Tentu tahu apa itu exkul kan? Extra Kurikuler, yaitu kegiatan di luar jam pelajaran tapi masih dalam lingkup sekolah. Waktu aku SMP, belum ada Exkul… kecuali pramuka kalau mau dihitung sebagai exkul. Tapi waktu SMA, cukup banyak kegiatan Exkul yang tersedia, termasuk exkul drumbandnya yang terkenal. Tapi, …. aku tentu saja mengikuti exkul yang kalem (uhuy), yaitu Science Club dan Fotografi.
Tapi aku bukan ingin bercerita tentang aku. Aku ingin bercerita tentang Riku, si anak SMP kelas satu dengan kegiatan exkulnya. Bukatsu 部活 namanya.
Kalau di negara kita, sepertinya exkul tidak wajib diikuti. Tapi di Jepang, sepertinya bukatsu tidak wajib tapi harus 😀 Bingung kan? 😀 Jarang sekali murid SMP yang tidak ikut bukatsu, kecuali memang dia tidak begitu kuat badannya. Dan kebanyakan bukatsu memang olahraga.
Waktu SD Riku pernah mengatakan bahwa dia ingin mengikuti bukatsu “art” saja. Tapi setelah masuk SMP, tidak jadi! Alasannya, kebanyakan perempuan 😀 Tapi dia juga tidak mau masuk bukatsu populer di SMP nya seperti sepak bola atau base ball. Karena latihan setiap hari, dan anggotanya banyaaaaaak sekali (maksudnya banyak). Sepertiga kelas Riku adalah anggota sepak bola dan baseball. Jadi dia memilih badminton. Dari kelas 1 yang sejumlah 250 orang itu, hanya 33 wanita dan 6 laki-laki yang memilih badminton.
Badminton masih mending karena hanya latihan 5 hari dalam seminggu. Tapi aku pribadi minta ijin pada gurunya untuk meliburkan Riku pada hari Minggu, karena harus pergi ke gereja dan mengikuti sekolah Minggu. Jadi 4 hari dalam seminggu dia harus berlatih di sekolah, setelah pulang sekolah atau hari Sabtu pagi, khusus untuk berlatih.
Aku pribadi merasa heran sekali, kenapa sih bukatsu di SMP Jepang segitu padatnya berlatih. Awal-awal masuk bukatsu, Riku pulang dengan badan capek dan otot tegang. Tidak biasa lari selama itu, belum lagi push up dan latihan otot lainnya. Memang sih, dari bukatsu itu ada juga beberapa yang menjadi atlit olahraga. Tapi kalau dalam liburan musim panas juga harus berlatih setiap hari? Kapan liburnya dong ~~~~.
Tapi memang aku sendiri melihat Riku banyak berubah. Selain bentuk badannya yang semakin tinggi dan semakin slim, dia juga bisa mengatur waktunya lebih baik lagi. Dia tahu kapan harus belajar, kapan harus tidur. Memang benar bahwa semakin sibuk seseorang, semakin banyak kegiatan dan semakin bisa mengatur waktunya supaya bisa melaksanakan semuanya. Benar juga bahwa untuk anak lelaki SMP kalau terlalu banyak waktu senggang juga tidak baik, menggoda dia untuk berteman atau bermain di luar yang mungkin tidak baik pergaulannya. Dan olahraga juga mengajarkan tepat waktu, kerjasama dan solidaritas terhadap semua anggota. Aku sendiri sering merasa terharu kalau Riku bercerita tentang teman atau kegiatan bukatsunya, apalagi waktu kemarin dia cerita ada sempainya (= kakak kelas) yang masuk ke klasifikasi se-Tokyo. Terdengar rasa bangga pada sempainya. Kebetulan sempainya ini ibunya juga satu seksi publikasi PTA denganku.
Untung saja peralatan olahraga badminton tidak mahal. Ada seragam berlatih khusus tapi bisa dipakai selama tiga tahun. Hebatnya seragam ini ringan dan cepat sekali kering. Sehingga meskipun aku harus mencuci setiap Riku pulang berlatih, sudah bisa kering untuk dipakai besok paginya meskipun dijemur di dalam ruangan saja. Bahkan aku pernah lupa mencuci, baru kujemur jam 6 pagi, padahal akan dipakai jam 12 dan hari hujan hehehe. Itupun bisa kering. Padahal aku sudah siap-siap kalau perlu aku akan pakai jurus pamungkas, yaitu menggulung dengan handuk sampai kandungan air pindah semua ke handuk, lalu aku akan keringkan dengan hair dryer 😀 (tips jitu loh ini untuk mengeringkan baju secepatnya).
