Father’s Day

21 Jun

Secara internasional, hari Minggu yang lalu adalah Hari Ayah atau Father’s Day. Memang biasa dirayakan pada hari Minggu ke-3 bulan Juni, sebagai “penyeimbang” Mother’s Day yang jatuh pada hari Minggu ke-2 bulan Mei.

deMiyashita hari Minggu itu sibuk! Tapi masih bisa merayakan Hari Ayah ala kadarnya. Pagi kami bergegas ke gereja naik taxi, karena mobil kami sedang tidak bisa dipakai. Nah, kalau naik taxi atau mobil, biasanya kami sampai 10 menit sebelum misa dimulai (8:50) dan itu menurutku waktu yang cukup tepat. Karena kita bisa mempersiapkan diri dulu sebelum misa dimulai, termasuk masih bisa ke WC dulu :D. TAPI tidak bagi anak-anakku! Karena mereka malas disuruh menjadi petugas misa (payah deh! :D). Memang sih menjadi petugas misa tanpa persiapan (hanya 10 menit sebelum dimulai) itu menegangkan. Mereka takut salah. Jadi biasanya aku menyuruh mereka menunggu di lobby gedung gereja saja. Aku dan Gen masuk gereja duluan dan menuju tempat duduk yang kami biasa duduki.

Tapi waktu aku masuk, aku melihat petugas di meja masuk (di gereja kami biasanya ada dua petugas meja yang membantu peserta misa baru,  atau membukakan pintu, membantu kelancaran misa) hanya satu orang. Jadi aku berkata pada Gen bahwa aku akan membantu menjadi petugas misa (meskipun bukan giliran aku). Kasihan juga sih Gen duduk sendiri, tapi ntah kenapa aku ingin membantu. Tapi di tengah misa, kami berdua juga dikejutkan oleh Riku yang menjadi pembaca Injil kedua :D. Rupanya dia disuruh membaca karena tidak ada lagi murid SMP yang lain saat itu. Untung saja bacaannya pendek hehehe. Dan kami berdua bangga meskipun mendadak, Riku bisa membaca tanpa salah dan jelas pengucapannya.

Misa selesai, anak-anak mengikuti Sekolah Minggu dan aku serta Gen berjalan ke arah stasiun. Gen memotong rambut, sedangkan aku langsung naik kereta ke akademi bahasa tempatku bekerja. Aku harus memberikan sampel kuliah kepada calon mahasiswa (murid SMA) yang berminat masuk ke college itu. Termasuk kegiatan promosi dalam Open School akademi bahasa itu. Aku harus berada di situ sampai pukul 4:30! Duh lama 😀 (dan ternyata dari jam 9 pagi sampai jam 3 siang aku berdiri terus! Pantas kakinya pegal :D)

Film Laut Bercermin di Iwanami Hall

Sedangkan Riku harus pergi ke tempat juku, bimbingan belajar, dari pukul 1 siang sampai pukul 6 sore. Karena hari Seninnya dia masih harus mengikuti test. Nah, tinggal papa Gen dan Kai yang tidak ada kegiatan. Jadi sementara aku berada di akademi bahasa, mereka berdua menonton film Indonesia di Iwanami Hall, yang memang letaknya dekat dengan akademi yang aku tuju. Sudah lama Gen ingin menonton film ”Laut Bercermin” yang disutradarai Kamila Andini. Film ini pernah ikut dalam Tokyo International Film Festival tahun 2011, tapi  saat itu Gen tidak bisa pergi. Dia mengajak aku menonton, tapi waktunya selalu tidak pas, selain aku juga tidak begitu senang menonton film. Kebetulan isi ceritanya masih bisa dimengerti anak-anak, dan Kai termasuk hobi menonton. Dan pasti mereka bisa menikmati keindahan pulau Wakatobi yang menjadi latar belakang cerita ini. Cocoklah mereka berdua pergi ke sana 😀 “hadiah” Father’s Day dari Kai untuk papanya, yaitu menemani papa menonton!

Makan malam bersama di Yamauchi Noujou

Setelah film selesai, Gen dan Kai menjemput aku, lalu kami bertiga pulang dan janjian dengan Riku makan malam di sebuah restoran khas Kagoshima. Namanya Yamauchi Noujou 山内農場, menyediakan makanan dengan bahan-bahan asli dari prefektur Kagoshima. Prefektur ini terkenal dengan produk ayam, hasil laut dan minuman Shochu. Sudah lama rasanya kami tidak makan berempat begini dengan santai. Dan tentu saja kesempatan untuk Gen minum alkohol karena dia tidak menyetir mobil. Father’s Day kami rayakan di resto ini menutup satu hari Minggu yang penuh dengan aktifitas.

makanan dengan bahan asli dari Kagoshima. Enak-enak semuanya, terutama karena mereka menyediakan juga Yuzu (sejenis jeruk) paste yang kusuka

NB: Film Laut Bercermin itu menceritakan pencarian ayah yang hilang, dan Gen&Kai menonton pas Hari Ayah, tapi kok tidak ada potongan harga khusus ya? Terutama untuk ayah 😀 (biasanya ada hari tertentu “Ladies Day” kan? hehehe)

Kartu Telepon

2 Jun

Masih ingat tentang Kartu Telepon?

Kartu telepon itu dipakai untuk menelepon waktu kita memakai telepon umum!

Wait! Telepon umum? Duh mel… memangnya masih ada telepon umum? Sekarang jamannya semua pakai HP atau telpon pintar a.k.a smartphone mel! Jadul tuh!

Eits, asal kamu tahu ya… di Jepang MASIH ADA telepon umum! Terutama dekat stasiun, atau dekat toko konbini yang terletak di daerah ramai.

