It’s good to be HOME

26 Des

Loh, katanya Imelda tidak mudik natalan kali ini? Kok judulnya begitu?

Well, sesuai “sentilan” papa yang “HOME IS WHERE YOUR HEART IS” maka aku bisa mengatakan… yes! It’s good to be home. Dan ternyata HOME-ku lumayan banyak loh!

@HOME1: Christmas Eve,  dimulai dari pukul 5 sore! hihihi, cepet banget ya? Masalahnya 4:30 Kai pulang dari penitipan, dan begitu aku sampai di rumah, Riku bilang, “Ma aku lapar!” “Ada banyak makanan enak, aku boleh makan?”

Jadi aku siapkan christmas dinner, ambil foto lalu mulai dengan appetizer bertiga saja dengan anak-anak sambil nonton disney channel yang menayangkan film-film tentang Natal. Untung aku memasak roast chicken 2 ekor, sehingga waktu jam menunjukkan pukul 8 malam tapi Gen  belum pulang, aku suruh anak-anak makan dengan memotong ayam panggang yang sudah aku bumbui dari sehari sebelumnya. Ayam panggang fresh from the oven itu ternyata enak ya, juice dan empuk. Kali ini aku buat dengan resep sendiri, dan ternyata pas! siiip deh. Cuma aku belajar bahwa waktu pemanggangan tidak perlu sampai 4 jam. Soalnya aku pakai panas 180 derajat dan untuk 2 ekor, ternyata 4 jam jadi hitam kulitnya. Maklum deh latihannya kurang hehehe.

Anak-anak bersikeras menunggu papanya pulang. Hampir pukul 10 malam  Gen pulang. Buka champagne dan yang lain menunggu papanya makan sambil menggelapkan ruang makan. Pertama kali Riku menyalakan lilin-lilin yang aku sediakan. Jadi family’s candle light dinner deh. Gen yang sudah capek malam itu, melihat keceriaan anak-anak menyambutnya akhirnya mengatakan: “Memang keluarga itu nomor satu ya”. Dan ditegaskan Kai: “Kazoku daisuki (aku suka sekali keluarga)”.  (Dan aku test dia, emang keluarga itu siapa sih Kai? Dijawab: Papa, Mama, Kai, Riku)

Setelah papanya selesai makan, aku menyuruh anak-anak tidur supaya santa claus bisa datang. Semoga besok pagi ada hadiah di bawah pohon natal. Jadi deh mama mendongeng supaya mereka cepat tidur. Dan seperti biasa yang nomor satu tidur adalah Riku.

@HOME2: Sabtu 25 Desember. Jam 4:30 aku melajukan mobilku menembus jalan padat Kan-nana untuk mengikuti misa jam 6 sore di Meguro. Wah banyak benar godaannya hari itu. Rencana berangkat jam 4 supaya bisa latihan nyanyi jam 5 ceritanya, tapi berhubung suamiku ketiduran, aku memutuskan untuk berangkat sendiri dengan anak-anak. Di tengah perjalanan, setiap jalur yang kupilih pasti padat dat dat. Ambil kanan, padat…. sabar dulu deh kupikir. Setelah cukup lama, aku berhasil ambil jalur kiri. Eeee sesudah berada di jalur kiri, giliran jalur kirinya yang apadat alias macet. Duh… setan menggodaku untuk menyumpah nyumpah!

Tapi …. sebenarnya saat itu aku pakai berbicara dengan Riku, karena Kai tertidur. Aku jelaskan pada Riku kenapa kita harus percaya pada Tuhan… hehehe serasa jadi pastir (pastor perempuan – julukan dari tante-tante di Meguro). Tak jarang aku sambil mengusap titik airmata karena mau tidak mau aku menceritakan sejarah hidupku sendiri.

Waktu macet yang mengharukan disamping menjengkelkan. Dan aku was was melihat jam di mobilku karena prediksi car navagator menunjukkan bahwa aku akan sampai di Meguro pukul 18:00 (awalnya 17:40 loh!). Oh Macet….. aku akan rela terlambat dan menikmati macet itu kalau saja aku tidak…. kebelet pipis! Worst deh. …..  Bayangin musti nyetir sambil nahan pipis. Aku tidak tahu deh pengemudi mobil lain apa pernah mengalaminya, tapi kemarin itu bener-bener deh. Kalau aku mampir untuk ke WC, sudah pasti aku terlambat. Tapi kalau tidak ke WC, mampu ngga aku nyetir sampai Meguro? Masih sekitar 30 menit. 🙁 duh

Tapi meskipun aku cari pompa bensin di car navigation, ternyata aku bener-bener tidak bisa mampir. Ada satu pompa bensin yang bisa aku masuki sebenarnya. Sudah mau masuk…eh self service, alias kita harus isi bensinnya sendiri. OGAH! Aku belum pernah self service sih, ngga berani. Jadi aku tahan deh sampai mendarat (emang pesawat hahaha) di gereja Meguro.

