Aku ingin tahu deh, apakah semua bisa bersiul? Ingat kapan pertama kali bisa bersiul? Aku sendiri tidak ingat kapan aku bisa bersiul, tapi aku ingat aku bisa bersiul karena ingin menandingi papa dan mama hihihi.
Dulu waktu masih kecil, aku ingat kalau mama dan papa saling “memanggil” pasangannya yang tidak ada di kamar yang sama dengan bersiul. Bukan berteriak, “Paaaaa…” atau “Maaaa…..”. Tapi mereka punya “lagu” sendiri untuk memanggil. Mungkin kalau diterjemahkan dengan kata-kata seperti “Schaatje” atau “Meisj….” (panggilan papa kepada mama memang Meisj dari dulu, padahal kan meisj artinya gadis hihihi). Nah, imelda kecil ingin meniru bersiul seperti itu, dan memonyong-monyongkan mulutnya meletakkan ujung lidah di belakang gigi bawah… fu…fuu…. fuuu….. mengeluarkan udara lewat sela-selanya.
Setelah berhasil, tentu saja bisa meniru nada panggilnya papa dan mama, bahkan bisa bersiul mengikuti irama. Suatu waktu aku bersiul di rumah kost pertamaku di Tokyo, dan dimarahi sang Nenek. Katanya, “Kupikir cucu laki-lakiku, ternyata kamu ya? Wanita Jepang tidak boleh bersiul…..” Supaya tidak panjang, ya aku iyakan saja, minta maaf, dan tidak bersiul lagi di rumah. Padahal waktu aku tanya Gen, dia tidak pernah dengar tabu seperti itu bahwa wanita Jepang tidak boleh bersiul dsb dsb. Dan memang sih aku tidak pernah mendengar wanita Jepang bersiul. Waktu kutanya ibu mertuaku, dia hanya bilang “Saya tidak bisa…” tanpa ada alasan lain. 😀
Waktu Riku mendengar aku bersiul (setelah nikah dan punya rumah sendiri ya bebas dong untuk bersiul), dan ingin sekali bisa. Waktu itu dia baru TK, dan berusaha sekali belajar bersiul….. tapi agak sulit. Cukup lama dia akhirnya bisa bersiul. Tapi Kai…. seperti sudah aku ceritakan, ternyata Kai sudah bisa bersiul waktu kami pergi ke Disneyland waktu itu, berarti umur 3 tahun! Lalu kata Gen waktu aku beritahu hal itu, “Iya, Kai ompong sih, jadi gampang bersiul” hahaha. Jahat ya!
Karena Kai sudah bisa bersiul, dia merasa dia sudah gede, sama dengan kakaknya. Jadi kadang aku panggil dia, “Kakak Kai….” Dan dia memang sering bersiul-siul sendiri di rumah. Aku sih tidak pernah melarang, karena bukannya bersiul pertanda gembira? Betul kan?
Selain bersiul karena gembira, atau tidak ada kerjaan, biasanya aku ikut bersiul dengan burung perkutut kesayangan. Untuk mengundang perkutut peliharaan bernyanyi sering kami awali dengan bersiul dulu…. (dulu kami pelihara perkutut sih, jadi aku sering begitu hihihi).
Nah, ada satu lagi “keahlian” yang seakan-akan menjadi penentu “kedewasaan” seseorang. Aku tidak tahu apa namanya. Itu tuh, kalau kita mengeluarkan suara “cetak cetok” dengan jari tengah dan ibu jari, atau “memukulkan” jari telunjuk pada jari tengah dan ibu jari, sehingga mengeluarkan bunyi… ya cetak-cetok itu deh. Rasanya kalau sudah bisa mengeluarkan bunyi begitu puas rasanya, dan sering dilakukan jika kita bosan, atau memanggil …anjing :D. Tambah afdol lagi memanggil pakai cetak cetok itu dan bersuit, “Fuit fuit”. (Jangan lakukan untuk memanggil gadis lewat ya! :D)
Bagaimana apakah pembaca TE bisa bersiul dan cetak-cetok itu? Kapan bisanya? Atau tidak bisa atau tidak boleh karena ditabukan? (Dulu memang aku sering dengar tidak boleh bersiul di malam hari karena memanggil setan 😀 ). Ini bisa dikatakan ketrampilan atau ngga ya? hehehe….
Have a nice Monday! Mine will be busy as usual….. Dan Tokyo sedang mendung nih (max 9 derajat), malas mau ngapa-ngapain. Belum lagi aku mulai menderita karena serbuk bunga/ pollen. Terpaksa minum obat anti alergi deh.
