Waktunya kepleset? Hmmm mungkin bisa juga diterjemahkan begitu ya, karena “Time Slip” berarti bukan berada pada waktu yang seharusnya, melainkan “berjalan-jalan” ke waktu yang lain, lampau maupun masa datang. Back to the future? Padahal masa datang itu sebenarnya belum pasti kan? Masa lalu lebih pasti karena ada sejarahnya. Nah, sebuah acara yang kutonton pada tanggal 5 Juni lalu, membawa pemirsanya melihat kehidupan jaman Edo (atau disebut juga jaman Tokugawa 1600~ ) dengan merekonstruksi kehidupan pada masa itu. Ah, memang Jepang amat menghargai sejarahnya, dan banyak sekali wadah bagi masyarakat untuk mempelajari sejarah bangsa ini.
Satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak perempuan dan anak laki-laki dikirim dari jaman sekarang ke jaman Edo, dan “menikmati” tinggal di perkampungan Edo. Dari keseharian itu kami, penonton bisa mengetahui bahwa orang-orang jaman itu makan nasi jauh lebih banyak dari jaman sekarang. Seorang laki-laki dewasa bisa makan 4 omplong nasi dalam satu hari! Banyaaakk itu, karena biasanya aku masak 4 omplong saja untuk satu keluarga 2 kali makan. Dari soal makanan aku juga bisa tahu bahwa sushi yang terkenal di seluruh dunia itu adalah Edomae Sushi (nigirisushi = nasi yang diberi cuka, dikepal dan ditaruh hasil laut di atasnya) dimulai pada jaman ini. Penemunya bernama Hanayayohei, yang sekarang menjadi nama family restoran chain di Jepang.
Yang mengagumkan Kota Edo (Tokyo jaman dulu) itu sebenarnya adalah Eco Town (Kota yang ekologis, ramah lingkungan). Bagaimana tidak, kotoran manusia pun dijual untuk pupuk! Bahkan kotoran manusia itu dibedakan menurut “kelas” nya, kelas bangsawan, kotoran nya lebih mahal daripada kelas pekerja :D. Selain itu sejak saat itu sudah ada “tissue” untuk cebok! Tapi tissuenya memakai kertas yang agak keras. Kenapa keras? Karena ternyata kertas di Edo itu hampir semuanya adalah kertas daur ulang, dan daur ulangnya bukan hanya satu kali tapi berulang kali. Kota Edo pun sangat bersih, tidak ada sampah kertas, karena pasti diambil, dikumpulkan oleh pemulung untuk dijual kembali. Benar-benar ECO!
Eco yang lain yaitu mereka mencuci baju dengan air yang dicampur dengan abu dapur (hasil pembakaran kayu untuk masak). Tentu karena masa itu belum ada sabun/deterjen. Tapi ternyata terbukti bahwa air yang dicampur abu dapur itu dapat melepaskan kotoran pada kimono. Sistem distribusi air jaman itu juga sudah begitu teratur sehingga seluruh kota dapat menikmati air dengan adil. Untuk kimono juga mereka punya penyewaan dan penjualan kimono bekas, sehingga di bidang “fashion” juga ada recycle. Bahkan kimono yang tidak bisa dipakai lagi, akan dibuat tali, lap dan sebagainya (Kalau ini sih sampai sekarang masih dilakukan ya….)
Aku tidak tahu apakah acara TV ini dibuat sengaja untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup atau bukan, tapi pas benar ditayangkan pada tanggal 5 Juni kemarin. Aku sedang berharap semoga Nihon Terebi mau memutar kembali acara malam itu. Karena waktu itu belum selesai (sekitar pukul 10 malam) tapi aku sudah menghentikan acara dan menyuruh anak-anak tidur. Sudah terlambat 1 jam dari waktu tidur mereka. Takutnya besoknya mereka tidak bisa bangun, kan berabe!
Kurasa memang kita perlu sekali-sekali Time Slip, untuk mempelajari sejarah. Sepertinya kok jaman dulu banyak kegiatan yang lebih eco, lebih memperhatikan keseimbangan lingkungan hidup. Dengan modernisasi, pengetahuan dan kegiatan itu berkurang dan hilang.
Dan kebetulan hari ini tanggal 10 Juni, di Jepang merupakan hari peringatan untuk WAKTU! Aku baru sadar ketika hari Jumat kemarin Kai membawa hasil karyanya di TK berupa jam buatannya, dan di bagian belakang ditulisi oleh gurunya “Toki no kinenbi 時の記念日” Aduh Jepang memang ada-ada saja. Jadi aku mencari kenapa kok hari ini diperingati sebagai Hari Waktu. “Hari untuk Waktu” ini ditetapkan pada tahun 1920 oleh National Astronomical Observatory of Japan, NAOJ dan Seikatsu Kaizen Domeikai yang kalau diterjemahkan menjadi Badan Pembaruan Kehidupan, yang berada di bawah Kementrian Pendidikan. Katanya “Untuk menyebarkan pengetahuan pentingnya waktu, supaya masyarakat menaati waktu, bisa memperbaiki dan merencanakan kehidupannya seperti orang Amerika dan Eropa”.