bukan… bukan Ratu sejagad. Nanti terbangun seperti Vonny Sumlang gara-gara semuanya mimpi. Aku mau jadi Ratu biasa aja… bukan Ratu kecantikan deh. Dan pada weekend kemarin, aku bisa merasakan menjadi Ratu sehari. Udah enak duduk di belakang disetiri, jalan-jalan lihat pemandangan yang indah, makan juga ngga pake diet-dietan (kan diet always begin tomorrow), ngga usah masak malah dilayani dengan makanan yang enak, kemudian mendapatkan pelayanan prima dari petugas hotel tempat kami menginap. Jelas saja bisa enjoy bagaikan menjadi Ratu.
Seperti sudah saya tulis di postingan sebelum ini, kami sampai di Kusatsu Hotel sekitar jam 12:30. Maksud kami, kami akan menaruh mobil di parkirannya hotel, kemudian dari situ jalan kaki ke arah Yubatake, sambil cari makan siang. Eh , ternyata kami disambut oleh petugas hotel, seorang lelaki yang berparas tampan, dengan happi, semacam kimono pendek yang terbuka dengan tulisan nama hotelnya. Dia menanyakan nama kami, dan mengecek apakah kamar kami sudah siap atau belum. Sementara kami menghentikan mobil di depan pintu masuk hotel, dia menyatakan bahwa kami sudah bisa cek in. Dia juga membantu membawakan barang-barang yang akan kami turunkan, dan kemudian akan memarkirkan mobil kami. Rupanya di situ sistem valet parkir. Hmmm malu juga dengan bagian dalam mobil yang berantakan dan penuh sampah. Karena tadi paginya kami sarapan Mc D drive- through.
Kami memasuki pintu masuk hotel dan disambut oleh perempuan berkimono, dan di situ juga tersedia sandal-sandal. Di Jepang memang tamu harus melepaskan sepatunya dan memakai slipper di dalam ruangan, seperti yang pernah saya tulis di sini. Setelah menuliskan data tamu, kami diantar masuk oleh wanita berkimono, yang juga menjinjing tas kami. Kami masuk ke dalam kamar lantai satu yang berpintu geser, dan bernama Izutsu (artinya bak terbuat dari batu)
Begitu masuk pintu geser kami menjumpai kamar kecil dengan wastafel dan lemari es di samping kiri dan di sebelah kanannya terdapat WC. Kamar mandi? tidak ada di kamar ini, karena diharapkan semua pergi mandi di kolam air panas yang disediakan di luar kamar. Benar-benar hemat tempat.
Kemudian kami musti membuka satu pintu geser lagi untuk bisa masuk ke dalam kamar berukuran 8 tatami (sekitar 4 x5 meter), dan 2 tatami untuk teras dalam dengan kursi dan meja/TV. Yah di satu kamar itu nanti kami akan makan malam dan di situ juga akan tidur malam harinya. Begitulah kamar Jepang. Multifungsi!
Setelah jalan-jalan dari Yubatake, kami kembali ke kamar hotel pukul 5:30, karena sudah diberitahukan bahwa makan malam di kamar mulai pukul 6 sore. Waktu kami sampai di hotel, datanglah seorang wanita yang bertugas melayani kami. Petugas seperti dia disebut Nakai 仲居. Nakai ini memperkenalkan diri, memberi salam dengan membungkuk (ojigi) dan mengatakan dia akan datang 15 menit lagi untuk mempersiapkan meja makan. Wah… padahal biasanya orang-orang mandi air panas dulu sebelum makan malam. Jadi aku menawarkan diri untuk tunggu di kamar, sementara Gen dan Riku masuk berendam di kolam air panas. 30 menit tentunya cukup.