Tabiks
EM
saya gak bisa bersiul mbak! hehehe
tapi kalo cetak cetok (iya ini sebenernya namanya apa ya) saya bisa… hehe
hihihi kadang aku mikir semua orang bisa bersiul, ternyata ngga ya? Apalagi pemusik, kupikir bisa bersiul 😀
EM
Saya bisa dari SD, karena semua teman2 bisa.. hiks.. hiks.. tapi nadanya ga terlalu bagus..
Panggilan Schat itu, apa cewe ke cowo? karena saya dan teman saya pake panggilan Schat, padahal kami sama2 perempuan.. itu setelah kami ikut2an Oma teman saya itu, beliau selalu panggil teman saya Schat, hehehehe.. anak kecil memang latah yaa..
schat itu artinya darling, jadi ya bisa ke cewe, bisa ke cowo, yang disayangi.
Kalo bernyanyi nadanya bagus ngga? Aku pengen tahu apakah org fals = bersiulnya fals juga ngga hihihi
EM
Oohh… Aku jadi tau sekarang alasan kenapa dulu memutuskan menikah dan punya rumah sendiri. Supaya bisa bebas bersiul-siul ya? Hihihi.
Aku tentu bisa bersiul dan bercetak-cetok. Tetapi kapan pertama kali bisa, rasanya sudah lupa. Sepertinya terjadi secara alami saja. Aku mulai meniru sebuah siulan, karena dulu waktu kecil kalau bapak memanggil anak-anaknya yang sedang main di sekitar rumah untuk segera pulang, justru dengan siulan. Bukan namanya. Kalau siulan itu sudah terdengar dari kejauhan, itu tandanya aku dan kakakku sudah harus pulang dan segera mandi. Matahari tak lama lagi bakal tenggelam.
Ah ya, berarti aku sudah mulai mencoba bersiul sejak kecil, meniru bapak. Dan soal cetak-cetok, ya meniru siapa lagi kalau bukan MJ. Hihihi. Karena MJ, tangannya hampir tak pernah diam alias selalu bercetak-cetok kalau nyanyi. Nah, berarti keduanya bisa sejak kecil.
Oh ya, dulu waktu kecil aku pernah dengar dari mama: kalau malam tidak boleh siul-siul. Aku sendiri heran kenapa tidak boleh. Tidak ada penjelasan logikanya. Maka aku tetap bersiul-siul, dan setan pun datang! Huaaaaaaaa……………..
dasar! 😛
Hmmm mungkin dulu semua ortu memanggil dgn siulan ya? supaya tidak usah teriak-teriak memanggil nama. Lebih sopan, dan terdengar. Apalagi mtb kan besar tuh, lebih afdol kalo bersiul hihihi.
Loooh kamu bukannya cenayang? yang suka manggil setan dgn bersiul? 😛
EM
Dan… dalam wujud apakah setan itu datang…?
Perasaanku mengatakan, setannya pastilah cantik..
Buktinya, dirimu masih saja terus melakukannya di malam hari, alias ketagihan… Ayo ngakuuu… 😀
Pastilah Uda. Wong di dunia nyata aja yg ngerubungin manusia cantik. Pasti di malam hari lelembut cantik hihihi
(biarpun cantik tapi kalo punggungnya bolong …ngeri juga ya? )
EM
Xixixi…
Cetok2nya itu yang nggak nguwati… 😀
pasti pak eM ahlinya deh 😀
EM
Cetak-cetok? haha… iya ya, apaan sih istilahnya?
Bersiul dan cetak-cetok jelas aku bisa. Cuma untuk memanggil seseorang dengan kedua cara itu rasanya belum pernah kulakukan. Kayaknya gak akan kucoba deh, soalnya dalam pikiranku sudah terekam kalau kedua cara itu digunakan untuk memanggil burung, hehehe… 🙂
burung atau ayam Uda? Kalo aku manggil anjing hihihi
EM
Ya, siul2 itu bikin kita merasa udah gede, hehehe…
aku bisa siul pas kelas 2an SD, tapi dimarahin, karena gak sopan (maklum orang jawa, cewek banyak pantangannya, hiks..)
