Natal tahun 2015 istimewa?
Ya mungkin karena malam Natal bersamaan dengan Maulid Nabi Muhammad bisa dikatakan istimewa. Tapi bagiku, natal tahun 2015 terasa berbeda dari biasanya.
Pertama, aku mengikuti Natal Bersama Keluarga Masyarakat Kristen Indonesia di Jepang secara aktif. Terakhir aku ke perayaan Natal KMKI tahun 2011 karena janjian dengan temanku Ira Wibowo yang membawakan kopi untukku. Setelah itu aku vakum tidak pergi ke acara Natalan bersama KMKI. Salah satu alasannya karena dilaksanakan pada minggu pertama atau kedua bulan Desember. Nah, tahun ini Natal bersamanya diadakan pada minggu ke-3 yaitu tgl 19 Desember. Aku juga bisa pergi ke sini, karena sudah minta ijin pada anak-anak! Ya, anak-anakku sudah bisa ditinggal sendiri dan makan malam sendiri asal sudah kusiapkan. Gen, seperti biasanya memang bekerja pada hari Sabtu.
Jadi hari-hari sebelumnya, kebetulan aku juga sibuk dari pagi sampai malam. Jadi begitu ada waktu belanja, aku belanja agak banyak, terutama makanan yang tahan lama, dan bisa disiapkan oleh Riku untuk makan dengan adiknya. Pas hari Sabtu itu, dari pagi jam 9 sudah ada rapat PTA di SMPnya Riku. Aku harus datang, karena memang tugas aku sebagai editor buletin sangat banyak. Ada 10 orang ibu-ibu dalam tim kali ini, tapi yang bisa komputer hanya 2 orang. Dan kebetulan aku merangkap jadi fotografer juga, sehingga bisa membicarakan layout bersama. Seselesainya rapat, aku langsung mengayuh sepeda pulang, makan siang dan persiapkan makan malam anak-anak. Ganti baju langsung cabut lagi.
Acara KMKI kali ini diadakan di YMCA Hotel dekat stasiun Suidobashi. Kecil tempatnya, yang konon hanya bisa menampung max 300 orang. Tapi tempat ini biasa dipakai sebagai tempat beribadah bagi gereja GIII Tokyo (Gereja Interdenominasi Injili Indonesia). Aku sendiri bantu-bantu penerima tamu dan dokumentasi. Serta membantu membagikan bingkisan natal untuk anak-anak. Setelah acara ibadah selesai, umat pindah ke lantai 9 hotel itu untuk makan bento yang sudah disediakan panitia. Lalu ada lagi acara perayaan yang dimulai pukul 6 sampai pukul 8. Kalau tahun 2011 acara itu dimeriahkan oleh Katon Bagaskara, maka tahun ini oleh Nugie, yang adik kandung Katon. Bukan kolusi sih, tapi memang kebetulan saja mereka bersaudara kan? hehehe
Nugie tentu saja membawakan lagu andalannya Pelukis Malam dan Burung Gereja. Tapi selain itu dia juga membawakan lagu anak-anak tahun 80-an. Wah ketahuan deh siapa saja yang seangkatan dengan Nugie (termasuk aku sih hehehe). Senang sekali bisa ikut bernyanyi lagu-lagu anak-anak jaman dulu. Entertainer yang hebat! Aku merasa senang hari itu, tentu saja selain dihibur Nugie, aku juga bisa bertemu para pendeta dan teman-teman anggota lama yang sudah cukup lama tidak bertemu. Dulu aku (waktu masih single) memang pernah menjadi sekretaris dari kepengurusan KMKI. Jadi aku juga tahu sulitnya membentuk panitia pelaksana acara-acara seperti Natal bersama ini. Tapi secara keseluruhan acara ini lancar dan bagus.
Ada satu cerita yang ingin aku tuliskan sebagai kenangan dan peringatan untukku juga. Begini, ada seorang umat yang… hmmm… merasa dirinya patut dihormati. Jadi dia menganggap, kalau dia datang acara seperti ini, dia ingin disambut, lalu diantar ke tempat duduk. Dia mencari penerima tamu untuk mengantar dia dan mencarikan tempat duduk yang kosong. Padahal, dia bukan undangan tapi umat. Penerima tamu hanya bertugas mengantar tamu undangan yang bukan umat. Selayaknya sebagai umat atau bagian dari suatu komunitas, menurut saya, dia sudah merupakan bagian yang bukan TAMU, jadi wajar mencari tempatnya sendiri. Seharusnya sebagai anggota sebuah komunitas, mempunyai HATI yang selalu menunjang keutuhan dan kelangsungan komunitas itu. Ucapan khas Indonesia, “Anggap rumahku sebagai rumah sendiri, jangan malu-malu” itu sebetulnya bukan basa-basi. Kalau kita anggota rumah itu, kita bebas makan, minum, menikmati yang ada, tapi juga paling sedikit mempunyai kesadaran untuk membantu. Tidak perlu sampai cuci piring, tapi cukuplah dengan mengembalikan piring yang sudah dipakai ke tempatnya. Bagus kalau bisa bawa ke dapur, tapi dengan menaruh ke meja saja sudah baik. Ingat saja kalau kita tamu, mungkin kita mendapat pelayanan yang bagus, tapi hanya saat itu saja. Tidak selamanya, seperti kalau kita anggota. Bagaimana kita mau menerima berkat Tuhan yang berlimpah, jika kita datang hanya sebagai TAMU, yang sekali-sekali saja diundang? Ah, tapi mungkin memang aku saja yang sensitif terhadap orang yang selalu mau dilayani.