Sesudah ke WC, langsung masuk ke chapel sebelah altar untuk mengikuti misa. Lumayan , baru mulai gloria (terlambat 10 menitan). Misa oleh pastor Harnoko dan pastor Epen cukup meriah sampai ada sekitar 6 orang tidak dapat tempat duduk.

Setelah misa, kami berkumpul di ruang ramah tamah untuk makan bersama. Masing-masing anggota membawa apa saja yang bisa dimakan bersama. Untung saja aku sudah titip masakan pada tante Lientje, karena tadinya mau masak macam-macam, tapi tidak keburu. Saking banyaknya masakan, aku cuma makan sedikit karena bingung milihnya. Cuma ambil 4 potong lontong, ayam opor supaya bisa kasih makan Kai, sambal goreng hati (yang pedas), dan rujak asinan. Masih lapar sih, tapi ngga mood makan. Bawa dua anak sangat menyita perhatian sehingga tidak bisa makan yang tenang. Berapa kali mereka menjatuhkan minuman, sehingga harus dipel. Tapi yang pasti Riku dan Kai makan banyak kue dan coklat! Ya sudah lah, Natal ini…. aku biarkan mereka makan apa yang mereka mau (dan sadar waktu pulang bahwa mereka sama sekali tidak makan nasi… sa bodo ah!)

Berkumpul bersama umat katolik Indonesia, berdoa, makan dan bercanda bersama mampu membuatku merasa di rumah. Aku sangat terhenyak waktu mendengar ucapan pastor Harnoko, “Kami (pastor-pastor) ingin merayakan Natak bersama keluarga, tapi tidak mungkin. Jadi kami senang sekali berada di antara keluarga Indonesia di sini.” Ahhhh, pastor juga manusia kan… mereka juga ada kerinduan berkumpul dengan keluarga tapi tidak bisa. Banyak orang yang karena tugasnya tidak bisa berkumpul dengan keluarga di hari Natal, trus kamu cengeng karena tidak bisa mudik mel? ….

@HOME3 adalah home di TE, di FB dan Twitter (kalau twitter namanya timeline). Kalau kamu buka FB kan ada tuh HOME, tempat kamu bisa membaca semua kegiatan teman-teman. Ucapan natal yang mengalir, tak jarang ada juga polemik antara kaum muslim yang mengatakan tidak boleh mengucapkan selamat Natal dan muslim moderat yang sangat toleran. Terima kasih banyak untuk keberadaan teman-teman di sana. Tanpa ada ucapan selamat pun aku tetap menganggap semua temanku. Yang telah mengucapkan selamat di TE, FB dan twitter aku ucapkan terima kasih yang sedalamnya, kalian bukan saja teman, tapi saudaraku.

Apalagi aku mendapat telepon 1,5 menit dari adik mayaku, Ria di jakarta. Cuma bicara “Gimana natalnya mbak? Aku kangen!”… Duh senaaaaaaaaaaang sekali. Memang kami akhir-akhir ini jarang bertemu di dunia maya karena kesibukan Ria. Telepon itu benar-benar menyejukkan hati. Rasanya ingin isi pembicaraan itu aku bungkus kado sebagai hadiah Natalku. Terima kasih banyak ya Ri… muachhh.

@HOME 4 dan yang terakhir adalah gereja Katolik di Kichijoji, 20 menit naik bus ke stasiun Kichijoji, dan dari stasiun jalan kaki 7 menitan. Minggu tgl 26 Desember pagi, pukul 6:15 menembus dinginnya pagi yang masih gelap aku naik bus. Berdoa sendiri di gereja ini dan menikmati misa “Keluarga Kudus” yang dibawakan oleh pastor Epen. Umat yang hadir hanya 20-an di gereja yang cukup besar membuat badan yang tidak memakai coat cukup kedinginan. Heater tidak berhasil memanaskan seluruh gereja, tapi aku selalu membiasakan diri tidak mengenakan coat dalam ruangan. Karena jika aku tetap memakai coat dalam ruangan, begitu keluar akan terasa lebih dingin lagi. Misa dalam bahasa Jepang terasa lembut, dengan lagu-lagu yang sama sekali tidak meriah. Memang itulah gayanya orang Jepang, semua lagu misa seperti gregorian. Tapi itu membuat aku lebih bisa berkonsentrasi dalam doa. hening…

“Tuhan, semoga aku bisa meneladani keluarga kudus, sehingga keluargaku bisa menjadi keluarga kristen yang baik.Terutama karena hari ini aku memasuki tahun ke 12 dalam membangun keluarga.”

So ….  its good to be HOME for this Christmas.