(Rampungkan dulu tulisan yang separuh jadi)
Bagiku sebetulnya Golden Week tahun ini cukup lama. Part 1 yang hanya tgl 29 April kami lalui dengan beristirahat di rumah saja. Tgl 30 kembali bekerja, tapi tgl 1 dan 2 Mei universitasku tempat bekerja meliburkan semua perkuliahan, jadi aku libur dong. Anak-anak SD semua bersekolah seperti biasa sih. Sayangnya aku sakit sehingga hanya bisa keluar rumah tgl 2 Mei untuk lunch bersama adikku.
Part 2 nya dimulai tgl 3 sampai 6 Mei, 4 hari berturut-turut. Kupikir Gen bekerja, karena memang waktu kutanya bagaimana rencana GW, dia khawatir harus bekerja terus. Karena itu aku juga tidak membuat rencana apa-apa, paling-paling bermain dengan anak-anak di tempat yang dekat. TAPI ternyata Gen memutuskan untuk libur 4 hari penuh. Mau tahu sebabnya?
Persis sebelum GW part 2 itu, ada seorang professor yang kehilangan ayahnya. Dalam emailnya dia menyesal tidak membuat waktu lebih banyak lagi bersama ayahnya yang sudah tua. Dia lebih banyak memakai waktu untuk bekerja. Sebuah penyesalan yang terlambat, tapi “biasa” terjadi di Jepang. Karena itu boss nya Gen mengingatkan bawahannya agar tidak menyesal di kemudian hari. Jadi deh Gen libur 4hari hehehe.
Tapi 4 hari libur itu memang akhirnya dipakai untuk istirahat 2hari penuh olehku dan Gen. Bayar tidur! Baru pada tgl 4 malam kami pergi ke rumah mertua dan makan malam bersama di sana dan menginap. Tgl 5 Mei, Hari Anak. Jam 4:30 pagi anak-anak sudah bangun (tidak biasanya) karena mereka sangat antusias untuk pergi memancing, sesuai janji papanya sebelum mereka tidur.
Karena ibu mertuaku mau ikut ke pelabuhan, jadi deh aku ikut juga. Kupikir kalau setelah memancing mau pergi ke mana-mana biar aku bisa langsung ikut daripada pulang dan jemput aku lagi. Jadi kami berlima berangkat jam 5:05 dari rumah menuju ke Daikoku Pier, pelabuhan yang mempunyai tempat khusus memancing. Nah dalam perjalanan di pagi hari yang masih sepi itulah HP ku berbunyi memberitahukan gempa. Tak lama bapak mertuaku telepon dan mengatakan bahwa di Tokyo gempa shindo 5, cukup besar, berpusat di Minami Ooshima (pulau bagian Tokyo). Biasanya gempa yang terjadi di laut membawa resiko tsunami, sehingga kami sempat menunda perjalanan ke pelabuhan. Setelah yakin bahwa tidak ada kemungkinan tsunami baru kami melanjutkan perjalanan. Hmmm akhir-akhir ini memang cukup banyak gempa-gempa kecil yang terjadi, sehingga cukup membuat khawatir.
Kami sampai di tempat pemancingan pukul 6 lebih, dan sudah cukup banyak orang yang ingin memancing di sana. Karena aku berjalan bersama ibu mertua (Achan), kami tertinggal di belakang, karena Gen dan anak-anak harus cepat-cepat mengambil tempat. Aku dan Achan sempat berjalan terus sampai ujung jembatan untuk memancing tapi tidak ketemu. Cukup seram juga buatku karena jembatannya berlubang-lubang sehingga bisa terlihat laut di bawahnya.
Akhirnya aku dan Achan menunggu di ruang istirahat yang tersedia. Kadang aku membaca, bermain game, atau tidur. Oh ya di ruang tunggu itu ada berbagai macam vending machine. Selain vending machine untuk minuman, ada vending machine untuk cup noodle, makanan panas (nugget, mi goreng, potato fry, hotdog dll), serta vending es krim kecil.
Achan sempat bertanya padaku, “Kamu selalu tunggu begini kalau mereka mancing?”. Waktu kujawab “Ya” meskipun kami sebetulnya baru dua kali memancing di pantai Jepang. Achan lalu mengatakan cukup sekali saja ikut, lain kali dia tidak mau hehehe. Memang menunggu itu membosankan sih. Sampai akhirnya aku menanyakan”Kapan mau pulang?” Dan ditentukan kami akan pulang pukul 11:30. Lima jam lebih kami disitu dan tidak ada satu ekorpun ikan yang terpancing. Sekeliling Riku juga tidak ada yang berhasil menangkap ikan. Memang susah kalau memancing di pantai begitu.
Akhirnya kami pergi makan ke restoran sushi, dan makan ikan mentah meskipun bukan hasil pancingan sendiri 😀 “Mancing”nya pindah ke restoran deh. Tapi mungkin karena temperatur berubah-ubah panas dingin, akhirnya keeesokan harinya kami tinggal di rumah karena Kai dengan demam.