Alat lainnya yang harus dibeli adalah raket, yang tentunya ada rupa ada harga, ada mutu harganya juga cukup mahal. Kock nya juga harus beli tapi untungnya untuk berlatih di sekolah disediakan oleh sekolah yang diambil dari uang iuran pertahun. Memang waktu kami memilih bukatsu apa yang akan diikuti, kami mendapat daftar jenis olahraga dan iuran pertahunnya berapa. Untuk badminton masih murah karena hanya 8000 yen pertahun.
Nah, memasuki libur musim panas tanggal 19 kemarin, ada satu lagi pengeluaran “mendadak” untuk kegiatan badminton, yaitu membeli jug thermos yang 2,6 liter isinya. Sebetulnya Riku sudah punya yang 1 liter, tapi itu masih kurang! Maklum musim panas di Jepang seperti sauna, sehingga harus minum terus supaya tidak dehidrasi. Selain membawa minum di thermos 2,6 liter itu, Riku juga diminta membawa es batu yang berukuran besar untuk dipool jadi satu dalam server air untuk semua peserta di sport hall. Tidak ada galon aqua dan dispensernya sih 😀 Dan thermos + es batu dalam tas menambah beban dia berjalan selama 30 menit ke sekolahnya.
Dan… tentu aku juga minta izin khusus kepada gurunya, supaya Riku bisa berlibur ke kampung halaman ibunya. Karena sebetulnya ada persiapan pertandingan dsbnya, aku terpaksa hanya bisa mudik 10 hari saja di Jakarta. Tapi kalau aku tanya, “Riku tinggal saja ya, tidak usah ke Jakarta” Dia menjawab, “Enak aja ih mama… aku kan mau makan sate juga :D”.
Well, Riku juga bisa temani opa olahraga ya karena kabarnya opa juga rutin latihan di gym tuh. Sementara itu mama mau wisata kuliner dan reuni-reuni yaaa… hehehe.
部活は頑張ってください、りくくん。
BTW, jurus ngeringin bajunya bisa dipraktekin nih, Mbak ☺
Arigatou.
itu jurus ngeringin baju di hotel kalo pergian tuh. Di hotel kan bisa minta handuk kering
Salut. Sistem pendidikan Jepang sudah “memaksa” anak didik bekerja keras sejak dari awal. Ini akan melahirkan generasi yang survive, gak loyo dan manja kayak anak Indonesia kebanyakan 🙁
Saya gak perlu sirik sama kemajuan orang Jepang. Mereka bekerja keras dari awal.
hahaha makanan favorit nya sate ya… 😀
hebat nih latihan badmintonnya 5 hari seminggu. bener2 serius ya mbak…
wuii masih harus berangkat bimbel lagi yaa..
aku kok ngebayanginnya di bimbel pasti capek dan ngantuk ya 😛
*dasar akunya yg pemalas 😀
mudik besok cuma 10 hari, Mbak? wiiih… cepet kali.
riku badannya jadi bagus ya. tambah ganteng… 😀 😀
tapi emang bener ya, anak laki-laki mesti banyak olahraga. eh, anak perempuan juga kali. biar energinya tersalurkan ke hal positif. salut sama riku, deh. 🙂 dan mamanya, tentu saja.
terbiasa dengan kesibukan ..untuk mengatur waktu..salutt
Aaaahhh sekolah di jepang emang keren ya mbaaakk. Pengen deh indonesia mencontek sedikit saja program sekolah di jepang inj
Riku kelihatn sudah beda, makin ganteng
wah aku ngos2an deh liat jadwalnya Riku yg exkul terus bimbel dan harus jalan kaki pulang pergi 30 menit
salut deh sam Riku
Tante imelda… Soal isi tulisannya komentar saya sudah banyak diwakili komentar-komentar di atas. Bagus, sederhana tapi tetap ada inti kebaikan yang bisa diambil 🙂
Sedikit tambahan untuk beberapa istilah yang tante pakai aja sih, hehe. Penyingkatan Exkul sepertinya kurang pas dan jadi susah dibaca deh. Di KBBI istilah itu sudah ada kok, yaitu ‘ekstrakurikuler’ sehingga tepat juga disingkat menjadi ekskul (meskipun memang bukan singkatan baku). Lalu untuk istilah Kock, di KBBI juga sudah disebutkan sebagai ‘kok’ saja tante, hehe.
Semoga bermanfaat 🙂