Saat mulai menuliskan posting ini, jam menunjukkan pukul 21:30, berarti 2 setengah jam lagi sisa tahun 2010. Sudah selesai makan malam dan makan toshikoshi soba, mie pergantian tahun yang melambangkan harapan yang panjang di tahun yang akan datang. Sambil menonton acara tahunan dari NHK yaitu Kohaku Uta Gassen 紅白歌合戦 (harafiahnya: Kompetisi Lagu Merah-Putih), aku menuliskan 8 besar (berita) dari Nerima (nama daerah tempat tinggal kami).
Tadi sore waktu aku mempersiapkan makan malam, Gen bertanya padaku tentang 10 hal terbesar dalam tahun 2010 ini. Aku baru tahu bahwa dia selalu menuliskan 10 besar kejadian di keluarga kami yang terjadi pada tahun itu. Kami pikirkan bersama, dan sambil flash back kembali peristiwa demi peristiwa, tidak ada kejadian yang benar-benar menonjol pada tahun 2010.
Dari 10 besar yang kami pikirkan bersama, aku akan tuliskan 8 besar saja. Kenapa? Karena angka 8 adalah angka keramatku…. dan ada 2 point milik Gen pribadi yang dia tidak mau aku tuliskan di sini. Peristiwa besar dalam keluarga kami yang pertama adalah: 1. Riku sudah bisa tinggal sendiri di rumah bahkan dia sudah bisa memutuskan apa yang harus dilakukan seperti yang sudah aku tulis di sini. Intinya Riku sudah GEDE!
2. Aku mulai mengajar kembali Kursus Bahasa Indonesia KOI yang diadakan KBRI dengan Japinda, setiap Senin malam setelah cuti 3 tahun. Setiap senin aku dengan anak-anak pergi naik mobil ke Meguro, dan sementara aku mengajar anak-anak aku titipkan pada keluarga Indonesia yang tinggal di dekat Sekolah RI Tokyo.
3. Kai sudah “lulus tidak memakai pampers”, dan merasa anak gede karena sudah memakai “celana kakak” onisan pantsu お兄さんパンツ.
4. Pertama kali tahun ini mudik memakai pesawat murah lewat Hongkong (selama ini selalu naik JAL/SQ langsung Jakarta). Dan masih sempat bertemu dengan Oma Poel sebelum beliau meninggal.
6. Riku berhasil mendapat nilai 100 untuk pelajaran bahasa Jepang. Sebelumnya kami sempat khawatir karena nilai bahasa Jepangnya kurang.
7. Kai debut pertama di Tokyo Disneyland, meskipun untuk kali ke dua. Pertama kali Kai ke Disneyland dia masih bayi.
8. Riku bertemu dengan tokoh dari Vietnam, Doc korban perang kimia. Dan tulisan/gambarnya di angket sempat menjadi bahan tertawaan teman-teman Gen.
Menurutku memang tahun ini biasa-biasa saja, dibanding dengan tahun 2009, yang sangat sibuk untuk diriku.
Bagaimana resolusi tahun 2011? Untuk aku pribadi ada dua target yang hendak aku laksanakan di tahun 2011, satu jangka pendek yang diharapkan dapat diwujudkan di pertengahan Agustus, dan satu jangka panjang yang moga-moga dapat direalisasikan tahun 2015. Semoga aku juga masih bisa terus ngeblog dan menjaga silaturahmi dengan teman-teman yang sudah bertandang ke sini.
Banyak cara mengakhiri tahun dan menyambut tahun baru. Sebagai kebiasaan di Jepang, pertama membersihkan seluruh rumah terutama tempat-tempat yang biasanya jarang dibersihkan. Membersihkan bagian belakang kompor, lemari, lampu-lampu, membuang barang-barang yang tidak perlu dan rusak tapi masih disimpan sampai membuang baju-baju yang sudah tidak dipakai atau out of date. Kegiatan ini dinamakan Oosouji 大掃除, bahasa Inggrisnya BIG Clearance.
Selain itu sejak awal Desember, seperti juga di Indonesia, di pertokoan Jepang juga banyak terdapat BIG Sale, buat hadiah natal dan tahun baru. Khusus untuk pembelian TV, dikenakan semacam “tunjangan” dari pemerintah bagi yang membeli sampai pertengahan Desember (sesudah pertengahn desember, tunjangan itu menjadi separuh saja). Semua berlomba-lomba membeli TV karena mulai tahun depan 2011, siaran TV Jepang tidak lagi analog, tapi menjadi digital. DeMiyashita tidak tergiur membeli TV baru untuk menggantikan TV analog kami yang HANYA 14 inchi itu.
Ibu-ibu juga selain sibuk membersihkan rumah, juga sibuk mempersiapkan makanan khusus tahun baru yang disebut osechi ryori おせち料理. Kalau mau gampang sih memang lebih baik memesan yang sudah jadi yang biasanya akan diantar pada tanggal 30/31 Desember. Yang sudah jadi biasanya terhias dengan rapih, bagus tapi… mahal. Kalau mau yang lengkap dan banyak ya silakan merogoh kocek 100ribu yen (10 juta rupiah). Kalau mau yang minimal ya cukup 5-6000 yen (500-600ribu rupiah). Aku? setengah beli setengah masak. Ada yang aku beli jadi dan tinggal masukkan ke dalam kotak bersusun 3, dihias bersama makanan yang aku masak sendiri. Soal osechi ryori, nanti aku pasang fotonya di tahun baru ya 😀
Riku sudah libur sejak tanggal 25 Desember dan masuk kembali tanggal 11 Januari. Cukup lama, dan cukup membuat aku harus masak 4-5 kali sehari karena Riku sering berkata: “Mama aku lapar”. Penitipan Kai tutup dari tanggal 29 sampai tgl 3 Januari, dan Kai tetap rajin “masuk” karena dia sudah mempunyai teman akrabnya di sana, tidak mau bolos! Tadinya kupikir kalau Kai tetap ogah-ogahan, akhir Januari aku mau berhentikan dia dari penitipan itu, karena toh aku juga libur musim semi dan Kai akan masuk TK bulan April. Tapi dengan kondisi seperti sekarang, sepertinya aku akan kewalahan membujuk dia untuk tinggal di rumah hehehe. Papa Gen seharusnya libur sejak tgl 29 tapi masih ke kantor. Biasanya kantor Jepang libur sejak tanggal 29 Desember sampai 3 Januari, memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mudik/pulang kampung.
