Apa itu prestasi? Menurut KBBI, prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Tapi mungkin bagi sebagian kita, masih menganggap bahwa prestasi itu harus dinilai dengan angka, seperti angka-angka rapor, atau ranking juara, seperti juara 1-2-3 baik dalam akademis maupun olahraga. Tapi sebenarnya ada banyak sekali hal yang tidak bisa dihitung atau dinilai dengan suatu nilai tertentu berdasarkan standar yang ada.
Atau mungkin aku lebih suka pakai kata capaian (ca·pai·an n hasil perbuatan mencapai:) yang kerap aku juga salah dalam penggunaannya, yaitu memakai kata pencapaian (padahal pen·ca·pai·an n proses, cara, perbuatan mencapai; ) . Suatu hasil yang tidak bisa dijelaskan dengan nyata, tetapi terasa dalam hati. Ya, aku memang sudah lama tidak mempunyai prestasi karena aku tidak pernah mengikuti suatu sekolah, kompetisi atau kegiatan yang bisa dinilai dengan angka. Tapi aku senang sekali, jika ada muridku yang mendapatkan beasiswa karena belajar bahasa Indonesia denganku, atau tidak usah jauh-jauh, ada beberapa murid yang tetap datang mengunjungiku di kelas hanya karena ingin mendengarkan kuliahku (sebagai pendengar). Ini kuanggap sebagai capaianku saat ini, yaitu bisa mengajarkan bahasa Indonesia dengan menarik, sehingga banyak orang Jepang tertarik untuk mempelajarinya.
Akhir-akhir ini aku memang sibuk di universitas dan di rumah, yah seperti biasanya, tapi terutama karena universitas di Jepang sudah menjelang akhir semester genap. Aku harus membuat ujian, memeriksanya, menilai termasuk evaluasi diri sendiri dan yang terakhir membuat silabus untuk tahun ajaran yang akan datang. Jadi meskipun minggu depan aku sudah libur mengajar, masih harus berkutat mengerjakan silabus untuk 3 sekolah (6 kelas). Jadi harap maklum jika aku juga seret (se·ret Jw a tidak lancar; tersendat-sendat) menulis di sini. Tapi ada satu cerita yang ingin kutuliskan hari ini sebelum aku pergi ke universitas.
Kemarin malam, seperti biasa aku menemani Kai si bungsu yang berusia 6 tahun mandi, lalu menemaninya tidur.
“Mama, tidur sama Kai? Sudah lama ya mama tidak tidur sama Kai ….”
Kami memang mempunyai kebiasaan membacakan dongeng sebelum tidur kepada anak-anak sejak mereka bayi, TAPI akhir-akhir ini aku berhenti membacakannya. Apa sebab? Kai sudah bisa membaca sendiri! dan itu adalah hasil usahanya sendiri, tanpa aku mengajarkannya.
Menjadi anak kedua itu memang lebih mudah! Karena semua ada contohnya, dari kakaknya. Kalau dulu Riku sama sekali BELUM bisa membaca dan menulis waktu masuk SD (karena aku tidak mau memaksakannya belajar), Kai sudah melihat kebiasaan Riku menulis dan mencoba-coba sendiri. Semakin sulit (kanji)nya dia ingin mencoba menuliskannya. Bahkan waktu dia belum bisa menulis hiragana/katakana, dia sudah bisa menulis kanji yang mestinya dipelajari waktu kelas 1 SD, bahkan lebih. Namanya sendiri KAI 櫂, merupakan kanji yang sulit dengan garis stroke yang banyak, namun dia sudah menguasainya. Demikian pula dengan nama kakaknya Riku 陸, sehingga nama papa dan opanya yang mudah, cemen (terlalu mudah) buat dia.
Karena dia sudah bisa menulis, dia juga bisa membaca. Memang menulis dan membaca itu satu paket ya. Sehingga akhir-akhir ini dia membaca buku dongeng tradisional Jepang sendiri, biasanya 3-4 halaman sebelum tidur. Dan kemarin dia menyelesaikan buku keduanya! Dua buku itu berjudul : “Kasajizou” dan “Inaba no shirousagi“. Dua cerita khas Jepang, dan cukup sulit untuk dimengerti.
Begitu dia menyelesaikan buku keduanya “Kasajizou”, dia berteriak gembira, “Aku bisa baca mama!!!!”
“Aku bisa baca dua buku!” “Sudah dua buku!!”…
Aku bisa menangkap kegembiraan dia dan mengatakan, “Iya, Kai pintar ya, sudah bisa baca sendiri!”
Lalu, dia memelukku, dan berkata….
“MAMA, TERIMA KASIH SUDAH MELAHIRKANKU!” (ママ、生んでくれてありがとう)
aku tertegun, dan bertanya padanya,
“Kenapa Kai? Kok kamu berterima kasih karena sudah lahir?”
lalu dia berkata,
“Ya dong, kalau mama tidak melahirkanku, aku tidak ada. Dan tidak bisa baca!”
duh…. aku menangis…
Sebegitunya dia SENANG bisa membaca! Kenapa aku kurang antusias seperti dia? Ah, anak ini begitu menyadari, bahwa dengan bisa membaca dan menulis, DUNIAnya akan menyenangkan!
Aku hanya menganggap itu HASIL yang BIASA, tapi buat Kai, bisa membaca itu HASIL yang ISTIMEWA.
“Kai,…. terima kasih juga kamu lahir ya. Mama senang dan sayang kamu!”
“Nanti mama kasih tahu papa ya… (papanya belum pulang). Kasih tahu bahwa Kai sudah bisa baca DUA buku”
“Ya, tentu… nanti mama kasih tahu papa. Papa pasti senang sekali.”
“Yossshhhh…. abis ini aku mau baca yang ini…”
“Oi oi oi…. sudah jam 10 malam. TIDUR! Besok kamu musti sekolah!”
“Abis aku senang sekali sih… Aku belum bisa tidur…”
“Udah, kita berdoa dan tutup mata saja, nanti bisa tidur.”
Ah…. aku menyadari prestasi atau capaianku juga malam kemarin, yaitu sudah membesarkan seorang bayi prematur 7 bulan, yang sekarang sudah berusia 6 tahun 6 bulan, dan 3 bulan lagi dia akan menjadi murid SD, yang sudah bisa menulis dan membaca. TAPI yang terpenting, dia bisa berterima kasih pada orang tuanya, pada dirinya, dan pada HIDUP itu sendiri.
Terima kasih Bapa Sang Pemberi Hidup!