Sementara menunggu, aku berganti baju memakai kimono dari katun yang bernama Yukata yang disediakan pihak hotel. Enaknya menginap di hotel tradisional Jepang ya ini, kita tidak perlu membawa baju tidur. Apalagi kalau buru-buru, orang Jepang malah tidak segan tetap memakai baju waktu datang waktu pulang. Karenanya tas bepergian orang Jepang selalu kecil dan praktis. Yang menarik, hotel ini juga menyediakan yukata untuk anak-anak dan balita! Wah… Riku sudah pernah pakai yukata, tapi Kai baru pertama kali…dan dia cute sekali pakai yukata itu. Bukan itu saja, cara duduk formil ala Jepang seiza 正座, cara dia berjalan/melangkah seperti sudah terbiasa memakai yukata. Padahal baru pertama kali!
Tak lama Nakai tadi datang lagi dan mulai membereskan meja, menggelar makanan yang beraneka ragam di atas meja. Dia membawa makanan dalam baki/nampan susun, yang kemudian diatur di atas meja.
Well mewah bener. Satu orang pakai berapa piring ya? Aku tidak sempat hitung. Mulai dari appetizer, sashimi, makanan panas (langsung pakai api di atas meja – kali ini berupa daging bakar), makanan rebus, sayur mentah/salad,sup, dan buah.(klik foto kiri dan kanan untuk melihat keterangan nama makanan. ini “jatah” satu orang. Sedangkan foto kanan adalah child meal untuk Kai)
Full course seperti ini semestinya dibawa piring per piring, secara bertahap sehingga disebut dengan Kaiseki Ryouri. Tapi si Nakai kami ini kelihatannya mau cepat-cepat sehingga semuanya dia tinggalkan begitu saja.
Gen mulai sebel sih, tapi aku bilang, biar saja kan kita bisa ambil sendiri. Tapi memang sih, karena tidak dikeluarkan satu-satu kita tidak tahu musti mulai makan apa dulu. Setiap orang memang mendapat penjelasan tertulis dalam kertas kecil, urutan masakan yang disediakan. Dan kalau mau membaca, sebetulnya bisa tahu urutan makannya juga. Tapi kalau sudah mulai makan, apa saja boleh dimakan sesuka kita kan? Bahkan kalau perlu aku makan buah dulu, karena katanya buah itu lebih bagus diserap vitaminnya waktu perut dalam keadaan kosong.
Setelah selesai makan, Nakai datang lagi, dan membereskan piring-piring. Kemudian datang dua petugas laki-laki yang kerjanya gradak-gruduk (Gen sebel banget tuh abis kesannya kasar kan hihihi) mempersiapkan tempat tidur untuk kami. Mengeluarkan futon dari dalam lemari dan menjejerkannya di atas tatami. Satu orang mendapat satu tempat tidur futon. Matras berwarna biru, lalu di atasnya digelar shiki buton (kasur) untuk ditiduri, dan kake buton selimut tebal. Jika musim dingin dibawah selimut tebal diberi selimut tambahan dari wool. Voila! Ruang makan berubah jadi ruang tidur.
Sesudah makan, aku dan Kai pergi ke kolamair panas (onsen) untuk berendam. Kai pertama kali masuk pemandian air panas. Meskipun demikian aku tidak bisa berlama-lama berendam. Selain panas, kenyang…aku juga sudah ngantuk dan capek. Kai juga selalu berkata “kowai…kowai takut” terutama di kolam alam terbuka, meskipun dia bisa tahan dalam air panas. Soalnya sudah terbiasa juga masuk bak di rumah dengan air yang cukup panas… sekitar 43 derajat. Takut nanti malah tenggelam di kolam karena ketiduran hihihi..
