Kalau di Indonesia sekarang sedang libur Lebaran, maka Jepang juga tidak mau kalah. Tanggal 21,22 dan 23 September di penanggalan tercetak dengan angka merah. Dan jika mau dihitung sebetulnya mulai tanggal 19 September kita bisa berlibur 5 hari berturut-turut…mengalahkan Pekan Emas (Golden Week) di bulan Mei.
Apakah Jepang juga lebaranan? Ow, tidak lah yau…. Hari libur Jepang tidak ada yang berdasarkan hari besar agama. Natal pun tidak libur!. Jadi? memperingati apa?
Tanggal 21 September disebut dengan Keirou no hi 敬老の日, hari untuk menghormati orang tua atau lansia. Tanggal 23 September setiap tahunnya adalah hari Equinox, hari dimana panjang siang dan malamnya sama. Tanda permulaan musim gugur, bersamaan dengan kesempatan untuk nyekar di kuburan yang disebut HIGAN 彼岸. Higan atau Equinox Day ini ada dua kali setahun yaitu tanggal 23 Maret dan 23 September. Dan tanggal 22 September adalah “Cuti Bersama” alias harpitnas.
Waktu saya chat dengan Nevo di FB, dia bilang…kok aneh-aneh saja yah Jepang memperingati hari lansia. Hmmm saya juga agak heran sih, tapi asal usul hari lansia ini bisa dibaca di postingan saya tahun lalu di sini. Memang suatu bangsa yang besar, adalah bangsa yang mau memperhatikan sejarah dan leluhurnya.
Tanggal 20 September kemarin, pemerintah Jepang mengumumkan jumlah penduduk lanjut usia di Jepang. Jumlah penduduk lansia wanita sebanyak 16.590.000 jiwa atau 25,4 % dari jumlah seluruh penduduk. Sedangkan untuk lansia pria sebanyak 12.390.000 atau 19,9% dari seluruh jumlah penduduk.
Apa yang bisa ditarik kesimpulan dari angka-angka ini? Ya, dari 4 orang wanita Jepang, 1 orang berusia 65 tahun ke atas. Demikian pula dari 5 orang lelaki Jepang, 1 orang berusia 65 tahun ke atas. Jadi secara kasarnya seorang muda Jepang harus menanggung 1/4 kebutuhan lansia, dengan membayar pajak tentunya.
Masyarakat yang mulai menua ini dalam bahasa Jepangnya koureika shakai 高齢化社会, merupakan masalah yang kian menghantui pemerintah Jepang. Banyak yang perlu dipikirkan selain asuransi kesehatan bagi mereka yang berusia di atas 70 th, pengadaan fasilitas penampungan panti werdha, penyediaan pramu rukti (salah satunya dengan mendatangkan tenaga perawat dan pramu rukti dari Indonesia), dan di level pemerintah daerah memikirkan kegiatan-kegiatan yang melibatkan manula supaya mereka tetap sehat (tidak tidur di tempat tidur terus — netakiri 寝たきり) dan tidak menyusahkan keluarga/orang di sekitarnya.
Ada banyak tanda-tanda yang bisa saya perhatikan mengenai pemikiran terhadap masyarakat lansia ini. Antara lain dengan fasilitas-fasilitas yang barrier free (bebas hambatan/halangan/sandungan). Misalnya dengan menghilangkan tangga (undakan) yang dapat membahayakan orang tua, memakai bahan lantai yang anti slip, menyediakan ruangan khusus (WC) atau tempat duduk khusus (di kereta) untuk para lansia ini. Juga menyediakan pegangan dan sandaran di tembok, wc, semua tempat yang dilalui oleh lansia, baik itu di tempat umum seperti stasiun/ rumah sakit/ kelurahan dll, maupun di tempat privat.
Kemudahan bagi para lansia ini yang mungkin belum perlu dipikirkan oleh masyarakat Indonesia sekarang, tapi tentunya kelak Indonesia pun akan menghadapi masalah yang sama.
Pekan Perak saya sudah lewat 3 hari, tapi saya belum ke mana-mana. Karena tgl 19 dan 20 September kemarin, Gen harus bekerja. Dan tanggal 21 hari ini, kami begitu malas untuk keluar rumah karena mendung dan sejuk.
Well, masih ada dua hari tersisa, semoga saya sekeluarga bisa menikmati kegiatan mengisi liburan. Apalagi si kumbang kelapa sudah tertangkap, dan membuat saya legaaaaa sekali.