Kartu

1 Des

Sudah masuk Desember, jadi mustinya kalau aku tulis judul  “kartu”, biasanya akan berpikir “Oh, Imelda pasti akan tulis tentang kartu natal atau kartu tahun baru”. Tapi Anda salah saudara-saudara. Aku kali ini tidak mau bicara soal “kewajiban” menulis kartu selamat seperti kartu Natal dan Tahun Baru. Bukan pula tentang kartu pos, salah satu obyek yang aku suka koleksi, kartu bingo, kartu anggota atau kartu nama yang pernah kutulis di sini. Tapi mengenai kartu untuk bermain. Game Card -ゲームカード gemu kado bahasa Jepangnya. Mainannya anak laki-laki Jepang.

Cukup terperanjat juga aku waktu aku cari di google dengan kata kunci “kartu pokemon”, ternyata ada juga di Indonesia!!! Wah…. Memang awalnya aku tidak bisa mengerti kenapa sih ada permainan seperti kartu pokemon itu yang dikumpulkan, lalu ditukarkan (trading). Apa serunya sih “berperang” dengan memakai kartu-kartu itu? Kayaknya bagiku lebih seru permainan kwartet, mengumpulkan beberapa kartu dalam satu tema… duh aku kangen main kwartet deh. Apa anak-anak Indonesia masih main kartu kwartet begini ya?

Sama seperti waktu aku menonton film anak-anak di Amerika yang mengumpulkan kartu softball? Apa ya serunya? Dan harga kartu seperti itu juga tidak murah loh. Kemarin Riku minta dibelikan kartu Dual Masters, sebuah seri kartu yang dia baru kenal dari teman-temannya. Ada temannya yang berbaik hati memberikan kartu dobelnya pada Riku (ngga tanggung-tanggung 17 helai). Supaya bisa bermain juga, dia minta dibelikan kartu itu. Tapi karena kemarin sudah malam, aku tidak kasih.

Kartu game Dual Masters yang Riku inginkan

Tadi siang aku pergi ke toko buku dekat sekolah Riku untuk membelikan penggaris segitiga. Di tengah jalan bertemu Riku yang pulang sekolah. Jadi aku ajak dia sekalian ke toko buku, dan memang aku berniat membelikan dia kartu Duel Masters itu. Untung saja aku ajak dia, karena ternyata kartu itu dijual di kasir, bukan diletakkan di rak seperti biasa. Mungkin menghindari anak-anak “mencuri”. Kalau aku pergi sendiri pasti aku tidak tahu bahwa musti tanya petugas tokonya untuk membeli. Dan ternyata satu plastik kartu Duel Masters itu (berisi 5 helai) ada 7 macam. Secara berkala mereka mengeluarkan edisi baru (dan membuat ibu-ibu pusing dengan permintaan anak-anaknya). Harganya? satu plastik itu 158 yen (15.800 rp) doooh. Akhirnya aku belikan semua jenis sih, tapi dengan embel-embel “Itu hadiah Natal dari mama” hehehehe.

Dan sore ini dia pergi ke taman dekat sekolah untuk bermain dengan teman-temannya, dan tentu saja “membanggakan” bahwa dia punya kartu baru. Yahhh kasihan deh kamu, kartu pokemon, dilupakan hehehhe.

Kartu pokemon yang terlupakan hari ini. Lihat dia rapikan kartu-kartunya menurut jenis/kekuatannya.

Aku memang membaca efek negatif dari kartu-kartu ini seperti bermain curang, berkelahi, tidak konsentrasi belajar dalam kelas (tapi kalau di sini memang tidak boleh membawa segala jenis mainan ke sekolah sih jadi tidak apa-apa menurutku). Tapi di samping efek negatif itu aku bisa melihat bahwa Riku bisa mengelompokkan kartu-kartu itu menurut jenisnya, sayang barang, dan BISA CEPAT MEMBACA, karena untuk bisa mengetahui kartu itu “kuat” atau tidak, harus membaca semua keterangan yang ada di bawahnya. Dan itu melatih dia membaca. Apalagi nama-nama di kartu pokemon dan Duel Masters itu kebanyakan pakai katakana yang memang dia agak lemah. Semoga saja dia bisa memenuhi janjinya padaku untuk lebih giat lagi belajar 😉

16 Replies to “Kartu

  1. Di Indo juga ada kartu dimaksud, yang bisa dipake sekalian untuk main di Timezone…lumayan mahal juga. Numpang baca blog Kak Imel ya……….bagus-bagus isinya jadi lebih tahu banyak tentang Jepang Txz

    oooh bisa dimain di game center ngga? Itu ada tuh kartu Mushi King (Kumbang Kelapa) yang bisa dimasukkan ke slot game center….. pokoknya semuanya usaha untuk memorotkan orangtua deh hihihi
    silakan baca-baca….ngga dipungut bayaran kok 😉
    EM

  2. Hehehe, jadi inget soal kartu Pokemon. Dulu ngetrendnya waktu aku kelas 6 SD (9 taon yang lalu? Hwhwhw), dan hampir semua anak cowo kelasku ngumpulin. Terus seru juga, ada yang palsu, ada yang asli… (katanya sih yang asli ada hologramnya atau apa gitu). Aku juga sempet dibeliin sih, walaupun kalau aku bukan buat maen, tapi buat liat” doank, hwhw. Kalau buat main sih, aku nyerah. Gak ngerti, haha