tapi kalo cetak-cetok ituuuuu… kok rasanya aku gak bisa2 ya sampe sekarang, kata orang2 sih karena jempolku lurus gak keren sama sekali (yang dibilang keren itu jempol yang kayak di merek kecap itu lho mbak, bisa lengkung, hahaha)
salam sayang mbak EM
hahahaha jempolku termasuk yang keren dong, meskipun cuma lengkung dikit. Ada tuh temenku yang bener2 lengkung sampai jadi aneh malahan hihihi
salam sayang juga Iyha
EM
Kalau aku sih biasanya bersiul kalau pas denger lagu, atau inget sama lagu tertentu, he he Kalau suwat-suwit sampai sekarang ngga bisa, dan syukurnya ngga pernah pake teknik ini untuk menggoda gadis yang lewat depan rumah, he he
kalau aku justru kalau kamar terlalu sepi, biasanya bersiul deh. Tapi sudah lama juga nih tidak santai bersiulnya. Asal jangan lupa aja hihihi
EM
Waaa … ini kocak nih …
Saya (baru) bisa bersiul ketika saya kelas 5 atau 6 SD gitu deh …
Sejarahnya karena … saya penasaran … kok Adik saya bisa siul … saya tidak bisa …
Ya … adik saya itu bisa siul duluan dibanding saya …
Kalau perkara Cetet Jari … (or your so called Cetak – cetek …)
Saya lupa kapan pertama kali bisa …
Sepertinya sih baru bisa berbunyi dengan keras dan “pulen” ketika saya SMP.
Gara-gara keseringan latihan Vokal Group. Dan akhirnya bisa semakin keras dan keras lagi ketika saya melatih di Bina Vokalia.
Begitu EM ceritanya
Ngebayangin mas penasaran sama mbak ning yang bisa bersiul hihihi lucu pasti. Mbak Ning monyong aja tetap manis. Tapi setelah bisa bersiul, pasti dipraktekin wkt jjs di bulungan kan?
Cetet jari itu bukan membunyikan buku-buku jari yang pegel itu ya? Yang sering dilakukan di leher juga (sampai bunyi) Katanya dulu kalau membunyikan buku-buku jari, nanti bisa cepat rematik, dan di buku2 jari itu berair. Setahuku sih cetet jari yang itu. Tapi mungkin aku salah…(cari dulu deh di kamus bahasa Jawa hihihi)
Dan memang cetet jari itu terpakai banget ya waktu menyanyi di koor atau vokal grup, sbg pengganti metronome. Apalagi kalau acapela….
EM
Salam saya EM
Yang saya tida bisa sampai sekarang itu …
Bersuit … atau Bersiut …
Itu lho … jari ke dua tangan (telunjuk dan jari tengah) dimasukkan mulut … lalu ditiup … dan menimbulkan bunyi yang lumayan keras …
Saya ndak bisa sampai sekarang …
(apa lagi beberapa anatomi dan perangkat mulut sudah tidak orisinil lagi …)(you know what I mean kan ?)(hahahaha)
salam saya lagi EM
..
hi..hi..hi..
perangkat gak orisinil kok jadi alesan sih Om.. ^^
..
soalnya ngga bisa nyalahin yang lain 😀
EM
aku nggak bisaaaaa, dipksa2in juga susah
Janganlah dipaksain mbak… Nanti malah jadi aneh.
EM
saya sih biasanya cuma bersuit-suit sama temen-temen kalau ada cewek lewat. *norak* 🙂
Naaaah ngaku
EM
aku bisa cetak cetok tapi gak bisa siul. dulu pernah nyoba sampai mulut pegel gak bisa2,,hehehe….
Kai hebat banget, baru 3 tahun udah bisa siul…..
hehehe, hebat atau ngga aku ngga tau deh kalo di sini. Lain negara lain budayanya kan?
EM
Waktu kelas 2 SD! 😀
Waktu itu penasaran, koq temen bisa bersiul dan aku enggak, eh dia bilang, “Tunggu gigi seri copot, pasti bisa deh” (dan bener, hahaha)
Kalau “cetak-cetok”, gak tau juga kapan mulai bisa, taunya bisa aja… (dan diawali dengan latihan di dalam air, wkwk)
Nah! Berarti kalau gigi serinya ngga ada bisa pinter ya? Si Kai kan ompong tuh, makanya bisa hahaha
Wah hebat! Latihannya dalam air hihihi
EM
Haha, bisa jadi… :p
Maksudnya, tangannya sih yang di dalem air, gak satu badan, LOL
..
bisa siul lupa sejak kapan, tapi dulu seneng banget siul waktu ada lagunya Gun n’ Rose yang intronya pake’ siul-siul..
🙂
..
cetak-cetok di tempatku namanya phetot.. ^^
biasa buat manggil ayam.. 🙂
..
petot? bukan betot kan hihihi
manggil ayam bukannya ck ck ck?
EM
Saya tidak pintar bersiul mbak. Inilah salah 1 hal yg saya inginkan tp memang tidak bisa. Bisa sih keluar sedikit suara setelah dipaksa sampe bibir sudah monyong kemana-mana, tapi cuma itu saja, 1 nada saja :(. Padahal mami saya bisa, tante saya bisa, dan abang saya so pasti bisa. Hidup ini memang tidak adil ya, tp mo gimana lagi hehehe..