Masih… masih… dan masih AMAT SANGAT BERGUNA, karena beberapa waktu yang lalu ada murid perempuan yang BERHASIL lari dari penculiknya setelah 2 tahunan disekap. Dia menelepon polisi pakai telepon umum. Jadi meskipun tidak ada uangpun, ada tombol di situ untuk menghubungi polisi gratis loh (di Jepang). Akhirnya si penculik tertangkap, dan si anak kembali ke orang tuanya.

Dan sebetulnya aku mau menulis tentang kartu telepon ini karena tadi pagi Riku minta kartu telepon kepadaku. Jadi dia minggu depan akan semacam KKN (kuliah kerja nyata), atau istilah keren di universitas itu INTERNSHIP, masuk bekerja ke kantor untuk mengamalkan ilmunya, sebelum bekerja benar. Tapi istilah untuk anak SMP adalah SHOKUBA TAIKEN 職場体験, mencoba bekerja, dan merupakan kurikulum untuk kelas 2 SMP. Memang masuk kurikulum, karena wajib belajar itu hanya SD dan SMP. Ada kemungkinan selepas SMP murid-murid ini harus langsung bekerja, tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena itu perlu dibekali pengetahuan untuk bisa dipakai waktu bekerja, dan salah satunya adalah Shokuba taiken ini. Si murid sebelumnya ditanya dulu minatnya apa. Dan kupikir Riku akan memilih perpustakaan, ternyata tidak atau perpustakaan jadi nomor-nomor terakhir (ada beberapa pilihan dari nomor 1 sampai 6). Alasannya : “Abis pilihannya perpustakaan dan taman kota… males ah kalau dapatnya taman kota, nanti disuruh nyapu aja. Ngga ketemu orang. Aku kan mau ketemu orang…. (wah baru tahu dia berminat bekerja seperti itu)” Daaaan, waktu kubaca pilihan pertamanya adalah SD…. wow…. berarti dia ada minat jadi guru? hehehe

OK, jadi dia perlu kartu telepon itu karena hari ini dia harus mengunjungi SD tempat dia akan “bekerja” untuk menanyakan persiapan-persiapan yang diperlukan (seperti pakai baju apa, datangnya jam berapa dll). Dan seandainya ada apa-apa mungkin dia perlu menelepon kepala sekolah SD itu diluar jam sekolah. Dia mungkin harus menelepon dari telepon umum SMP, dan untuk itu dia perlu membawa kartu telepon. Karena MURID SMP TIDAK BOLEH BAWA UANG (baik uang kertas/uang koin) tanpa ijin. Mereka BOLEH membawa kartu telepon atau kartu bus/prepaid card.

Memang kepala sekolahnya waktu orientasi pertama kali di SMP sudah mengatakan hal ini, jadi kami orang tua sudah tahu. Meskipun waktu orientasi lagi setelah Riku kelas 2, April kemarin, Kepsek menyatakan kebingungannya untuk mempertahankan telepon umum yang dipasang depan kantor guru di sekolah, karena pihak NTT mau mematikan saluran telepon umum itu. Katanya, “berkat kerja sama orang tua dan murid, semakin lama murid yang lupa membawa barang dan menelepon orang tua semakin sedikit, sehingga jarang ada yang pakai telepon umum. Jadi pihak NTT merasa rugi” hahaha… di satu pihak rugi, tapi di satu pihak menunjukkan keberhasilan pendidikan sekolah untuk membuat murid-murid MENGATUR diri sendiri, yaitu dengan mempersiapkan semua kebutuhannya sendiri, dan TIDAK LUPA pada tugasnya.

Jadi deh,  aku membongkar lemariku, karena aku tahu aku simpan kartu-kartu dalam satu kotak di lemari. Dan benar saja, aku masih punya beberapa kartu telepon yang masih baru, belum dipakai. Dan aku berikan satu pada Riku untuk dibawa. Sambil mencari kartu telepon yang maish bisa dipakai, aku bernostalgia melihat koleksi kartu-kartu yang kupunya. Selain kartu telepon, ada kartu prepaid bus, kartu abonemen kereta waktu aku mahasiswa, kartu nama, kartu mahasiswa, kartu IO dan orange yang merupakan prepaid untuk kereta waktu kartu prepaid dengan chip belum ada. Kartu teleponnya juga banyak bergambar bagus-bagus, terbanyak memang kartu telepon Jepang, tapi terselip juga kartu telepon Indonesia dan Singapore. Ada juga kartu telepon dari stasiun TV/radio yang aku pernah bekerja/muncul di acaranya. Natsukashiiiii…. 懐かしい.

Dan aku teringat ada beberapa teman yang dulu koleksi kartu-kartu telepon bekas. Sekarang mereka kemanakan kartu-kartu koleksinya ya? Aku sih masih akan simpan yang bagus gambarnya atau menyimpan kenangan. Oh ya, sebetulnya ada satu lagi KEGUNAAN kartu-karti telepon bekas itu bagi para ibu loh… Aku kasih tahu ya 😀

Jika memasak, kadang ada sisa makanan nasi/gosong yang menempel pada dasar panci yang sulit untuk dicuci. Kadang harus direndam dulu. Tapi dengan menggosokkan kartu telepon, biasanya gosong itu bisa terangkat dengan mudah. Coba deh 😀 😀 😀 (Ya kalau bisa sih jangan sampai gosong ya hehehe).

Ada kegunaan lain? 😉

berbagai kartu koleksiku 😀

 

YEAY….. posting pertama dalam bulan JUNI, setelah Mei kemarin tidak smepat membuat satu postingan-pun…padahal banyak yang bisa ditulis huhuhu. Nanti dirapel deh 😀 (ngga janji juga hahaha)