Kolam air panas yang disediakan hotel, biasanya dibagi dua, kolam untuk wanita dan pria, serta kolam alam terbuka. Jika hotel besar, biasanya ada dua kolam di alam terbuka, satu untuk wanita dan satu untuk pria. Karena Kai masih balita, dia bisa masuk ke kolam wanita bersama aku. Maksudnya kolam alam terbuka ini, ya seperti kolam renang di luar, tapi tentu saja air panas. Sambil masuk berendam di air panas, bisa melihat pemandangan di luar. Banyak hotel yang justru “menjual” kolam alam terbuka itu. Tidak malu masuk ke kolam alam terbuka, padahal kita tidak berbalut benang selembarpun? Hmmm mungkin sulit untuk orang Indonesia, tapi tidak ada yang malu mandi telanjang di luar begitu, karena tidak ada yang mau mengintip atau memperhatikan “badan” orang lain yang sedang mandi. Orang hanya menikmati air panas, merelakskan otot smabil menikmati pemandangan alam.
Di depan kolam khusus untuk wanita terdapat papan pemberitahuan bahwa mulai jam 10 malam tempat itu akan menjadi kolam bagi pria. Ya, hal ini memungkinkan orang untuk menikmati 4 jenis kolam yang ada. Dari cek in (jam 3) sampai jam 10 malam dipakai untuk wanita, sedangkan jam 10 malam sampai cek out (jam 10 pagi) dipakai untuk pria. Dan tidak ada kejadian orang “salah masuk” baik kecelakaan atau sengaja hehehe.
Tapi di hotel ini juga ada Ashi yu, atau kolam kecil khusus di bagian depan hotel, yang dibapaki untuk merendam kaki saja. Foto di atas, Riku dan Kai merendam kaki di kolam tersebut. Sebetulnya aku juga ingin, tapi akhirnya sampai pulang aku tidak sempat merendam kaki di situ. Padahal enaknya kalau merendam kaki sambil baca buku, dan minum kopi (atau sake hehehe). Nanti deh kalau Kai sudah gedean, aku bisa mendapatkan “my time” lebih banyak.
Kembali ke kamar, masuk futon, dan lelap sampai terbangun pukul 4 pagi, dan masuk ke bubble bath hot spring sendirian. At least I have my own time. Enak loh menguasai satu kolam untuk sendiri. Sayangnya aku lupa membawa kamera, jadi foto dengan HP yang hasilnya kurang bagus (foto di atas yg sebelah kiri). Sesudah kembali ke kamar sampai jam 8 pagi aku utak utik, ngedit foto-foto di laptop yang aku bawa. (Hotel ini tidak menyediakan internet hehehe. Jadi aku puasa “ngenet” satu hari)
Jam 8 pagi, sarapan yang disediakan di kamar lagi. Tentu saja sebelumnya tempat tidur futon yang kami pakai dibereskan oleh petugas hotel. Huh, bayangkan kalau aku masih tinggal di rumah tradisional Jepang, yang kamar tidurnya memakai futon, bukan bed sebagai tempat tidur, setiap malam dan pagi harus memasang dan membereskan futon untuk 4 orang. Bisa encok deh …hehehe
Sarapan paginya mewah sekali untuk ukuran aku. Ada yudofu (tahu rebus), salmon goreng, telur, magurokake (sashimi tuna dengan parutan ubi)macam-macam lauk yang biasa dimakan pagi hari.Kami makan pagi dengan santai…. mungkin pertama kali aku makan sesantai (dan sebanyak) pagi itu. Tapi berkat makan pagi yang “bener” ini, kita bisa tahan tidak makan sampai jam 4 sore.
Kami cek out jam 10 pagi, dan sempat bertemu dengan okami 女将 dan waka okami 若女将, boss (dan wakil) wanita hotel penginapan Jepang. Penginapan Jepang tradisional ryokan memang hampir semuanya (mungkin semuanya karena saya tidak pernah dengar ada boos ryokan pria) dikelola oleh boss wanita yang diberi nama okami.
Sayang kami terburu-buru langsung naik mobil dan pergi (begitulah kalau orang Jepang, dibilang cek out jam 10, semua berbondong-bondong cek out) sehingga tidak sempat berfoto dengan okami dan petugas hotel (yang cakep itu loh). Selesai deh peran saya sebagai Ratu sehari.
Well next destination is Mount Shirane!