Aku rasa tidak ada orang yang belum pernah ke bazaar. Di Indonesia pun banyak kan acara bazaar yang dilaksanakan? Entah itu Bazaar buku atau bazaar dengan tema apa saja (terutama menjelang bulan Ramadhan), yang tujuannya mengumpulkan banyak penjual untuk menjual barangnya dengan harga murah dan pembeli untuk mendapatkan berbagai barang dengan harga murah.
Eh, tapi waktu aku mencari kata bazaar dalam kamus KBBI, aku menemukan bahwa kata bazaar itu menjadi BAZAR dengan satu ‘a’ , jadi selanjutnya aku akan menuliskan Bazar dengan satu ‘a’. Artinya sbb: ba·zar n pasar yg sengaja diselenggarakan untuk jangka waktu beberapa hari; pameran dan penjualan barang-barang kerajinan, makanan, dsb yg hasilnya untuk amal; pasar amal;
Aku tidak tahu berapa persen dari hasil penjualan itu yang diperuntukkan untuk amal, yang tentunya sudah ditentukan oleh masing-masing panitia penyelenggara. Yang aku merasa heran sebetulnya, kenapa pada tanggal 3 Juni yang lalu, sedikitnya yang kuketahui ada 3 gereja yang mengadakan bazar. Komunitas umat Indonesia mengikuti bazar di Gereja Meguro untuk mengumpulkan sumbangan untuk korban Gempa Tohoku, kemudian di gereja Yotsuya juga ada (aku tak tahu tujuan amalnya), dan di gerejaku tempat aku terdaftar yaitu gereja Kichijoji mengadakan bazar Pramuka! Mungkin awal bulan Juni adalah musimnya bazar?
Jadi hari Minggu kemarin, aku, Riku dan Kai mengikuti bazar yang diadakan pramuka wilayah Kichijoji setelah mengikuti misa pukul 9 pagi. Selama Riku belajar sekolah minggu, aku dan Kai menjelajahi areal bazar di sekeliling gereja. Peserta bazar tentu saja anggota pramuka dan ibu-ibu mereka. Ada yang menjual sate ayam (dan Kai menghabiskan 8 tusuk sendiri!), donat, kue, dan makanan lain, dan ada yang menjual pernak-pernik bekas. Ya memang bekas tapi baru. Mereka mengumpulkan barang-barang baru yang belum pernah dipakai atau masih bagus, dan dijual dengan harga murah sekali. Maksimum 100 yen.
Anggota pramukanya sendiri menjual tas “ecologi” dari kain yang dihias dengan lukisan mereka sendiri seharga 200 yen. Hmmm sebetulnya kalau bukan untuk tujuan menyumbang, pasti tidak ada ibu-ibu yang mau membeli tas kain itu untuk dipakai belanja! Membeli tas itu lebih pada penghargaan usaha anak-anak untuk berpartisipasi dalam acara bazar itu. Selain tas, beberapa kelompok menjual snack dan mainan buatan mereka.
Ada 4 permainan yang diikuti Riku dan Kai waktu itu, yaitu menciduk bola bola di dalam kolam plastik dengan memakai saringan dari bahan yang mudah bolong jika terkena air. Jadi harus cepat-cepat. Duh, kalau aku sendiri pikir, kenapa ya anak-anak senang sekali bermain itu. lha wong hadiahnya “cuma” bola plastik yang kalau beli juga murah sekali hehehe (Tentu sensasinya itu yang dicari anak-anak kan?). Permainan lainnya adalah “memancing” kantong ikan yang berisi kue/permen. Ini juga isinya tidak seberapa sih 😀 Lalu ada juga penarikan undian dengan membayar 100 yen. Anak-anak akan mendapat kantong yang nomornya tertulis dalam kertas undian itu. Kantong-kantong itu berisi mainan dan makanan murah, yang mungkin merupakan sumbangan dari orang tua. Besar kecilnya kantong tergantung pada nomor undiannya…. hmmm anak-anak diajarkan faktor “keberuntungan” 😀 Dan yang terakhir adalah melempar 3 bola ke dalam kotak bertuliskan angka. Jumlah angka itu yang menentukan “hadiah hiburan” yang bisa dipilih sendiri. Karena Kai tidak bisa melempar bola ke dalam kotak, maka kakaknya yang melemparkan untuk Kai.
Hasilnya, mama Imelda harus menenteng kantong-kantong berisi makanan dan mainan hasil bazar selama mereka bermain dan makan. Tapi waktu pulang ke rumah naik bus aku menyuruh mereka membawa sendiri kantong masing-masing. Yang pasti hari Minggu itu mama Imelda capai menunggu dan capai mengeluarkan uang 😀
Tapi ada beberapa hal yang bisa kucatat dari pelaksanaan bazar waktu itu:
1. Ibu-ibu menjual makanan dan minuman lebih murah 10 yen bagi mereka yang membawa piring dan gelas masing-masing! Maksudnya tentu untuk mengurangi sampah. Bravo….
2. Makanan yang dijual untuk dimakan langsung dibungkus memakai kertas kecil secukupnya, dan sama sekali tidak memakai bahan plastik. Pengumpulan sampah pun dapat dibuat seminim mungkin.
3. Pembungkus hadiah dan tasnya merupakan barang daur ulang. Kertas kalender dan plastik toko yang digunakan kembali. Ini juga merupakan tanda bahwa mereka memperhatikan lingkungan hidup.
Memang seharusnya anak-anak kita (terutama pramuka) menjadi pelopor kegiatan ramah lingkungan. Mulai dari yang kecil seperti sampah pun, hasilnya bisa menjadi besar loh. Dan tentu saja mereka juga belajar dari orang tuanya. Saling melengkapi, dan saling berusaha menjaga lingkungan yang cuma ada satu ini saja.
Dan setelah aku menuliskan ini, baru sadar, apakah bazar-bazar ini sebetulnya diadakan karena berdekatan dengan Hari Lingkungan Hidup tanggal 5 Juni (hari ini)? Wah, apa yang bisa kulakukan untuk merayakan hari lingkungan hidup selain menulis ya (seperti yang disarankan mas Alamendah)?