Kalo cetak cetok, waktu SD saya udah bisa. Dan rasanya bangga sekali..
Nah itu dia, kalau bisa sesuatu yang rata-rata orang lain bisa, rasanya bangga kan? Kayaknya ada beberapa “syarat” untuk bisa jadi “anak gaul” jaman itu
EM
Kenangan masa kecil yang tak terlupakan ya.
Waktu kecil, SD kelas 3 deh, saya bisa bersiul, karena ngeliat orang bisa bersiul saja trus coba-coba.
Tapi nggak bagus cetak cetok 😀
hehehe rata-rata wkt SD belajar bersiul ya
EM
aku nggak bisa bersiul, tapi cetak-cetok bisa dong hehe.
eh, tapi dulu nenekku sering melarang cucunya bersiul dalam rumah juga tuh. katanya nggak sopan.
Ya ya ya, orang Jawa pasti melarang anak perempuan melakukan kebiasaan yg milik lelaki 😀
Sama aja aku dulu sering dimarahin mama kalau berkata “gue”. Makanya sampai skr agak sulit mau tulis/bicara gue.
EM
Halo salam kenal 🙂 …. Kalau saya sih pengen banget tuh bisa “pheewiiit” .. dua jari masuk ke mulut terus di tiup. Tapi sampe sekarang belum tau gimana caranya. 🙁
heheh iya bersuit yang begitu juga aku ngga bisa. Kesannya “Laki” banget
EM
aku sih bisa tapi ada temenku yg ga bisa..(:
Waaaa…saya nggak bisa dua-dua nya….hiks:((
Dari tiga bersaudara, hanya saya yang benar-benar cewek…adik kandungku yang nomor 2, walau cewek, bisa bersiul, cetak cetok (ikut istilah EM), juga memanjat pohon, genteng…segala macam urusan cowok deh. Adik bungsu (laki-laki), karena kakak perempuannya udah punya keahlian seperti cowok, lebih santun, tapi dia menandakan kegembiraannnya dengan bersiul. Jadi kayaknya betul…orang bersiul, karena gembira…ada nggak ya bersiul karena marah (kayaknya nggak puas ya, marah2 kok pakai bersiul).
Anak-anakku, hanya si bungsu yang bisa bersiul, tentang cetak cetok saya nggak perhatikan. Waduhh..EM ini benar-benar multi talenta.
mbak, aku pembaca baru di TE ini. gara2 googling puisinya Kaneko Misuzu, akhirnya bisa nemu blog ini. aku mahasiswa sastra jepang Unair, hehe… ada 2 sensei di departemen kami yg alumnus UI. aku udah hampir memasuki semester 10 (emang ada ya?) artinya udah telat lulus. aku angkatan pertama di sastra jepang Unair, baru buka 2006 kemarin soalnya.
aku niat untuk melakukan penelitian skripsi ttg puisi Kaneko Misuzu, tp ada pilihan lain juga sih, puisi Ibaragi Noriko dan Ishigaki Rin. kira2 menurut mbak yg mana paling enak buat diteliti?
sebelumnya saya meneliti ttg perempuan di dalan Midaregami Yosano Akiko, tp sy tidak sepaham dengan sensei sy dan katanya emang tanka sulit buat diteliti, akhirnya saya ganti judul, padahal teman2 sy udah pada mau pendadaran bulan februari, tp tidak apa2, sy harus tetap optimis aja. doumo arigatou
Yang enak dan banyak sumber datanya sih Kaneko Misuzu. Dia juga paling terkenal, puisinya yang “Minna chigatte, minna ii” dilagukan dan dinyanyikan setiap hari. Coba baca surat kabar SD yang kebetulan kemarin mengupas ttg Kaneko Misuzu. Baca di sini :http://asagaku.com/topnews/sho/top6.html Gambatte ne.
Puisi Kaneko Misuzu ini sebetulnya bukan dilihat keindahan bunyi tapi lebih ke arti, yang dipunyai semua orang. Sementara penyair lain kan lebih mementingkan bunyi, dan interpretasi yang membacanya. Saking banyak yang suka puisinya, TV pendidikan Jepang sampai membuat versi bahasa daerah.
