Pilih Memilih

14 Mar

Manusia memang selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan selama hidupnya, mau tidak mau. Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai memilih, tapi sejak kecil Riku dan Kai aku sudah biasakan untuk “memilih yang bertanggung jawab”. Misalnya jika Riku memilih ayam daripada daging, dia harus habiskan apa yang dia sudah pilih. Awalnya memang susah, dan namanya orang tua kadang merasa kasihan jika melihat dia tidak suka dengan pilihannya dan makan dengan terpaksa. Eh tapi aku juga tidak suka orang yang pemilih loh, yang picky eater. Harus bisa makan semua, tapi ada kalanya boleh memilih apa yang mau dimakan.

Dengan mempunyai pengalaman memilih yang bertanggung jawab, kita akan berhati-hati dalam memilih, bukan? Dan tentu kita harus menerima konsekwensi yang timbul akibat “benar-salahnya” memilih. Misalnya kita tidak bisa menyalahkan presiden terpilih, jika dulu kita memilih dia kan? 😀 Tapi aku berharap benar deh dengan Paus terpilih tadi pagi, supaya bisa memimpin umat katolik seluruh dunia. Ntah kenapa begitu aku baca berita terpilihnya Paus Francis I ini, aku langsung terharu dan menangis.

Anyway, beberapa hari lalu Riku membawa sebuah kertas berisi daftar ekstra kurikuler di sekolahnya. Memang sejak kelas 4 mereka wajib memilih satu ekstra kurikuler yang jamnya diadakan sama, yaitu hari Senin jam ke 6. Riku memilih kelas Science (wah kok mirip mamanya waktu di SMA ya?)  dan selama satu tahun mereka mengadakan 14 kali percobaan. Pembuatan roket dari pet botol, membuat telur ikan buatan, membuat bola plastik superball, membuat kairo dll. Mudah-mudahan pelajaran IPA nya di kelas juga bagus deh… (Terima rapor nya tanggal 23 Maret nih… dokidoki a.k.a degdegan :D).

Mulai April nanti, Riku naik kelas 5, dan ditanya gurunya mau ikut ekskul apa. Sebetulnya dia ingin sekali ikut badminton, tapi karena latihannya setiap hari Minggu pukul 9 sampai 1 siang, padahal pas jam yang sama dia harus ke gereja dan sekolah minggu, dia tidak bisa (aku tidak membolehkan) mengambil ekskul badminton itu. Kataku, kalau mau main badminton, nanti bisa ikut kelompoknya pastor Ardy di Kichijoji, yang memang latihannya malam hari. Kalau perlu mama antar (mustinya ikut main juga ya hehehe).

pilihan ekskul di SD nya Riku

Pilihannya ada:

– olahraga dengan bola (macam-macam) dengan kapasitas 36 anak
– Atletik  28 anak
– Basket 25 anak
– pingpong 24 anak
– Science 30 anak
– Musik 25 anak
– Handicraft 30 anak
– Memasak 36 anak
Shogi (Catur Jepang) 20 anak
– Komputer 20 anak
Manga Ilustrasi 20 anak
– Dansa 30 anak
– Drama 25 anak

Dan di kertas itu diberi catatan bahwa peminat yang banyak adalah olahraga dengan bola serta atletik (jadi kemungkinan bisa masuk sedikit) dan yang masih sedikit peminatnya adalah handycraft/memasak. Oh ya perlu diketahui bahwa sekarang di Jepang sedang populer kegiatan “dansa” ini, karena ternyata mulai SMP wajib dansa…. Dansa itu tentu bukan dansa seperti di ballroom atau social dance tapi yang seperti  band-band Korea deh 😀 Haduh anakku gimana nih 😀

Lalu aku tanya Riku mau pilih yang mana? Dia punya dua pilihan yaitu Shogi (Catur Jepang) dan Manga/ilustrasi. Dia memang suka menggambar dan baru saja mulai belajar shogi pada papanya. Aku sendiri heran kenapa dia tidak pilih komputer misalnya atau prakarya/handycraft. Dia ternyata tidak minat pada komputer dan kalau prakarya memang dalam kurikulum kelaspun prakaryanya cukup sulit (takut kebanyakan). Sedangkan papanya tanya, kenapa dia tidak melanjutkan Science saja. Maklum orang Jepang biasanya TIDAK suka bertualang, pindah-pindah kegiatan. Kalau sudah satu ya itu teruuuus sampai tua. Karena itu pula orang Jepang bisa menjadi AHLI suatu bidang (seperti yang pernah kutulis di Kontradiksi atau Mujun). Setelah kutanyakan pada Riku, ternyata kegiatan di ekskul Science itu akan SAMA PERSIS dengan kegiatan selama satu tahun ini, jadi buat apa. Benar juga sih, buat apa mengulang yang sama. (Mungkin itu taktik sekolahnya supaya murid bisa mencoba macam-macam ya?)

Riku main shogi dengan papanya

Selain harus memilih ekstra kurikuler, mulai kelas 5 juga akan ada kegiatan semacam OSIS yang bernama gakuseikai 学生会. Waktu kutanya apakah Riku mau ikut OSIS? Dia menjawab, ” loh itu bukannya memilih, tapi dipilih. Dan kalau aku dipilih aku mau jadi pengurus Majalah Sekolah saja” hohoho…. Kalau teringat aku jaman SD memang belum mulai ikut OSIS-OSIS an, tapi sejak SMP aku menjadi sekretaris OSIS, dan SMA menjadi seksi rohani. Dan aku teringat waktu aku melaporkan pada mama bahwa aku terpilih jadi pengurus OSIS, mama selalu menentang, tidak boleh. Tapi akhirnya mama selalu mengalah, karena papa memperbolehkan. Bisa ngerti sih pendapat mama, karena mama tidak mau pelajaranku terganggu. Mungkin mama dulu sempat putus asa ya, karena semua anaknya pasti duduk di kepengurusan OSIS/ Organisasi Mahasiswa 😀

Selain Riku, sebetulnya aku sendiri sekarang sedang dihadapkan pada pilihan yang pelik. Aku harus mencari bimbingan belajar yang cocok untuk Riku, karena mengikuti kebiasaan orang Jepang, mulai kelas 5 masuk bimbingan belajar atau juku 塾. Aku sih maunya tidak usah belajar di juku sih, karena berarti aku harus menyediakan pengeluaran yang cukup banyak dan berarti harus cut macam-macam kemewahan 🙁 Tapi ya mau bagaimana lagi. Semoga bisa mendapat juku yang bagus (dan murah) deh 😀

Kalau Kai, belum perlu memilih sih. Dia akan menjadi nencho-san (kelas 3 TK, kelas terakhir) Kalaupun harus memilih, pasti dia pilih mama 😀 Dia mau kemana saja ASAL ada mama 😉 Dan aku enjoy sekali loh, karena aku bayangkan tahun depan dia sudah masuk SD dan semakin banyak keluar rumah untuk bermain dengan temannya deh. Waktu aku untuk berada bersama dengan dia juga akan berkurang terus…. sabishiiiii (kesepian!) deh.