulu. Karena masih fresh, petugas toko tanya apa aku mau dipotongkan untuk sashimi? Aku tertegun… oh ternyata bisa dimakan untuk sashimi ya? Tadinya aku berniat membakarnya saja, jadi mau minta potong dua saja. Tapi begitu dia bilang bisa sashimi, kupikir boleh juga deh setengah untuk sashimi, setengah untuk dibakar. Lalu dia berkata: “OK, san mai oroshi ya (san mai oroshi adalah pemotongan ikan menjadi 3 bagian, bagian kepala, lalu mendatar persis di atas tulang). Dan karena aku mau sashimi, setengah bagian ikan bagian kulit juga dikupas sekaligus. Tapi…. waktu aku menerima hasil potongan ikan itu aku agak kecewa. Kenapa?
Karena kepalanya tidak diikut sertakan, mau minta malu hihihi. Padahal kepala ikan kan enak hihihi. (Pasti ada pembaca yang tidak setuju padaku, bahkan sampai saat inipun Gen selalu “geli” melihat aku makan kepala ikan. Dia tidak bisa menikmati enaknya daging lembut di bagian pipi ikan dan mata 😉 . Well aku kan orang makassar jadi ikan memang makananku 😀 ).
Lagipula perasaan ikanku ini jadi kecil banget deh (ya dua potong tanpa kepala dan ekor, jelas kecil lah hihihi). Lain kali aku mau minta utuh saja deh, aku akan potong sendiri di rumah. Yang penting ada pisau yang tajam pasti bisa :D. Dan hari ini aku beli lagi deh satu Inada yang utuh, karena kebetulan juga petugas yang biasa melayani aku tidak ada. Tinggal asah pisauku maka aku siap menjagal ikan ini hehehe. Ayo ibu-ibu dan calon ibu… bisa memotong ikan atau ayam utuh tidak? Ini adalah keahlian yang sebetulnya wajib dikuasai ibu-ibu. Tapi jaman sekarang di Jepang sedikit sekali ibu muda yang mau dan bisa memotong ikan sendiri. Jadi kalau bisa, kamu akan dibilang Jouzu 上手 pandai!