Annual baby’s-breath

7 Jul

Napas Bayi Tahunan?

Nama latinnya Gypsophila elegans atau KASUMISOU カスミソウ dalam bahasa Jepang. Bunga yang imut-imut, kecil berwarna putih, dan biasa dipakai untuk mengisi kekosongan rangkaian bunga.

Kasumisou

Bunga yang kecil-kecil dan banyak ini dianggap menggambarkan bintang-bintang di galaksi. 天の川. Karena itu hari ini tanggal 7 Juli dinyatakan juga sebagai hari Kasumisou, selain sebagai hari Tanabata.

Asal usul perayaan Tanabata di Jepang berasal dari Legenda Tanabata yaitu kisah cinta Orihime dengan Hikoboshi. Orihime adalah putri Raja Langit (Tentei) yang pandai menenun. Dikatakan Orihime ini adalah bintang Vega yang merupakan bintang tercerah dalam rasi bintang Lyra. Raja Langit sangat suka tenunan Orihime, sehingga Orihime kerjanya hanya menenun saja. Orihime sedih karena kalau dia hanya menenun saja, bagaimana bisa mendapat jodoh. Nah, sang bapak kemudian mengatur pertemuan dengan Hikoboshi yang merupakan penggembala sapi di seberang Amanogawa (Galaksi Bima Sakti). Hikoboshi ini dianggap sebagai Bintang Altair yang berada di rasi bintang Aquila. Begitu Orihime bertemu Hikoboshi, mereka jatuh cinta dan menikah. Tapi karena itu, Orihime tidak lagi menenun, dan Hikob tidak lagi menggembala (maklum lah pak… kan masih pengantin baru :D). Raja Langit kemudian sangat marah dan keduanya dipaksa berpisah. Orihime dan Hikoboshi tinggal dipisahkan sungai Amanogawa (galaksi Bima Sakti) dan hanya diizinkan bertemu setahun sekali di malam hari ke-7 bulan ke-7. Tetapi ternyata meskipun mereka diizinkan bertemu, mereka tidak bisa menyeberangi sungai Amanogawa karena tidak ada jembatan yang menghubungi. Sekawanan burung kasasagi terbang menghampiri Hikoboshi dan Orihime yang sedang bersedih dan berbaris membentuk jembatan yang melintasi sungai Amanogawa supaya Hikoboshi dan Orihime bisa menyeberang dan bertemu. Tapi kalau kebetulan hujan turun, burung-burung itu tidak bisa datang dan membantu mereka menyeberang sungai sehingga harus menunggu setahun lagi ☹

Jarang sekali kasumisou ini bertindak sebagai bunga ‘primadona’, selalu menjadi peran pembantu 😀 Tapi terasa juga kalau ada dia, rangkaian lebih meriah loh. Jadi peran pembantu itu juga diperlukan dalam kehidupan ini, bukan?

Akhir-akhir ini banyak kasumisou berwarna, baik itu biru atau merah dan pink. Itu bukan warna asli, tapi warna celupan. Tapi konon cukup kuat menempel sehingga meskipun dikeringkan, warna tersebut akan tetap tinggal. Dan kasumisou ini memang tahan lama. Jika bunga primadona sudah layupun, biasanya kasumisou masih terlihat segar. Sehingga akupun kadang menghias kasumisou begitu saja. Ditaruh dalam jambangan kecil, airnya pun tidak banyak berkurang dan tidak cepat kotor dibandingkan bunga lain.

Bunga bakung jenis casablanca pink dari taman kecil di rumahku, dan ditambahkan kasumisou berwarna pink juga.

MESES

4 Jul

“Mau makan apa?”
“Roti saja”
“Mau yang asin atau manis”
“Manis”

Dengan sigap aku memasukkan dua lembar roti ke dalam toaster, mengambil mentega dan meses.

“Namanya Muisjes Imelda! Bukan meses! Apa itu meses, meses….”
“Bagaimana tulisnya?”

Mamaku menuliskannya dengan tulisannya yang khas. M U I S J E S. Oh… Bahasa Belanda!

Memang Muisjes itu dari Belanda. Konon muisjes yang artinya Tikus Kecil itu ditaburkan di atas beschuit (roti kering bulat : bayangkan bagelen) menjadi tanda terima kasih pada acara kelahiran bayi baru. Orang tua membagikan beschuit met muisjes kepada para tamunya. Dinamakan Tikus Kecil karena adas manis berlapis gula berwarna merah muda, biru dan oranye ini bentuknya memang menyerupai tikus kecil.

Wait! Warnanya kok hanya merah muda, biru dan oranye dan terbuat dari adas manis? Padahal kita di Indonesia mengetahui bahwa meses itu terbuat dari coklat?

Jadi sebenarnya penyebutan coklat tabur menjadi muisjes itu salah. Karena sebetulnya namanya chocoladehagelslag, apalagi sulit menyebutkan hagelslag (baca : hahelslah) bagi orang Indonesia. Lagipula toh sama-sama ditaburkan di atas roti, bolehlah orang Indonesia menamakannya sebagai meses. Yang pasti sejarah hagelslag ini sudah lama yaitu dari tahun 1919 oleh B.E. Dieperink, dan dipopulerkan oleh perusahaan VENCO. Sampai sekarang pun meses ini tidak bisa lepas dari kehidupan orang Belanda sebagai makan pagi mereka, juga bagi Indonesia yang mengikutinya.

“Mamaaaa… Rotinya belum?”
“Oh iya…. Sebentar”

Aku pun cepat-cepat mengoleskan mentega dan meses eh muisjes eh hagelslag di atas roti untuk anakku.

**Ma…. aku kangen. Semalam aku merasakanmu lagi dalam mimpiku. Samar-samar. Aku tahu mama selalu bersamaku.**

sumber: https://www.iamexpat.nl/lifestyle/lifestyle-news/brief-history-dutch-sprinkles-aka-hagelslag