Kedua, selain acara Natal KMKI, aku pun merasa senang karena aku bisa membantu menjadi petugas gereja dalam misa Natal untuk anak-anak yang diadakan tanggal 24 pukul 6 sore. Tahun-tahun sebelumnya aku sebagai umat biasa, duduk paling depan karena selalu datang pagian. Tapi tahun ini aku berdiri paling belakang, mengatur umat yang datang, mengambilkan kursi atau mengatur lalu lintas penyambutan komuni. Hampir misa selesai, aku senang melihat Gen datang. Sebetulnya dia ingin ikut misa, tapi karena harus bekerja, baru sampai di gereja pukul 7 malam, misa hampir selesai. Jadi setelah misa selesai, kami berempat kemudian mencari makan malam di sekitar stasiun Kichijouji. Tidak pulang ke rumah, karena aku harus tugas lagi pukul 10 malam, yaitu menyanyi lagu-lagu latin. Karena itu pula Natal tahun ini aku tidak masak apa-apa hehehe.
Aku senang bisa ikut paduan suara ini, sambil mengingat almarhum mama yang dulu juga menjadi anggota paduan suara (bersama papa tentunya), dan suka menyanyi lagu misa bahasa latin. Sayangnya suaranya tidak bisa maksimal karena sempat batuk-batuk karena udara kering. Misa pukul 10 malam umatnya tidak terlalu banyak seperti waktu misa pukul 6 dan 8 malam. Paroki Kichijouji ini sebetulnya dianggap sebagai paroki ke dua terbesar sesudah paroki Yotsuya, dengan umat 1000 orang yang terdaftar. Paroki Yotsuya memang banyak dihadiri tamu asing dengan misa berbagai bahasa sehingga pasti umatnya lebih banyak. Dan aku sendiri terdaftar sebagai umat di paroki ini sejak 4 tahun lalu. Kami, umat katolik warga Indonesia di Tokyo memang bisa pergi ke gereja katolik di mana saja. Bahkan ada misa berbahasa Indonesia di Yotsuya, Meguro dan ShinKoyasu (Yokohama). Tapi jika kita akan tinggal lama di Jepang, ada baiknya mendaftar pada satu paroki terdekat rumah. Tentu saja dengan terdaftar kita wajib memenuhi ketentuan sebagai anggota paroki seperti membayar IJIHI 維持費 (iuran bulanan untuk pemeliharaan gereja) sukarela besarnya. Aku menganggap pendaftaran sebagai umat ini penting, jika kita perlu kehadiran pastor waktu sakit/ meninggal.
Yang terakhir, ketiga, masih serangkai dengan Natal yaitu wedding anniversary-ku yang ke 16. Dwiwindu kalau hitungannya orang Jawa. Dan kali ini, kami sepakat untuk merayakannya bersama bapak ibu mertua, di restoran Hotel New Otani, tempat kami dulu membuat resepsi pernikahan. Sudah jauh hari aku pesan tempat, karena memang hotel ini lumayan populer. Karena memikirkan jauhnya bapak dan ibu mertua datang dari yokohama, kami mengajak untuk makan siang bersama saja. Kalau dinner, takut pulangnya kemalaman.
Restoran The Sky yang aku pesan berada di lantai 17, dan restoran itu revolving. Ya, lantainya bergerak, berputar 360 derajat. Serasa naik piring terbang deh hehehe. Bapak Ibu mertua sudah pernah ke restoran itu, tapi kami berempat belum pernah. Eh, papa dan mamaku sudah pernah sih. Aku ingat cerita mama yang bercerita bahwa mama kaget waktu mengetahui harga jus jeruk yang mama pesan waktu ke sana harganya segelas 10 $ saja (sekarang sudah lebih mahal sih hehehe). Jadi kali ini merupakan pengalaman kami makan sambil menikmati pemandangan Tokyo di hotel yang didirikan tahun 1964, waktu Tokyo Olimpic diadakan … sudah tua sudah 51 tahun. Satu yang kami sadari, satu putaran 360 derajat lantai atas itu butuh waktu 70 menit Dan putarannya lumayan cepat daripada prediksi kami sebelumnya. Karena sesekali berasa gerakan engselnya.
Sebagai tambahan, hotel ini mempunyai taman Jepang yang indah. Aku dan Kai menyempatkan diri untuk mengambil foto taman, sementara yang lain beristirahat di lobby hotel. Senang sekali melihat bungsuku antusias memotret, sampai sampai dia selalu bilang , “Tunggu dong” kalau aku minta dia memotret mamanya
Dengan ini aku mengucapkan terima kasih atas ucapan Natal yang disampaikan teman-teman melalui socmed, dan aku ingin mengucapkan Selamat Natal untuk teman-teman yang merayakan dan mungkin terlewatkan kusebut. Juga Happy Holiday untuk teman-teman lainnya. Mulai besok aku akan kerja bakti membersihkan rumah oosouji dan menuliskan 8 Besar dari Nerima. Semoga bisa terlaksana ya