Penting tidak? Bagi yang bersuku Jawa, tidak mempunyai nama keluarga. Padahal katanya penduduk Indonesia 60% bersuku Jawa. Saya sendiri karena bukan berasal dari Jawa, dan mempunyai nama keluarga yang disandang turun-temurun tidak pernah merasakan masalah jika mengisi formulir misalnya. Terutama di negara asing, pasti akan ditanyakan Last Name (Famili Name) dan First Name. Anak dari Agus Setianto misalnya tidak harus bernama Joko Setianto. Yang paling mudah mungkin jika memakai istilah bin atau binti. Tetapi ini pun paling-paling bisa sampai 3 generasi ke atas, karena kalau lebih pusing yang membacanya.
Jepang juga dahulu seperti suku Jawa. Bahkan dahulu mereka tidak mempunyai nama. Baru tahun 1870 pada Restorasi Meiji keluarga di Jepang memiliki nama keluarga. Bagi yang berkelas bangsawan atau samurai mereka tidak sulit lagi untuk mendaftarkan nama keluarganya. Tapi bagi masyarakat biasa, tiba-tiba harus memilih nama keluarga, tentu akan repot. Mereka yang bingung akhirnya meminta pendapat dari pendeta Buddha atau Myoshu, seorang profesional pemilih nama. Memang sejarah “Nama” di Jepang ini panjang dan cukup ribet karena harus membuka dokumen sampai abad ke 8. Tapi yang menjadi tonggak adalah tahun 1870 ini.
Kalau Anda mempunyai teman orang Jepang, bisa memperhatikan nama mereka dari Kanjinya. Jika mempunyai unsur TA dengan kanji 田 berarti dahulu nenek moyang mereka adalah petani. Atau seperti nama keluarga Gen adalah MIYA 宮 artinya jinja sehingga diketahui bahwa nenek moyangnya dahulu bekerja di Jinja. (padahal yang saya tahu 3 generasi di atasnya adalah pendeta Buddha). Dengan gabungan kanji shita 下 miyashita berarti Dibawah Jinja (yaaahhh kerjaannya di luar jinja deh …statusnya masih rendah gitchuuu) . Tapi saya pernah bertemu murid yang bernama Miyauchi yang artinya Dalam Jinja…. dan kelihatan sekali dia bersikap “kaku” (baca: sombong heheheh). Dari merek-merek terkenal kita bisa mengetahui banyak nama keluarga di Jepang. Misalnya Suzuki, Honda, Yamaha, dan Bridgestone… loh… itu kan bahasa Inggris? Ya, itu adalah terjemahan dari Ishibashi yang artinya Jembatan Batu.
Tapi ada banyak pula nama keluarga Jepang yang sulit dibaca atau diucapkan, atau sulit dibaca kanjinya. (Kalau nama sendiri lebih banyak lagi yang tidak bisa dibaca). Saya sekarang sedang mengetes diri sendiri apakah saya bisa membaca nama-nama keluarga yang terdapat di Jepang. Biasanya itu saya lakukan pada awal tahun ajaran di univesitas. Kadang kali saya menemukan Kanji yang baru pertama kali saya lihat dan tidak tahu apa bacaannya. Apalagi kalau Kanji nama itu terdiri dari 4 huruf… bisa mabok bener deh. Demo… Gambarimasu !!
Kenapa saya posting ini? Karena tanggal 19 September ini memperingati “Nama Keluarga” yang ditetapkan th 1870… (tentu saja orang Jepang biasa tidak tahu… yang tahu itu Om Google Jepang hihihi)