Rumput Babi

26 Okt

Terus terang tidak ada rumput yang bernama Rumput Babi (sudah obrak-abrik rumah Om Gugle). Yang ada rumput yang dimakan Babi. Tapi aku namakan dia si Rumput Babi, karena bahasa Jepangnya adalah KUSABUTA (kusa =rumput dan buta=babi) 草豚. Dan semestinya ini tidak haram kok, seperti juga Kacang Babi ソラマメ (soramame)  yang pernah aku tulis di sini. (Ya iya lah mel, emang semua yang pake kata “babi” jadi haram?)

Yang pasti sekarang aku (dan mungkin anak-anak juga) sedang menderita akibat si Rumput Babi ( Ambrosia artemisiifolia) ini. Rumput yang dalam bahasa Inggrisnya disebut ragweed atau hogweed ini memang menyebarkan serbuk bunganya di musim gugur. Serbuk rumput ini mengandung alergen, yang konon jumlah penderitanya nomor 3 setelah alergi pohon pinus Sugi, dan pohon Hinoki. Padahal aku ini alergi debu, dan termasuk juga serbuk-serbuk pollen begini. Jadi siapa saja yang tinggal di Jepang dan mengalami bersin-bersin, sakit kepala pada musim ini (apalagi kalau musim semi juga mengalami kejadian yang sama) bisa dipastikan Anda termasuk penderita alergi Kusabuta.

Si Rumput Babi yang membuat aku sengsara.... Padahal tampangnya spt tidak bersalah kan? hihihi. Gambar diambil dari wikipedia Jepang ttg Butakusa

Mana cuaca semakin dingin, daya tahan tubuh melemah. Di Tokyo sekarang mendung terus bawaannya,  semakin menunjang mereka yang memang kesehatannya sedang menurun. De Miyashita menderita bersin/pilek, batuk dan juga sedikit demam sejak masuk bulan Oktober. Bergantian!  Sehingga profesiku bertambah selain jadi Tukang Masak, Tukang Cuci, Tukang beberes, menjadi Juru Rawat deh. Apalagi akhir-akhir ini setiap Senin aku menjadi Juru Mudi a.k.a supir juga. Akibatnya hari ini tumbang juga. Tanpa tidur 3 jam di siang hari (setelah minum obat) sudah pasti aku tidak bisa menjalankan seluruh tugasku ini. Bisa-bisa aku dipecat deh hihihi.

Selain alergi karena Rumput Babi, aku juga memang alergi debu, padahal sekarang karena sudah semakin dingin sudah harus menyiapkan baju-baju tebal, yang kebanyakan terbuat dari wool, dan menyimpan debu. Hatchiiii hatchiii terus deh. Persiapan baju tebal termasuk membongkar lemari ini di Jepang disebut Koromogae 衣替え, yang dilakukan setiap pergantian musim.

Meskipun banyak susahnya, aku tetap optimis menjalani musim gugur dan menyambut datangnya musim dingin. Di Nikko kabarnya daun-daun di pepohonan Momiji (Maple) sudah berubah warna dan indah sekali warnanya waktu aku lihat di TV. Sayang hari Minggu kemarin kami tidak sempat mencari “autumn” karena mendung dan waktunya pendek. Semoga masih bisa menikmati perubahan warna daun menjadi kuning/merah yang dalam bahasa Jepangnya disebut Kouyou 紅葉.

泣き止む

11 Mar

Photobucket
tasogare matahari pagi ini …diambil pukul 6:12 pagi

「まま、どうして櫂はママを見るだけで泣き止むの?」
「どうしてだろうね。ママはママだからじゃない?。ママはおばけだったらずっと泣くかもね。
そしたら櫂はずっとママを見るから、ずっと泣くのね」

tapi emang Kai lucu sih. Kalau aku muncul, dia ketawa lebar-lebar. Tapi pagi kejadian, dia berusaha meluk/nangkap aku. duuuhhhh めろめろ gimana aku ngga mau melayang coba…. hehehe.

Pagi ini aku antar Riku jalan kaki dengan Kai. Udara hangat dan katanya siangnya nanti bisa sampai 19 derajat. Dan betul waktu aku jemput Riku panas euy. Kai masih bobo, jadi aku cepat-cepat naik sepeda.

Sesudah itu duhhh terrible deh, aku sakit kepala, bersin-bersin… POLLEN????花粉症.