Tiba lagi hari sibuk untukku. Ya, Kamis dan Jumat (juga Senin) merupakan hari sibukku. Untung saja Jumat pagi ini, Kai sangat kooperatif dan aku bisa sampai di kampus jauh lebih cepat dari jam mulai kuliah yang 10:45 (Jam kedua 10:45 – 12:15). Seharusnya aku juga mengajar jam ke tiga (13:05 – 14:35), tapi hari ini aku liburkan. Hmmm bukan liburkan tepatnya aku beri tugas yang dikerjakan masing-masing. Tugas sebagai pengganti jam ke tiga hari itu adalah mencari informasi tentang Indonesia dari internet, sambil menjawab pertanyaanku. Pertanyaanku itu sudah kuberikan minggu lalu dan tidak susah, seperti berapa jumlah pulau di Indonesia, siapa nama presiden Indonesia, apa ibu kota dan di pulau apa dst, dst. Ada beberapa yang sudah mengumpulkan tugas itu via email dan mereka menuliskan kesan : “Dengan mencari informasi sendiri di internet, saya semakin ingin mempelajari Indonesia, dan ingin pergi ke sana”. Learning by doing and searching!
Tapi untuk mengantisipasi mahasiswa yang minggu lalu tidak hadir (dan tidak mengetahui bahwa hari ini ada tugas khusus), aku menunggu sampai pukul 13:15. Benar saja ada 3 mahasiswa yang lupa dan tidak tahu bahwa hari ini tidak ada kuliah melainkan tugas khusus. Setelah itu aku cepat-cepat pulang naik bus dan kereta yang ekspress karena aku harus berada di SD Riku pukul 14:50. Ya, hari ini ada latihan penanggulan bencana yang diadakan pemerintah daerah Nerima, tempat aku tinggal. Jadi seluruh SD di Nerima mengadakan latihan ini. Disimulasikan ada gempa besar 7,3 SR di daerah Kanto (Tokyo dan sekitar) pada pukul 14:46. Kemudian murid-murid berlatih untuk berlindung di bawah meja dan mengikuti perintah gurunya. Mereka kemudian keluar ke halaman sekolah smabil berbaris. Nah pada pukul 15:00 ini kami orang tua diharapkan menjemput anaknya masing-masing. Latihan penyerahan anak kepada orang tua. Saat itu kami orang tua harus menyebutkan nama murid dan hubungan apa (ibu/bapak/nenek/kakek) dengan sang anak. Ini supaya guru tidak menyerahkan pada orang yang salah, atau bisa menjawab jika ditanya anak ini dijemput siapa.
Dalam pengumumannya, kepala sekolah mengatakan bahwa sekolah Riku menjadi tempat pengungsian bagi warga sekitar, jadi nanti sekitar bulan November akan diadakan lagi latihan bersama warga sekitar dan kami diminta ikut berpartisipasi juga. Kelihatannya memang sepele sekali, tapi sekolah bertanggung jawab akan murid-muridnya sehingga perlu diadakan simulasi dan penegasan tugas masing-masing personil sekolah. Dan kegiatan ini memang dikoordinir juga oleh pemerintah daerah. Aku rasa penting sekali pemerintah daerah menata apa-apa saja yang harus dilaksanakan jika terjadi bencana.
Aku tidak bisa menjawab ketika seorang mahasiswa universitas W yang mengambil kuliah bahasa Indonesia kemarin bertanya, “Apakah ada latihan bencana untuk murid sekolah Indonesia?”. Yah, kujawab “Setahuku tidak ada. Tapi mungkin saja daerah yang sering terkena gempa seperti Padang sudah melaksanakannya. Saya tidak tahu. Pemerintah Daerah juga saya rasa belum berpikir sampai di sana.” Dia memang meneliti tentang Pendidikan Bencana untuk program Masternya. Ah, sedih rasanya kalau bicara soal pendidikan di Indonesia, terutama sehubungan dengan tanggung jawab sekolah akan keselamatan anak-anak didiknya. Semoga suatu saat, pendidikan kita akan teratur seperti di Jepang… Aku tetap berharap.
(Sambil aku teringat tulisan Nana : http://nanaharmanto.wordpress.com/2012/06/07/fire-drill/ yang menulis tentang latihan kebakaran…. tapi bukan jika terjadi bencana alam seperti gempa)