    9 tahun yang lalu? Berarti sudah cukup lama pokemon ini berjaya ya
    EM

  3. aku ingat waktu kecil aku juga suka main dan ngumpulin kartu-kartu itu maklum dulu waktu kecil agak tomboy, mainnya sama anak laki, kalo ada yg curang pake diajak berantem segala..he..he…Rizky anakku juga punya, sempat marah juga sih abis uang jajannya semuanya diabisin buat beli kartu. Adiknya icha kan ngga ngerti dicoret-coretin sama krayon kadang dirobek-robekin…abis itu bakalan terjadi kehebohan deh..he…he..

    waaah hebohnya pasti seperti Riku dan Kai tuh hihihi
    EM

  4. Kalau saya Kartunya Wayang Bu…
    Tapi sekarang sudah langka…
    Pabriknya nggak kreatif, desainnya itu2 saja…
    Salam untuk Pokemon

    waaah seru tuh…mau dong pak eM kartu wayangnya….
    mau koleksi
    EM

  5. Kartu2 model begitu aku gak pernah kenal, paling saat kecil aku tahunya cuma kartu bingo dan monopoly. Kartu yang model pokemon begini tahunya ya lewat serial di TV, itupun saat nonton numpang di tetangga sebelah rumah karena di rumah gak ada TV
    Salam hangat serta jabt erat selalu dari Tabanan

    Ya, jamannya kita sih emang cuma adanya bingo, monopoly, kwartet, domino…..
    EM

  6. iya saya juga gak abis pikir apa serunya ya main kartu2 gitu. kayaknya cuma buat koleksi dan tuker2an ama temen kali ya… 😀
    untung si andrew belum tertarik ama kartu2an gitu. hehehe

    well, akan datang waktunya si Andrew datang ke papanya, “Pa, minta duit untuk beli ini dong…” hehehe.
    bentuknya mungkin berubah, tapi kecenderungan tetap sama
    EM

  7. Anakku biar perempuan pernah juga main kartu pokemon ini, waktu lagi heboh di Indonesia, sekitar tahun 2007. Ada juga yang bentuknya animal card.
    Kalau di Indonesia, ada yang palsu dan ada yang asli yang pastinya mahal harganya.
    Dikumpulin sama ada 2 dus tuh kartu, begitu nggak musim, ya ke laut aja 😀

    Kalau di sini kartu beginian kayaknya populer terus deh. Sampai anak itu sudah terlalu besar, dan ada trend mainan baru yang ngepop ya. Seperti Naruto sekarang sudah jadi sejarah di sini:D
    EM

  8. Saya tak mengikuti perkembangan kartu ini setelah anak-anak besar.
    Tapi betul EM, anak-anak bisa belajar banyak….bisa melatih membuat cerita dari kartu itu dan menceritakan kembali.

    Iya bu, ada segi positifnya juga, tidak melulu negatif. Tinggal usaha kita mengurangi yang negatif, dan memperbanyak yang positif.

    EM

  9. Kartu Pokemon
    Wah ketauan banget Ibu yang baiknya
    Menjiwai dunia anak-anak agar bisa lebih dekat dan mengerti 🙂

    hihihi Aa, aku sedang berusaha, meskipun kadang aku cuma iya iya dan mesem-mesem aja saat Riku cerita soal mainannya. Tapi masih mending dia mau cerita……

    EM

  10. Saya sendiri tidak terlalu memerhatikan dengan kartu ini. tapi harus belajar juga kalau2 anak saya yang laki-laki nanti bertanya.

    Namun pada zaman saya kecil ada yang namanya kartu bergambar, biasanya dijual satu helai yang berisi 10-15 urutan kartu yang bercerita. Nanti kartu tersebut dipotong2, dan ngadu dengan teman. Caranya masing2 kartu kami diterbangkan, yang kartu bergambarnya tertelungkup nanti harus bayar sejumlah kartu (targantung kesepakatan; bayar 5 atau 10 misalnya).

  11. kalo disini mananya “gambaran” mbak
    itupun dipakai main kwartet…hehehehe
    dan aku memang gak pernah ngumpulin begituan 😀

    cuman hebat juga ya Riku, masih kecil sudah bisa nyusun kartu2nya.

  12. Kartu Pokemon … Yu Gi Oh …
    wwwaaahhh itu menu wajib jajanan anak Bungsu saya EM.
    Rumah penuh kartu …

    hahaha

    salam saya EM

    Ngga tau yang Yu Gi On….
    bisa bisa bikin rumah dari kartu ya mas hihihi
    EM

  13. Afif sudah menyukai kartu-kartu itu dari sejak kecil, dan sekarang ajib-fatih pun melakukan hal yang sama. Herannya, kartu-kartu itu kan berbahasa jepang, tapi kok dia ngerti fungsinya masing-masing, hahaha…. 🙂

  14. aku dulu juga sering mengumpulkan kartu2, suatu ketika ketika nilai2 rapotku jelek, kartu2 itu disita dan dimusnakan oleh ayahku. dia gak suka anak-anaknya mainan kartu karena cenderung kearah perjudian.

    Iya, aku sering ancam juga kalau nilainya jelek, pasti aku ambil hihihi
    EM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *