Semestinya aku menulis ini pada tanggal 27 Oktober lalu, namun tidak sempat, dan hari ini harus disempatkan. Kenapa harus disempatkan? Karena hari ini tanggal 9 November adalah hari penutupannya 😀
Jadi, setiap tahun dari tanggal 27 Oktober sampai 9 November, di Jepang diadakan Pekan Baca 読書週間 dan tahun ini adalah pelaksanaan tahun yang ke-74 karena dimulai pada tahun 1947, segera setelah selesai perang dengan kondisi negara porak poranda.
Awalnya Pekan Baca Pertama ini diadakan hanya selama satu minggu dari tanggal 17 November sampai23 November 1947. Pekan Baca ini diadakan oleh penerbit, perusahaan penghubung, toko buku dan kemudian ditambah surat kabar dan media siar dengan slogannya, “Dengan kekuatan membaca, mari kita membentuk negara berbudaya yang damai”. Karena tanggapan yang begitu bagus, mulai tahun berikutnya Pekan Baca diadakan mulai tanggal 27 Oktober sampai 9 November dengan mengapit Hari Kebudayaan tanggal 3 November. Dan terus berlangsung setiap tahun sampai tahun ini yang ke 74. Ini pun menjadikan Jepang sebagai salah satu negara yang rakyatnya suka membaca, di antara negara-negara “pembaca”.
Memang sekarang media digital sudah berkembang sedemikian pesat yang sangat mengubah arus penyampaian informasi di seluruh dunia. Tetap pemakainya adalah manusia, dan yang memegang peranan penting dalam mendidik dan membuat kemanusiaan itu adalah buku, dan tidak berubah sampai kapanpun. Mari kita tetap memasukkan BUKU dalam gaya hidup kita dan dalam pembentukan kemanusiaan kita.
Dari poster yang dilombakan tema Pekan Baca ke-74 tahun ini adalah “Waktu menutup halaman terakhir, aku telah berubah” 最後の頁を閉じた 違う私がいた. Entah mengapa, saya lebih suka kalimatnya tetap dalam bahasa Jepang, karena ada nuansa yang berbeda di situ, dibandingkan terjemahannya. Dan kata-kata ini menohok saya, membuat saya bertanya, adakah buku yang telah mengubah aku?
Ini saya tanyakan pada kedua anakku, Riku dan Kai, yang memang pembaca buku. Kapan atau buku apa yang telah mengubahmu?
Senangnya mendapat jawaban yang pasti dari Kai,
“Aku mulai merasa berubah, setelah membaca buku “Monster Inc” yang sangat panjang untukku waktu itu (kelas 4 SD). Tapi setelah menyelesaikan buku itu, aku jadi percaya diri dan bisa membaca buku yang tebal. Sejak saat itu!” Monster Inc adalah buku yang dia pilih untuk dibaca pada Pekan Baca tahun itu.
Kalau Riku lain lagi jawabannya. Dia langsung membawa dua buku ini: Meditationes karya Marcus Aurelius 自省録 マルクス・アウレリウス yang dibaca waktu dia kelas 2 SMP, dan Mindset: The New Psychology of Success karya Carol S. Dweck, PhD tentu terjemahan bahasa Jepang dan dibaca waktu dia kelas 1 SMA. Saya memang pernah mendengar ceritanya tentang kedua buku ini, waktu saya menanyakan, “Kalau ada yang bertanya buku yang kamu sarankan untuk dibaca apa, kamu akan kasih judul apa? Dan jawabannya memang kedua buku ini. Rupanya kedua buku ini telah memberikan kesan yang begitu kuat pada Riku.
Memang sedih melihat kenyataan bahwa ada perubahan dalam 30 tahun ini, bahwa anak-anak hanya membaca sepertiga dari jumlah buku yang dibaca anak-anak Jepang 30 tahun yang lalu. (lihat tabel) . Secara rata-rata dari 10 buku, sekarang mereka hanya baca 3 buku per bulan. Ada beberapa tabel tambahan seperti waktu menonton TV yang juga berkurang. Waktu untuk baca buku dan menonton TV berubah menjadi waktu untuk memakai gawai, yang sayangnya gawai itu sedikit sekali peruntukkannya untuk sesuatu yang ilmiah. Pada saat melihat kenyataan bahwa anak-anak Jepang sekarang ini jarang membaca buku, saya masih beruntung anak-anakku masih membaca buku. Secara berkala, mereka pergi ke toko buku dan membeli buku apa saja yang disukai dari uang yang kuberikan. Meskipun kadang saya tidak mengerti apa latar belakang mereka memilih buku-buku itu.
“Mama, aku heran deh. Waktu itu aku lihat buku-bukunya Riku, dan ternyata ada buku yang aku beli tenryata dia juga punya! Senang ternyata ada juga minat kami berdua yang sama.”
“Mestinya sebelum beli kamu tanya dulu sama Riku, sudah punya buku ini atau tidak. Supaya tidak dobel!”
Papanya berkata, “Mana mau Riku MEMINJAMKAN bukunya?Sudah biasa itu di keluarga M”.
Jadi begitulah, pernah suatu ketika Riku, dan papanya membereskan lemari dan ketemu 4 buku yang berjudul sama. EMPAT! Rupanya 1 dibeli Riku, 1 dibeli papanya, dan dua itu dibeli kakeknya Riku hahaha (cetakan pertama dan cetakan terbaru). Jadi bukan salah saya rumah tidak beres-beres, karena di mana-mana ada buku! Buku! Dan BUKUUUUU (bukan dengan nada marah, tapi nada pasrah hehehe)
Untuk menulis Pekan Baca ini, sebetulnya saya melakukan satu perubahan kecil dalam kebiasaan saya dua minggu terakhir. Yaitu saya berusaha membuat waktu untuk membaca. Dan meskipun bukunya, buku roman yang ringan, saya berhasil membaca tiga buku online dalam dua minggu! Rekor 😀 Itu berhasil karena saya menjadi anggota premium di Gramedia Online! Yeay. Karena tidak bisa baca di iphone (terlalu kecil), akhirnya saya instal kembali ipad Mini yang dulu dipakai Kai (dan saya buang! 😀 ceritanya panjang deh. Buang tapi lalu saya ambil dari tempat sampah dan simpan…sampai lupa keberadaannya selama 3 tahun sampai lupa passwordnya hihihi). Tapi sepertinya perlu ipad baru karena kapasitasnya Cuma 16GB nih. (sambil berharap ada Santa Claus yang mengerti wishlist saya :D)
Buku kertas maupun buku digital, sama saja. Karena yang penting isinya, kan?
Sudah baca buku apa?