Siang tadi, aku terbangun persis Kai mengebel jam 2 siang. Memang aku tidur dari jam 11 pagi karena malamnya aku hanya tidur 3 jam. Setelah membukakan pintu untuk Kai, aku makan siang dan membuka komputerku. Sementara itu aku mendengar Kai kluthekan di WC, dan dia memanggilku, “Mama sini dong….lihat deh!”
Wah ternyata dia membersihkan WC! Ada apa nih… kok tiba-tiba dia membersihkan WC? Tapi memang aku tahu Kai sering melakukan sesuatu yang dia suka dengan impulsif. Tapi, aku lebih terkejut lagi waktu melihat tissue gulung dilipat segitiga bagian ujungnya. Ya, seperti di hotel-hotel begitu, meskipun segitiganya tidak rapih. Ah, senang rasanya mendapat “service” seperti itu, dan aku merasa terharu. Akupun kemudian membuat segitiga pada tissue yang habis kupakai. Kamu pernah berbuat begitu? segitiga pada tissue itu sebetulnya seperti “bantuan” kecil pada orang yang akan memakai tissue setelah kita.
Karena aku curious ingin mengetahui apakah segitiga pada toilet itu merupakan manner atau tidak, aku jadinya browsing deh. Ternyata namanya FireHold, karena dulu pertama kali digunakan untuk para pemadam kebakaran. Mereka harus selalu dalam keadaan siaga, sehingga sedapat mungkin menghemat waktu. Seandainya tanpa segitiga, mereka mungkin sulit mencari “ujung” tissue, lain halnya jika diberi segitiga tersebut. Langsung bisa memakai tissue itu tanpa perlu mencari-cari sehingga menghemat waktu.
Konon hotel Jepang pertama yang memperkenalkan segitiga itu adalah hotel Imperial di Tokyo. Rupanya itu dipakai sebagai tanda kepada petugas hotel lainnya bahwa WC kamar hotel itu sudah dibersihkan. Senang kan mengetahui kamar kita memang sudah bersih.
Tapi ada beberapa orang yang tidak suka dengan segitiga di tissue itu. Maklumlah orang Jepang memang きれい好き”bersihan” kan. Katanya rasanya jijik kalau orang yang membuat segitiga di tissue itu tangannya kotor (habis ceb*k belum cuci) hahaha. Kepikiran sampai situ ya? Orang “bersihan” memang sulit karena memandang segala sesuatu dari segi higienitasnya.
Tadi aku waktu melihat lipatan segitiga Kai memang terharu, karena dia “melihat” apa saja. Aku jadi ingat semalam Kai minta aku mendoakan dia, karena hari ini dia akan ditest permainan harmonikanya. Lalu dia juga minta aku membuat tanda salib di dahinya waktu berangkat ke sekolah. Memang akhir-akhir ini aku melakukan kebiasaan itu, mengulang kebiasaan mama dan papa yang memberikan tanda salib di dahi sebagai berkat dalam melakukan pekerjaan/ujian hari itu. Jika kami anak-anak berempat merasa takut dan waswas kami datang ke orang tua kami dan minta di”berkati” dengan tanda salib di dahi. Alm mama bahkan memberikan ciuman di dahi kami, katanya, “supaya otaknya encer!” 😀
Kadang-kadang teman-teman kita meminta kita mendoakannya bukan? Aku menganggap permintaan ini sebagai tanda bahwa kita dipercaya dan kita merupakan orang “khusus” baginya. Biasanya aku secara khusus membawa namanya dalam doa malam, memohon agar Tuhan memberikan atau mengabulkan permohonannya.
Jadi, aku langsung tanyakan pada Kai, bagaimana test harmonikanya hari ini. Lalu dia bilang, “Aku sih dapat 100 ma. Tapi ada teman-temanku yang dapat 200!”
LOH? hihihi. Lalu aku katakan,
“Tidak apa Kai, yang penting Kai sudah berusaha. Mama juga tidak bisa pelajaran musik kok dulu. Kakak juga tidak bisa. Yang standar sajalah. Tapi tadi tidak khawatir waktu test kan?”
“Tidak dong. Kan mama sudah kasih tanda salib di dahi!”
Topik tulisan hari ini : Segitiga dan salib. Terlihat tidak saling berhubungan, tapi pasti ada hubungannya (bagiku) ah! 😀