Tertipu dan Terjebak

21 Jan

Jangan diartikan judul diatas dengan arti yang “parah” sehingga aku menjadi korban ya?  Hanya hiperbola kok, tapi aku mau menuliskan perasaanku kemarin yang bisa dikategorikan dengan dua kata tersebut.

Pertama aku tertipu oleh Kai. Jadi ceritanya kemarin aku membeli coklat kotak, karena aku perlu kotaknya. Biasanya aku jarang membeli coklat yang “agak” mahal begitu untuk oyatsu atau snack time anak-anak. Tapi karena hari Jumat ini Riku harus membawa kotak bekas kue untuk prakaryanya, terpaksa deh aku cari-cari kotak yang cocok. Supaya tidak salah, aku beli juga roti kering dalam kotak yang besarnya berbeda. Serta sebuah kotak wafer “Gaufres”. Jadi ada 3 macam kotak yang bisa Riku bawa ke sekolah. Sekolah Riku memang sering menyuruh membawa barang bekas dari rumah untuk dibuat prakarya. Cuma keluargaku memang jarang makan kue-kuean dalam kotak sih, jadi mana ada bekasnya hehehe.

Lumayanlah kupikir jadi seminggu tidak usah beli snack, dan untuk hari Kamis kemarin aku buka kotak coklat dan bagikan ke anak-anak. Riku penyuka coklat jadi dia langsung kalap deh ingin makan sebanyak-banyaknya.  Jadi aku pakai sistem suruh Riku pilih satu (coklatnya macam-macam jenis), kemudian Kai. Sesudah itu coklat yang kedua, aku suruh Kai pilih duluan. BUT, Kai berkata “Kai ngga mau.”… Wah kupikir hebat sekali Kai tidak mau makan coklat dan tidak ngiri melihat kakaknya makan dua, sedangkan dia makan satu. Tapi ternyata aku tertipu

Sehari sebelumnya aku memberikan rusk coklat putih, dan Kai suka sekali. Dia tahu aku simpan kaleng itu di mana, jadi sesudah dia berkata, “Kai ngga mau…” Dia mengendap-endap mau membuka kaleng rusk coklat putih. Untung ketahuan aku dan dia merengek, “aku ngga mau yang coklat, aku maunya ini” hihihi. Ternyata aku dikelabui bocahku ini.

White rusk yang disukai Kai...sampai mengendap-endap dan menolak coklat "biasa"

Kejadian tertipu kedua aku alami yaitu karena aku menerima kiriman dari SOLO! Dari seorang pembaca TE yang mengaku pecinta TE (uhuy…. ) aku singkat LL saja ya, aku takut dia marah kalau aku tulis nama lengkapnya.  (Kecuali kalau dia komentar di sini hehehe) . Tentu saja aku terkejut, tidak menyangka dikirimi sesuatu. (Terima kasih banyak ya) Tapi aku juga sekaligus merasa tertipu hihihi. Biasanya aku akan wanti-wanti  orang yang akan mengirim sesuatu ke Tokyo, karena biaya pos mahal dan supaya mengurungkan niat untuk kirim. Mending kalau bertemu saja di Indonesia pas mudik. Tapi si LL ini memang ada rencana untuk bersekolah di LN untuk waktu yang lama. Dia mengatakan ingin mampir ke Tokyo sebelum pergi ke negara tujuan, jadi dia perlu alamatku. Ya aku tanpa curiga (dan percaya sekali bahwa dia akan datang ke Tokyo) aku memberikan alamatku di Tokyo. eeeeh tahu-tahunya dia “menipu”ku karena dia sama sekali tidak berniat mampir ke Tokyo (aku agak amat sangat kuciwa deh sampai nangis meraung-raung 😀 ), tapi perlu alamatku untuk mengirim bingkisan. Duuuuh sebel deh! Memang aku senang menerima bingkisan, tapi akan lebih senang kalau bisa bertemu langsung dengannya. Really! Aku menganggap dia extraordinary! Extraordinary young girl.

Di usia yang masih belasan, LL sudah sangat mandiri dan menguasai banyak ilmu. Dia melewatkan pendidikan High Schoolnya di Malaysia, dan tak jarang aku mendengarkan dia kewalahan menyelesaikan tugas-tugas/papers. Suatu hari tgl 20 Oktober 2010 tuhpas dia lagi suntuk mengerjakan paper tentang ” The Great Gatsby” yang ditulis Franciz Scott Fitzgerald, kita bercakap-cakap tentang banyak hal (do you still remember what we’re talking about?) . Wah, aku yang belum pernah mendengar judul buku itu jadi browsing di Amazon dan Wikipedia, dan bertemu salah satu quote dalam buku itu, “Whenever you feel like criticizing any one, just remember that all the people in this world haven’t had the advantages that you’ve had.” Membuatku cukup berpikir sebelum mengkritik orang…..

Bertemu LL di dunia maya membuatku optimis akan masa depan, karena ternyata masih ada pemuda pemudi yang berusaha menyerap berbagai pengetahuan di luar negeri, tapi juga tidak meninggalkan kebudayaan Indonesia dan terlebih agamanya. So, LL keep studying and keep reading TE ya…. sometimes I can see “young Imelda” in you. Seandainya aku ini berusia 20-an dan akan belajar ke Eropa/Canada sendirian, waaah bagaimana ya aku? Tapi dulu waktu aku masih mahasiswa di Jepang jarang homesick kok, belajar terus dan arbaito (kerja) terus hehehe. Oh ya…dan MAIN terus. Jadi kamu juga jangan lupa main ya!

Oh ya, masih ketinggalan kata “terjebak“nya apa. Ini pun agak hiperbola. Ceritanya hari Kamis kemarin itu kuliah terakhir di Universitas Waseda, minggu depan test. Dan aku bercerita bahwa satu stasiun dari kampus ada Toko Indonesia yang menjual bahan makanan Indonesia. Tiga murid perempuanku (dari 6 mahasiswa sih) matanya langsung bersinar dan berkata, “Waaah ingin coba ke sana”. Dan aku terjebak oleh binar mata mereka yang penuh “pengharapan”. Jadi deh aku berjanji memasakkan mereka masakan Indonesia asalkan mereka mau ke rumah pada siang hari. Tentu saja mereka senang sekali dan antusias untuk datang ke rumahku. Langsung setting tanggal 3 Februari …. alamat aku bersibuk ria di dapur lagi deh (sambil mikir menu apa yang kira-kira keterima perut mereka hehehe). Terjebak …. di dapur deh…..