Demam Berdarah atau Dengue Netsu (Panas akibat dengue) bahasa Jepangnya. Setiap saya ke Jakarta, cuma inilah yang selalu menghantui saya. Sudah banyak kenalan yang anggota keluarganya meninggal gara-gara penyakit ini. Karena itu begitu Kai demam hari Kamis lalu, saya segera membawanya ke dokter anak RSPP. Tapi waktu itu didiagnosa dengan flu, akibat AC yang terlalu dingin. Diberi obat. Selesai.
Tapi karena panasnya naik turun (naik terutama pada malam hari) dan Sabtu malam mencapai 39,8, saya putuskan untuk membawa Kai ke Unit Gawat Darurat (UGD) untuk periksa darah. Terima kasih pada teman-teman di Plurk yang mengingatkan saya untuk tidak gegabah, karena Demam berdarah sekarang tidak pakai acara berbintik-bintik merah lagi. Minggu dini hari jam 1 pagi, saya bangunkan Novi dan Chris dan minta diantar ke UGD.
Siapa sih yang tega melihat anaknya sakit? Saya ingat Riku juga pernah ke UGD ini saat dia berusia 1 tahun, persis 2 hari sebelum hari ulang tahun pertamanya. Waktu itu dengan bercucuran air mata, saya menahan tangannya yang akan diambil darah untuk pemeriksaan laboratorium. Kali ini saya lebih kuat, tidak pakai airmata segala (sudah lebih pengalaman? hehhehe) Saya juga ikut menahan tangan Kai yang chubby itu untuk diambil darahnya. Dan Kai amat sangat bertenaga… dia meronta sampai kepalanya bisa terangkat dari kasur. Dan karena gerakannya itu mungkin yang menyebabkan juga sang suster tidak bisa menemukan pembuluh darah yang cocok. Tiga tempat tidak berhasil. Akhirnya kita suspend dulu berapa saat. Sekitar jam 3 pagi, seorang bruder berhasil mengambil sampel darah dan membawanya ke laboratorium. (dengan iringan doa saya semoga jangaaaaaaan DB) (Demam berdarah disingkat DB, padahal saya dan gen punya istilah lain untuk DB yaitu….tamu bulanan hehehhe)
Alhasil jam 4, dokter jaga memberikan hasil lab yaitu DB (- ) Typhus (-) trombosit 256 (normal), dan HB 13 (normal). Puji Tuhan…. Kami bisa pulang dengan lega, setelah yakin Kai bukan demam berdarah. Dan dari pukul 4 sampai pukul 8 saya masih sempat melanjutkan pekerjaan terjemahan yang tertunda. (kamu sih mel, mau aja menerima kerjaan udah tahu akan sibuk gini di jakarta). Ada satu lagi perenungan yang saya dapat hari ini, yaitu Jangan sakit di jakarta….apalagi tanpa asuransi. Jadi ingat postingan ini, orang miskin dilarang sakit. Bayangkan… untuk biaya pemeriksaan laboratorium saja biayanya 500 ribu euy. Keseluruhan yang harus saya bayar adalah 907rb rupiah saja. Bagaimana yang tidak punya uang lebih untuk keperluan-keperluan mendadak begini? Memang RS ini mahal…tapi pelayanan yang cepat membuat tenang. Kesehatan adalah nomor satu. Semoga jangan ada di antara teman-teman yang perlu sampai mengalami ‘deg-degan’ dobel… penyakit dan tagihan RS.
Dan satu lagi berita gembira yaitu Mama sudah berada di rumah sejak Sabtu siang. Dia senang sekali bisa pulang ke rumah, bisa bertemu cucu-cucu, bisa makan enak (katanya makanan RS ngga enak — RS mana sih yang makanannya enak lha wong sakit apa saja ngga enak), dan bisa berlatih berjalan setiap saat dengan bantuan penyangga khusus training jalan fisioterapi.
Semalam Kai masih demam, dan semoga dia bisa sehat paling tidak sampai waktu keberangkatan kita kembali ke Tokyo besok malam. Tak terasa waktu kepulangan kami juga sudah mendekat… (Posting ini saya tulis sambil mendengar tempias air hujan yang deras turun di subuh jakarta …semoga besok jangan hujan …teru-teru-bozu)