Adik iparku juga penyair Tanka yang sudah mengeluarkan 4 buku kumpulan puisinya. Tapi terus terang aku tidak suka…. karena aku belum orang Jepang yang bisa melihat keindahan bunyi dan melihat latar pembuatan puisinya. Aku lebih suka puisi modern, bebas yang tidak turkukung jumlah huruf spt tanka dan haiku. Shi = puisi
Menurut suamiku puisi Kaneko ini pendek jadi mudah dibahas, Sedangkan Noriko punya panjang-panjang hehehe. Dia juga menyarankan meneliti ttg Kaneko Misuzu saja. Temannya seorang profesor di Jepang ada yang melagukan puisi-puisi Kaneko Misuzu sampai mengadakan konser segala. Selain itu ada Museum Kaneko Misuzu kalau tidak salah di Shimonoseki (Yamaguchi ken)
Senmonnya Sastra ya. Hebat! aku males nyastra hihihi. (Masalhnya aku tidak mau mengritik isi hati seorang penyair hehehe)
EM
Bersiul? Saya bisa dong. Tapi hanya suit-suit kayak nggoda orang lewat gitu (ya’elaah … 😀 ), nggak bisa dengan nada lagu tertentu. Pernah saya jalan di kampus, disuitin teman dosen (bercanda pasti), saya balas suit-suit juga. Hwaa …. orang ketawa semua … 😀 .
Cethok-cethok juga pasti bisalah. Tapi ada yang lain Mbak Em, suara cethok-cethok yang dihasilkan dari mulut, dengan cara ‘meletupkan’ lidah ke langit-langit mulut bagian atas. Ini tidak semua orang bisa kayaknya … 🙂
Bersiul?
haduh… maap gak bisa…hihihi…
cetak cetok mah bisa…
eh..Kayla juga baru bisa tuh kemaren…
dan bangga banget tuh keliatannya 🙂
Hiks … saya mah tidak bisa bersiul, apalagi cetak cetok …
jika itu pertanda kedewasaan se seorang, berarti saya blom dewasa ya hahaha ngareppp …
Aku bisa bersiul sejak kecil. tapi lupa tepatnya. Sejak TK sih udah sering monyong-monyongin bibir, trus niup-niup gitu..pengen kayak papa yang bisa bersiul dengan nada lagu. lama-kelamaan aku bisa juga, keluar suara siulan, tak bernada, datar aja… trus coba-coba pakai nada lagu anak-anak eh bisa….
Aku ingat, nenek kandungku (yg sangat priyayi) melarangku bersiul..katanya nggak boleh anak perempuan bersiul. Sedangkan adik bungsu nenekku (yg super nyentrik itu) malah seneng bgt kalau denger siulanku… hihi…kedua nenek itu bumi-langit bener deh… 🙂
Cetek-cetek aku bisa tapi nggk bisa kenceng suaranya. kalau cetok-cetok itu di daerahku dipakai untuk istilah suara yang keluar dari mulut dengan melekatkan lidah ke langit2 mulut dan meledakkan suara dari lidah dan rongga mulut..
heiii
uda mulai musim semi kah? kok ada pollen? ada syal yg bs dipake bwt nutupin mulut & hidung pas bersin loh! 😉
bersiul.. bs sih. dan bs melengking. meskipun ga krs2 bgt..
snapping fingers.. kanan bs, tp g krs; kiri g bs, mgkn krn blm dilatih. & bisanya itu juga baru2 aja, stlh ud gd tp g prnh bs & g sk
tmn2ku Persians bs snap fingers yg lbh susyah lagiii. pk jari dr k2 tangan
waaa. so sweet deh.. kl smp tuapun msh pk panggilan syg.. cuit cuit..
oh, tante2 tmn ma2 jg kdg comment kl aq bersiul. kliatannya emg kurang pnts bwt cewek utk nyiul. (but i totally disagree)
& aq jg kliatannya g prnh (sgt jarang) dgr cewek (slain aku sndr..) brsiul
last but not least, g nyangK bgt tipe2 tante Imel sk nyiul jg.. (wondering how she sounds) :p
~LiOnA~
Berhubung saya laki-laki, saya bisa bersiul dan cetak cetok, tapi yah liat2 kondisi Ibu untuk mempergunakannya, mau laki-laki atau perempuan, kalau baru layatan bersiul, wuaduh, bakal kacau deh, he..he. Nice story
bersiul? checked.
cetak cetok itu menjentikkan jari ya? checked.
😀 dulu sengaja belajar karena rasanya memang keren dan kakkoii sekali..
tapi kayanya skill ini emang ‘cowo’ banget deh tan..
Lucu dan intim dalam familie sfeer kisahmu ini. Meisje = gadis mmg sering dipakai sbg sebutan kepada anak gadis atau istri. Schat = darling = kasih bisa buat cewek cowok anak istri suami sahabat dlsbnya