Bulan Maret merupakan bulan nano-nano 😀 Cuaca saja ada hangat, ada dingin, ada berangin kencang minta ampuuuun hehehe. Tapi mungkin yang paling mengejutkan warga Tokyo adalah mekarnya bunga Sakura yang lebih cepat 2 minggu dari perkiraan yang tanggal 5 April. Semua jadi kedandapan bergegas untuk melihat keindahan bunga sakura. Konsumennya bergegas mengatur jadwal untuk pergi ke taman-taman, sedangkan penjualnya kelabakan menyiapkan bahan dan membuat pamflet atau mengganti tanggal yang tertera di pamflet yang tersedia. Semua tidak mau ketinggalan untuk menikmati keindahan Sakura.
Itu baru cuaca dan kehidupan hariannya. Bagi pekerja Maret merupakan yamaba atau puncak stress dan kerjaan, karena harus tutup buku. Gen tidak pernah ada hari Libur selain hari Minggu. Bagi murid dan pelajar, Maret juga berarti penutupan tahun ajaran, yang berarti kelulusan atau kenaikan kelas.
Yang paling cepat memasuki liburan musim semi tentu saja aku 😀 Karena semua kuliah sudah selesai pada bulan Januari. Tapi berarti bulan Maret aku harus menyusun silabus untuk tahun ajaran baru yang bagiku akan dimulai hari Kamis tanggal 11 April. Selain disibukkan oleh silabus-silabus itu, aku juga menderita polen, alergi serbuk bunga, dan …. baru saja sembuh dari demam. Kelihatannya cuaca yang naik-turun ini membuat tubuhku tidak fit sehingga mudah demam. Karena itu pula aku tidak bisa mengup-date tulisan di TE padahal sedang semangatnya tuh.
Setelah aku, Kai yang banyak menikmati liburan musim semi selama 3 minggu. Tanggal 15 Maret kelasnya MOMO GUMI (Kelas Peach) selesai dan terakhir bertemu dengan gurunya Asami Sensei. Mereka akan naik menjadi nencho san dan mendapat guru baru di kelas LILY (YURI GUMI), sedangkan Asami Sensei berhenti bekerja sebagai guru TK. Tahun ini banyak guru-guru lama yang aku kenal keluar bekerja karena macam-macam alasan (hamil, berkeluarga atau sakit). Ada beberapa murid yang manja terhadap gurunya yang menangis dan memeluk senseinya erat-erat waktu berpisah, tapi si Kai cuek aja tuh. Dan sebetulnya Asami senseinya juga mengakui bahwa dirinya tidak bisa menangis seperti guru-guru yang lain…. biasanya guru TK akan menangis waktu perpisahan. Dia mengatakan nanti setelah pulang baru biasanya akan nangis sendiri mengenang hari-hari perpisahan. Bisa dimaklumi juga waktu mendengar dia baru setahun menikah dan sekaligus menjadi istri dan guru TK… tenaganya pasti habis!
Acara perpisahan di TK yang dihadiri orang tua murid itu tidak berlarut-larut. Anak-anak pergi ke aula untuk menerima badge dan topi yang baru. Kai terpilih menjadi wakil menerima topi YURI GUMI yang berwarna putih. Sedangkan ada beberapa anak juga yang naik ke panggung untuk menerima piagam karena tidak pernah bolos dalam setahun. Kai langsung berkata, “Nanti di kelas Yuri aku mau menerima piagam…” Tapi berarti tidak boleh bolos…dan itu rasanya tidak mungkin 😀 Karena tahun ajaran Kai mulai tanggal 9 April dan selama seminggu itu mereka pulang pukul 11 siang! Padahal aku harus mengajar dan tidak bisa bolos 🙁 Jadi biasanya aku boloskan Kai, untuk ikut bersamaku ke universitas atau aku titip ke rumah mertua. Setelah murid-murid kembali dari aula, orang tua murid memberikan kenang-kenangan berupa album kenangan/foto buatan masing-masing orang tua murid serta karangan bunga. Satu yang kupelajari di sini, jika di Indonesia orang tua sibuk memikirkan akan membeli hadiah apa yang patut diberikan kepada guru-guru dari anak-anaknya, di Jepang biasanya orang tua TIDAK MEMBELI JADI. Hadiah buatan tangan lebih diapresiasi oleh guru-guru yang memang biasanya TIDAK BOLEH menerima hadiah berupa BARANG atau UANG dari orang tua murid. Jadi untuk membuat buku kenangan dan membeli bunga, aku hanya perlu mengeluarkan uang 100 yen saja!
Kelas Riku selesai tanggal 22 Maret lalu, dan orang tua tidak hadir di sekolah. Rapor mereka yang disebut AYUMI diberikan kepada murid-murid langsung untuk diserahkan kepada orang tua. Rapor Riku? Yah biasa-biasa saja… masih sama seperti dulu hanya ada 3 penilaian untuk setiap pelajaran yaitu : Bagus – CUKUP – kurang. Thats all! Tidak ada ranking juara kelas juga 😀
Perpisahan di sekolah memang macam-macam. Ada yang merasa sedih ada yang merasa senang. Senang tentu saja karena bisa menyelesaikan satu tahap kehidupan dan memasuki tahap yang lebih baik. Nah warga Tokyo pada 18 Maret berpisah dengan jalur kereta yang bernama TOYOKO line, yang menghubungkan Shibuya dengan Yokohama (Minato Mirai). Dulu sebelum menikah, aku selalu memakai jalur ini untuk pergi kuliah. Sehingga rasanya sedih juga membayangkan stasiun Shibuya yang dulu itu tidak ada lagi. Stasiun Toyoko yang di shibuya itu ditutup karena jalur ini diperpanjang/disambung sehingga warga Saitama yang mau ke Yokohama bisa naik satu kereta yang sama tanpa harus ganti kereta. Nah yang kurasa hebat adalah pemindahan rel kereta yang tadinya ada di atas tanah, dipindahkan ke bawah tanah. Dan supaya tidak mengganggu pemakai kereta jalur ini, pemindahan rel itu dilakukan HANYA dalam 3 jam saja! Yaitu dilakukan waktu kereta terakhir berhenti sampai kereta pertama berangkat. Di seluruh dunia, hanya JEPANG yang berani melakukan pemindahan rel kereta dalam waktu sesingkat ini. Canggih!
Sebagai penutup, aku ingin menulis juga bahwa aku merasa senang dapat BERPISAH dengan alergi serbuk bunga! 😀 Tampaknya begitu aku sembuh dari demam hari Jumat lalu, puncak beterbangannya serbuk pohon pinus lewat sehingga aku sudah bisa jalan-jalan TANPA kacamata dan masker! Horreeee….