Kemarin pagi, aku bingung. Malam sebelumnya Kai batuk-batuk dan memuntahkan semua dahak dan otomatis semua isi perutnya. Dia tidur dalam keadaan perut kosong. Dia tidak mau makan kecuali minum teh susu hangat sebelum tidur. Aku temani dia tidur sambil sesekali meraba leher dan dahinya. Benar, tengah malam dia demam. Perkiraanku tidak lebih dari 38 derajat. Sambil berdoa semoga pagi hari demamnya turun, aku pun tidur.
Tapi waktu aku terbangun aku meraba, hmmm tidak tinggi demamnya. Kai bernafas cukup sulit dan berbunyi, sesekali batuk. Hanya satu yang selalu kudoakan supaya dia jangan pnuemonia. Kemudian sambil aku bersiap-siap mandi dan ganti baju, akupun menyiapkan sarapan untuk Riku. Kotak bekal untuk Kai masih belum kuisi apa-apa. Aku bingung apakah Kai bisa ke TK hari ini? Sementara di luar kulihat langit mendung. Langsung aku membuka situs goo, tempat aku biasanya melihat prakiraan cuaca sehari-hari, dan tampilannya seperti ini.
Prakiraan cuacanya Kumori nochi ame, Berawan (mendung) sesudah itu hujan, dengan persentasi 50 persen pada pukul 12 siang. Jadi aku lebih baik tidak naik sepeda, karena pulang mengajar pukul 3 kemungkinan hujan. Selain itu dari data di atas, lebih baik tidak mencuci baju, karena disarankan jemur dalam kamar. (Yang lucu juga ada prediksi keinginan untuk minum bir berapa persen setiap musim panas, dan hari ini 60% ingin minum bir, menyegarkan tenggorokan di hari yang lembab). Karena tahu juga bahwa suhu maksimum 24 derajat, aku bisa menentukan baju yang akan kupakai hari itu. Batik paling nyaman untuk hari-hari lembab dan panas di Jepang.
Tapi masalahnya waktu kubangunkan Kai untuk bersiap, temperatur badannya mencapai 37,5 derajat. Sudah tidak demam, tapi 37,5 merupakan batas untuk memperbolehkan ke sekolah (TK). Kalau turun bagus, tapi kalau naik? Pasti akan dipulangkan gurunya. Jadi Kai lebih baik di rumah saja, dan kalau begitu masalahnya aku harus membatalkan kuliah 🙁 Mau memaksakan Kai ke sekolah juga kasihan karena dia masih batuk-batuk. Untunglah Gen kemudian mengatakan: “Kamu dosen honorer, jangan absen. Biar aku saja yang absen, kamu pergi mengajar sama.” Padahal hati ini antara ingin mengajar tapi ingin di rumah menemani Kai juga. Apalagi waktu Kai berkata, “Aku maunya mama yang absen, bukan papa….” dengan wajah memelas. Aku ajak Kai untuk tidur lagi. Waktu itu pukul 8 pagi. Kalau mengajar aku harus keluar rumah paling lambat pukul 9:30. Dengan harapan Kai tidur, aku melarikan diri. Tapi mungkin karena dia tahu mamanya punya niat buruk 😀 maka dia tidak tidur-tidur. Susah deh aku. Batalkan kelas…. ngga…batalkan kelas… ngga… Sayang di Tokyo tak ada tokek yang bisa dimintai pendapat.
Sekitar pukul 9:15 aku memeluk Kai dan berkata, “Kai hari ini mau makan apa?”
“Mau makan daging”
“Kare?”
“Ngga… aku takut muntah”
“Kai belum makan apa-apa… kai mau coklat?”
“Mau… Aku mau jelly”
“Wah sekarang tidak ada jelly. Mama musti beli. Gimana kalau mama pergi kerja. Kai di rumah nonton video, makan, tidur dengan papa. Nanti pulang kerja mama beli jelly dan coklat untuk Kai. Boleh?”
“Boleh….”
Horreeeee, aku cepat-cepat menyuruh dia memasang video (beberapa hari ini dia lagi suka nonton “Howl the moving castle”nya Ghibli), sambil aku bersiap pergi, dan menyerahkan Kai pada Gen, sebelum dia berubah pikiran. Dan tentu saja aku naik bus pergi-pulang, dan waktu pulangnya tak lupa membelikan Kai jelly dan coklat.
Senang sekali waktu pulang sampai di rumah (pukul 4 sore) melihat dia sudah lincah lagi meskipun belum 100%. Malamnya dia berkata, “Mama….laparrrr, buatkan ayam goreng dong” Jadi meskipun aku sudah masak kare, demi si Kai, aku buatkan ayam goreng deh, dan senang melihat dia makan banyak. jelas saja otomatis 1 harian dia tidak makan 😀 Makan banyak = sudah sehat!
Nah masalahnya hari Jumat ini, begitu bangun tidur pukul 5 pagi, aku melihat di luar hujaaaaan keras. Harus pakai sepatu boot dan jas hujan kalau tidak mau basah. Padahal Kai masih sesekali batuk,dan aku tak bisa bolos hari ini. Hujan… tolong mereda sedikit dong …. please
Oh ya pagi itu aku juga sibuk mengumpulkan sampah dapur untuk kegiatan membuat pupuk di sekolahnya Riku. Kami orang tua diharapkan membawakan anaknya masing-masing sebanyak 200 gram yang terdiri dari kulit buah-buahan, sisa makanan, sisa daging, tidak boleh ada plastik/kertasnya. Waktu aku sudah membawakan sekitar 300 gr yang terdiri dari campuran, ternyata cukup bau kan? Jadi papanya menyuruh aku bawakan ampas kopi saja. Untung ada ampas kopi yang selalu aku sisihkan untuk pupuk tanaman hias di teras rumah. Jadi aku ganti deh sampahnya Riku. Padahal sudah disiapkan susah-susah ….. hehehe Katanya semua sampah dapur yang dibawa dikumpulkan dalam ember dan katanya akan jadi pupuk dalam 1 bulan. Well pelajaran yang bagus untuk anak kelas 4 SD.