Daging Jagung?

12 Apr

Waktu aku pertama datang ke Jepang, aku tidak pernah melihat kornet a.k.a daging giling dalam kaleng. Waktu itu aku perlu sebagai bahan campuran membuat macaroni schotel. Memang aku jarang sekali memakai kornet, karena biasanya kalau kami membuat macaroni schotel itu memakai ayam yang dibuat bumbu bistik lalu diberi potongan ham. Nah kupikir kalau ada kornet kan akan lebih cepat, tapi…. aku tidak tahu bahasa Jepangnya kornet itu apa 😀 Setelah aku tanya-tanya baru tahu bahwa namanya corned beef. Dasar orang Indonesia corned (korn) dibaca kornet deh. Pantas aku tidak tahu bahasa aslinya apa.

Tapi kenapa namanya corned beef ya? Ternyata kata dasarnya bukannya [corn] yang berarti jagung, tapi [corns] yang berarti butiran garam. Ya, kornet adalah suatu cara pengawetan daging dengan bumbu garam lalu kemudian dikalengkan. Perusahaan Jepang asli yang membuat pengalengan kornet adalah perusahaan NittoBest, yaitu pada tahun 1950-an dengan membuat daging kornet dengan bahan dasar daging kuda, karena pada saat itu terjadi kekurangan bahan pangan di Jepang. Daging kornet ini memakai nama Nizaki no Nyu Koon Bifu 「ノザキのニューコンビーフ」dan dijual dengan harga 100 yen per kaleng, langsung menjadi populer. Tapi sejak tahun 2005, dengan adanya peraturan labeling makanan maka namanya berubah menjadi Nozaki no NyuKoon Miito 「 ノザキのニューコンミート」. Jadi tidak memakai kata beef, karena memang memakai campuran daging kuda. Tentu saja ada yang 100% memakai daging sapi tapi harganya memang jauh lebih mahal.

Kornet ini memang merupakan bahan makanan tahan lama yang praktis untuk disimpan terutama untuk jaga-jaga jika terjadi gempa bumi besar. Meskipun aku jarang mendengar ada keluarga Jepang yang memakannya sebagai bahan sehari-hari. Tapi di Jepang selain kornet buatan Jepang, ada juga dijual  merek Amerika yang terkenal yaitu SPAM. Bukan spam mail, tapi spam daging kaleng. SPAM tidak ada yang halal, karena memang bahan dasarnya adalah babi. Meskipun terkenal memang tidak tersedia di toko umum, sehingga harus mencarinya di toko yang menjual barang luar negeri. Selain merek SPAM, ada juga Libbys, juga dari Amerika.

Bentuk kaleng dari kornet ini juga khas kan? Nah bentuk trapesium ini ternyata sudah dipatenkan pada tanggal 6 April 1875! Ini aku ketahui waktu mencari “Hari ini hari apa” dan menemukan ada hari Kornet! hahaha.

Dan yang membuat kornet itu praktis untuk dibawa mendaki gunung atau berkemah itu adalah karena kita tidak perlu membawa pembuka kaleng. Kita membuka kornet itu dengan “kunci” yang dapat menguliti sedikit kaleng sehingga terbuka. Tapi sebetulnya bermasalah juga jika tidak sengaja terputus di tengah jalan, karena terpaksa harus dibuka paksa. Aku pernah mengalami “kegagalan” ini sehingga perlu memakai pembuka kaleng.

Ada yang suka makan kornet begitu saja? Suamiku tuh suka makan begitu saja, digado. Biasanya sih yang aku tahu kornet sering dicampur dengan telur waktu membuat telur dadar, atau dimasukkan dalam mie rebus (Lucu deh, keterangan ini : dicampur untuk mie rebus terdapat di wikipedia bahasa Indonesia). Tapi kalau aku sendiri sering pakai kornet untuk isi dari roti. Roti kornet. Dan aku pernah suatu waktu “kecanduan” makan sandwich kornet+ mayoneise yang dijual di toko roti dekat universitas tempat aku mengajar. Sekarang sih sudah tidak suka, mungkin karena sudah bosan ya 😀

Jadi begitulah, gara-gara topik “Hari ini hari apa” aku mencari tahu tentang kornet. Dan satu lagi yang kuketahui bahwa corned beef itu tidak harus selalu berbentuk daging giling! Bahkan daging yang diasinkan tanpa dimasukkan dalam kaleng pun diberi nama corned beef. Daaaaan dari foto-foto contoh-contoh corned beef itu, aku jadi teringat pada seiris tebal roti berisi daging sapi asin Salted Beef  di food court departemen store Selfridges, London yang dibeli mama dan kita makan bersama di tempat itu! Waktu cari info, ternyata nama tokonya The Brass Rail dan ada fotonya!!! Jadi kangen mama! Maklum dulu belum punya (belum ada) kamera digital yang bisa jeprat-jepret segala macam seenak perut hihihihi. Kapan yah aku bisa ke London dan menikmati Salted Beef ini lagi? Mimpi dulu dan masukkan dalam daftar keinginan saja dulu.

update: Kami (Saya dan Riku) berhasil makan Salted Beef dari The Brass Rail, Juli 2019