Bagi kebanyakan orang Jepang mulai tanggal 19 September 2015 lalu, mereka menikmati liburan panjang yang diberi nama Silver Week. Sebetulnya tanggal merahnya cuma tgl 21 untuk memperingati hari Lansia dan tgl 23 untuk memperingati Equinox Day. Lalu oleh pemerintah Jepang, hari terjepit tgl 22 dijadikan “cuti bersama”. Panjang kan 5 hari? Dan bisa jadi 9 hari kalau mau ambil cuti “ngantor” hari Kamis dan Jumat tgl 24-25….. Tapi maklum saja deMiyashita BUKAN orang Jepang kebanyakan :v
Gen, suamiku libur sebetulnya mulai tgl 20 Sept, TAPI anak sulungku si Riku yang tidak libur, karena setiap hari dia harus latihan badminton di sekolahnya. Duh, benar-benar sejak Riku masuk SMP, kami tidak mempunyai waktu libur bersama lagi. Kami baru bisa pergi setelah Riku kembali dari latihan, dan latihannya pun tidak pasti, kadang pagi, kadang siang/sore. Tapi yah, apa boleh buat ya.
Jadi, Gen pergi menemani Kai saja ke museum/planetarium dekat rumah. Karena Kai mendengar Riku sudah sering pergi ke sana, dan terakhir Riku pergi sendirian ke museum bulan Agustus lalu. Kai senang pergi ke sana, karena ada pameran bebatuan yang “menyala”. Di situ Kai menanyakan tentang “obsidian 黒曜石” bagaimana jika dipanaskan sampai meleleh, akan menjadi apa. Pertanyaan yang tidak bisa dijawab papa mamanya, kepada seorang profesor di sana. Jawabnya: “Untuk memanaskan perlu api yang panasnya sampai 500 derajat. Dan kalau sudah meleleh, obisidian akan kembali lagi menjadi batu jika mendingin, mungkin dengan bentuk yang berbeda. Pertanyaan bagus ya. Kamu kelas berapa?” . Si profesor memuji pertanyaan Kai yang baru kelas 2 SD. Tentu saja papa dan mamanya hidungnya mengembang 😀
Selain ke museum, kami menyempatkan diri pergi ke rumah mertuaku di Yokohama, meskipun hanya untuk makan malam. Karena cuma 3 jam di sana, kami tidak sempat bermain dengan Shaw, yang diperbolehkan tidur di dalam kandang dalam rumah jika malam (kalau siang di luar). Anjing yang ibu mertuaku mulai pelihara awal Januari juga semakin besar saja. Aku menyiapkan nasi unagi dan sake untuk makan bersama. Karena hari itu pas hari Lansia, kami mendoakan supaya kedua orang tua ini tetap sehat. Unagi terkenal sebagai makanan penambah kekuatan pada musim panas, tapi karena mahal, kami jarang makan. Aku sempat membeli kue Jepang 6 macam bertema musim gugur dan sepasang kue manju yang bermodelkan kakek dan nenek. Ada-ada saja nih orang Jepang.
Kemarin aku pergi ke pernikahan teman yang menikah dengan lelaki Jepang di gereja Katedral Tokyo. Aku mengenalnya lewat blog, karena dia pembaca blog ini dan kami berteman di FB. Kebetulan yang memberkati pernikahan adalah romo Ardy yang menjadi pastor paroki di Kichijouji, gerejaku. Jadi kami kemudian pulang bersama. Sebetulnya cukup bingung juga untuk memilih pakai baju apa, karena kebanyakan bajuku warna hitam, sedangkan acaranya pagi hari. Pilihanku jatuh pada kain sutra Makassar yang berwarna biru. Cukup terang dan menyaingi langit Tokyo yang hari ini cerah sekali. Selamat untuk pernikahannya ya Maria Anastasia.
Setelah kembali ke rumah, Kai mengajak aku membuat roti. Memang waktu liburan tinggal sedikit, sehingga meskipun aku masih capai, aku mulai mengajak dia menyiapkan bahan-bahannya. Tadinya aku mau buat rotinya dengan Home Bakery saja. Tapi karena dia mau menguleni adonan, terpaksa deh cari resep yang detil. Dan Kai memilih untuk membuat butter roll. Aku juga baru pertama kali membuat butter roll, karena biasanya hanya buat roti biasa 食パン. Daaaaan diluar dugaanku, Kai keukeuh menguleni adonan sampai halus! Kemauannya bagus juga, karena aku tadinya kupikir dia akan menyerah setelah tahu susahnya menguleni adonan. Tapi setelah pengembangan pertama memang agak sulit sehingga aku yang kerjakan. Lalu dia yang mengoles telur di bagian atas roti sebelum dibakar. Setelah roti jadi, panas-panas kami berempat makan dengan spread cheese. Yummy! Kata Kai, “Memang buatan sendiri itu PALING enak ya!” Waaah aku musti siap-siap saja untuk buat lagi 😀
Dan, hari ini tanggal 23, aku terbangun pukul 4 pagi. Sebetulnya banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan tapi memang sulit ya untuk bekerja pada hari libur 😀 Apalagi hari ini hari khusus buatku, karena aku memperingati hari kedatanganku ke Jepang. Sudah genap 23 tahun aku tinggal di Tokyo. 23 tampaknya menjadi angka khusus, karena pernah dan sedang tinggal di 2 daerah “ku” dari Tokyo 23-ku. Dan tentu saja tanggalnya pas tanggal 23. sayangnya usiaku waktu datang pertama kali ke Jepang itu bukan 23 tahun. Sedikit lagi, lama di Jepang menyamai lamanya aku tinggal di Jakarta hehehe.
(ssst aku juga begitu sibuk menikmati hari-hariku sampai baru sadar bahwa ini adalah postingan pertama di bulan SEPTEMBER … doooh)