Ayam Goreng

11 Jan

Baru kemarin malam aku melihat sebuah iklan di TV, dari waralaba ayam goreng terkenal milik seorang Kolonel 😀 Katanya ada rasa baru di gerai itu dijual rasa baru : Amakara kari-kari chicken yang kalau diterjemahkan langsung jadi Ayam Kriyuk Pedas Manis! Tergoda oleh penampilan ayam yang dimakan artis cantik itu, seakan enaaaak bener, aku langsung bilang, “Mama mau!”. Padahal aku sempat heran juga kok musim dingin mengeluarkan ayam pedas. Biasanya mereka mengeluarkan ayam pedas itu waktu musim panas saja.

karikari

Tadi siang sesudah mengajar, aku pikir mau membeli ayam goreng itu untuk lauk makan malam saja. Tapi …apa benar enak? Untung saja aku cicip dulu sebelum membeli yang banyak. Ternyata…. aneh bin ajaib untukku :D. Lebih banyak manisnya daripada pedasnya. Hmmm seperti ayam tepung diberi madu hihihi. Langsung deh batal beli yang banyak. Itulah akibat termakan iklan TV. Abis di TV kelihatannya enak bener dan warnanya merah-merah gitu kan…. pas lihat aslinya, loh kok pucat gini 😀

Tapi aku ada satu cerita lagi tentang Ayam Goreng. Mungkin kalau aku katakan ayam goreng, semua akan membayangkan ayam K*C itu, tapi ayam goreng yang disebut karaage di Jepang itu lebih menyerupai nugget. Jadi tanpa tulang. Bedanya karaage itu mempunyai lapisan kulit yang kriyuk juga. Dan untuk membuatnya sebetulnya mudah sekali, meskipun memang ada berbagai macam resep. Ada yang pakai lemon, atau jahe atau daun bawang dsb. Aku sih cukup diberi lada garam dan kecap asin, kemudian dilapis tepung kanji lalu digoreng. Dan biasanya aku potongnya kecil-kecil supaya lebih banyak bagaian yang crispy.

Ada seuatu cerita yang termasuk dalam Kamus Keanehan Jepang, sebuah acara TV yang mengumpulkan keanehan-keanehan di seluruh Jepang. Kemarin dulu aku menonton suatu keanehan yang berhubungan dengan karaage ini.

Sepasang suami istri membuka sebuah rumah makan dengan andalannya adalah nasi+ ayam goreng karaage ini. Ayam gorengnya cukup terkenal karena enak dan murah. Tapi sang istri yang melakukan pembukuan menemukan bahwa mereka bisa terancam bangkrut karena pengeluaran dan pemasukan tidak balance. Di antara suami istri itu memang ada semacam perjanjian, suami bertanggung jawab untuk memasak di rumah makan, dan istri melakukan pembukuan dan masing-masing tidak boleh mengganggu ranah yang lain. Istri akhirnya demi menyelamatkan perekonomian keluarga terpaksa menaikkan harga makanan di rumah makannya. Waktu si suami tahu bahwa pelanggan terpaksa harus membayar kenaikan harga, suami merasa kasihan pada pelanggan sehingga dia memutuskan untuk membuat ukuran ayam gorengnya lebih besar lagi.

Tentu saja akhirnya istrinya juga menemukan bahwa mereka bukannya untung dengan kenaikan harga kok malahan merugi, terpaksa dia menaikkan lagi harga masakan mereka. Begitulah terus menerus selama bertahun-tahun, sehingga akhirnya sampai ayam goreng itu terlalu besar untuk bisa ditaruh dalam piring dan terpaksa suami “berhenti” membuat ayam yang lebih besar lagi. Hanya gara-gara “miskomunikasi” dan tidak adanya kompromi dari suami istri tersebut, rumah makan itu terkenal dengan “Karaage Raksasa” sampai sekarang. Dan waktu diwawancara, suami istri yang sudah menjadi sepuh itu mengaku bahwa sudah tidak bisa lebih besar lagi 😀 Coba lihat fotonya, ini satu set nasi dan karaage untuk satu orang loh 😀 Kalau di keluargaku itu pasti sudah untuk berempat hehehe.

Set karaage dari rumah makan Miyagawa di prefektur Nagano. harganya 1050 yen atau sekitar 120ribu rupiah. Gambar diambil dari http://tabelog.com/nagano/A2006/A200601/20001793/dtlphotolst/P9587076/?ityp=1

Aaahhhh gara-gara membicarakan ayam goreng, aku jadi ingin makan Ayam Goreng Suharti. Waktu mudik 2 minggu kemarin belum sempat makan 😀 (Ngga terlalu nge-fans sih, tapi kadang-kadang kangen 😀 ).

Kamu suka ayam goreng?