Ayo…. sebetulnya apa sih bedanya Binatang, Hewan dan Satwa? Tiga buah kata yang merujuk pada pengertian yang sama, hanya penggunaannya berbeda. Binatang dipakai sehari-hari dan bahkan sering dipakai sebagai kata makian/yang bersifat merendahkan. Hewan lebih sering dipakai untuk istilah ilmiah, sedangkan satwa kelihatan lebih keren, yang sering dipakai oleh para aktifis lingkungan. Padahal kalau mencari di dalam bahasa Inggris cuma ada satu kata: animal, atau di bahasa Jepang doubutsu 動物. Kenapa bahasa Indonesia sampai ada tiga begitu ya? Well, penjelasanku juga cuma asal-asalan, jadi musti tanya pada pakar bahasa yang lebih menguasai deh.
Mungkin sedikit yang tahu bahwa kemarin dulu tanggal 4 Oktober adalah Hari Satwa Sedunia. Di penanggalanku memang tertulis, tapi karena hari itu aku tidak menonton TV gara-gara Kai sakit (lagi) jadi aku tidak tahu apakah Jepang mengadakan acara untuk itu atau tidak. Tapi waktu aku browsing tentang kegiatan di Indonesia, aku mendapat berita bahwa dalam rangka memperingati Hari Satwa itu, ada kelompok yang mengadakan demo di Jakarta. Mereka mendesak pemerintah untuk menghentikan eksploitasi dan perdagangan satwa ilegal, antara lain dengan penutupan pasar burung.
Apakah aku pecinta binatang? Tidak juga…. Aku tidak telaten untuk memelihara binatang, juga takut lupa memberikan makan. Di apartemen kecilku ini memang ada ikan hias, tapi itu punya Gen, jadi aku hanya bertugas kasih makan saja. Tapi mungkin kalau dipikir- aku tidak berkeberatan “bersentuhan” dengan binatang yang jinak dan bukan serangga/ular (padahal Gen suka sekali mempelajari serangga). Setelah aku kumpulkan, ternyata aku punya foto dengan harimau, dengan burung kakaktua/burung rangkong, dengan monyet/gorila, kijang, gajah bahkan kangguru. Pernah ada kesempatan untuk berfoto dengan ular sanca sepanjang 4 meter, tapi terus terang aku takut dan geli, sehingga menolak difoto. Anjing tentu saja sering, dan aku memang lebih senang memeluk anjing daripada kucing. Karena aku dari kecil alergi, tidak bisa memeluk binatang lama-lama, dan anjing tidak perlu dipeluk terus kan 😀
Kalau mengenang rumahku di Jakarta sejak aku kecil, ada bermacam binatang yang sudah pernah kami pelihara. Mulai dari anjing, burung perkutut/parkit, ayam, kalkun, kelinci, burung kakatua, ikan, kura-kura… yah binatang kecil yang masih bisa masuk ke halaman rumah kami. Belum pernah sih punya kuda atau kambing/sapi hehehe.
Memang aku tahu bahwa tidak semua orang itu penyayang binatang. Banyak mungkin yang memandang sebelah mata pada kegiatan pecinta binatang di Indonesia. Untuk demo? aku juga mungkin akan pikir-pikir dulu sih. Tapi sebetulnya pasti ada cara untuk kaum awam juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan pecinta binatang.
Aku cukup kaget waktu menbaca tulisan Alamendah, bahwa “Rangking Pulau Komodo Turun ke Peringkat 26″. Dan ternyata cuma orang Indonesia yang tinggal di luar negaranya yang bisa mendukung pemilihan Pulau Komodo menjadi salah satu dari 7 Keajaiban dunia bernuansa alam. Aku sudah lama memilih lewat online, jadi siapa saja yang tinggal di luar Indonesia dan belum pernah memilih dan mau memilih silakan klik link di dalam tulisan dari Alamendah. Kita dukung satwa Indonesia yang memang langka ini menjadi 7 keajaiban dunia yuuuuuuuk.