Tanggal 30 Desember, dengan formasi berempat libur, kami menghabiskan hari dengan menonton! Ya, tidak biasanya aku mau pergi ke bioskop. Tapi sejak aku kencan dengan Riku menonton G-Force dulu, aku yakin bahwa aku sudah bisa menonton di bioskop. Gen mau menonton “Space Battle Ship Yamato” dengan Riku, sedangkan aku mau mengajak Kai menonton “Ultraman Zero”. Riku tidak mau menonton Ultraman Zero, jadi ini merupakan jalan pintas terbaik, berdua-dua menonton film yang berlainan.
Kami menonton di T-Joy Ooizumi, sebuah kompleks bioskop dan pusat animasi To-ei, perusahaan pembuat film terkenal di Jepang. Dari rumah kami cuma 10 menit naik mobil (naik sepeda 20 menit). Aku pertama kali menonton di sini, dan aku senang karena sistem di sini bisa memilih tempat duduk waktu membeli karcis (kebanyakan bioskop di Jepang tidak bisa, sehingga harus mengantri sampai pintu buka). Kalau seperti begini, aku mau saja deh mengantar anak-anak nonton (aku sendiri tidak hobby nonton soalnya).
Aku menikmati sekali menonton berdua Kai yang baru pertama kali menonton film di bioskop dan cukup panjang. Expresi dia setiap adengan sangat antusias, sambil tak henti-henti mengunyah popcorn dan minum coca cola. Sebelum masuk aku sempat tanya dia, “Kai ganti popok ya, kalau mau pipis di dalam dan tidak bisa ke WC jadi tidak ngompol”. Dia agak bingung karena memang dia pakai celana dalam, dan waktu dia melihat aku mengeluarkan pampers dari dalam tas, dia langsung berteriak, “Mama…terima kasih…. mama bawa untuk aku ya?” (ya abis untuk siapa lagi sayang hihihi).
Melihat antusiasme Kai di dalam bioskop aku merasakan penyesalan tidak lebih cepat bisa ke bioskop dengan Riku. Riku pertama kali ke bioskop bersama papanya, ntah umur berapa, yang pasti tidak semuda Kai yang 3,5 tahun. Bayangkan dia ikut berteriak waktu Ultraman bertarung, ikut berdebar-debar waktu ultraman tertangkap. Untung saja kami duduk cukup terpisah dengan yang lain, dan suara musik dari film bisa menutup teriakan Kai… seru deh pokoknya. Soalnya penonton Jepang kan “alim” hihihi.
Waktu kami keluar studio pukul 5:10 sore, menjumpai papa Gen dan Riku di lobby, kami mendapat laporan dari Riku bahwa dia merasa “mual”. Rupanya film itu tidak cocok untuk anak-anak karena banyak mempertontonkan pembunuhan dan kematian. Gen pun berkata tidak menyangka film yang diangkat dari manga itu se”biadab” itu. Hiiiii untung aku tidak lihat ah… untung aku menonton bersama Kai. Oh ya, di bioskop itu aku melihat poster film Rapuntzel baru akan diputar di Jepang akhir Maret. Bagus ngga sih?
Untuk mengobati penyesalan menonton film yang menurut Riku “tidak menarik”, dan dia sudah mengeluh terus “lapaaar”, kami menyusuri jalan menuju daerah Kawagoe, Saitama untuk mencari restoran yang “lain daripada yang lain”. Bosan juga dengan restoran di sekitar daerah kami, meskipun kalau pulangpun aku bisa saja memasak karena lemari es penuh stock.
Akhirnya kami sampai di restoran Ooshimaya di daerah Kawagoe. Sebetulnya restoran ini tidaklah “lain daripada yang lain” tapi menurutku sih lumayan. Karena boleh dikatakan restoran ini mengambil bentuk pelayanan seperti nomiya, tempat minum-minum alkohol khas Jepang. Tapi biasanya nomiya itu gelap, sempit dan berasap rokok, sudah pasti TIDAK BISA BAWA ANAK-ANAK ke nomiya. Tapi restoran ini meskipun bernuansa nomiya, terang, bersih, tidak berasap rokok padahal kami duduk di meja boleh merokok dan tidak jarang kami lihat keluarga membawa anak-anak makan di sini. Jadi seperti family restaurant deh. Apalagi di sini juga ada kaiten sushinya (sushi berputar di atas ban), dan makanan lainnya juga lumayan enak. Yang pasti harganya murah! Kami berempat makan macam-macam cuma 5000 yen saja! Dan satu yang membuat aku kaget, pelayannya berkata, “Silakan datang lagi ya, tanggal 1 Januari kami buka seperti biasa!”. Waaaah… biasanya restoran dan toko Jepang semua tutup di hari pertama tahun baru! Ini pertanda apa? Pelayanan atau krismon?
seperti yang kutulis di FB: I am still …. avoiding Big Sale, doing Big Clearance, hoping Big Fortune