Warning: tulisan ini memang tentang wanita dan untuk wanita, meskipun yang bukan wanita tidak dilarang untuk membacanya, bahkan penting jika Anda sayang wanita…..
Hari ini penting untuk Lala, adikku, karena dia ulang tahun yang ke 29. Kenapa kok penting? Ya, karena tinggal satu tahun saja dia akan berada di kelompok 20-an. Tahun depan masuk deh ke kelompok 30-an. So what gitu loh? Ya ngga what-what…. tapi memang bagi wanita umur adalah suatu topik yang sensitif. (meskipun saya tidak begitu peduli dengan umur, kerasa loh kalo masih ada balita umur 40-an… kerasa tuwek hihihi)
Nah, yang akan saya bahas hari ini juga penting bagi wanita. Tadinya sih, saya mau kasih ini kepada adik saya…. tapi ngga tau ukurannya sih hehehe. Kalau salah beli kan gawat! Karena untuk membeli barang ini Anda harus tahu benar-benar ukuran badan Anda.
Hari ini tanggal 12 Februari adalah hari BH, atau brassiere. Bahasa Indonesianya? Kutang (ngga ada hubungannya sama hutang ya). BH itu ada yang bilang merupakan singkatan dari bustehouder (bahasa belanda) atau Breast atau Bosom Holder (bahasa Inggris). Ya pokoknya artinya penyangga payudara deh. Kenapa kok tanggal ini? Karena pada tanggal ini tahun 1913 BH dengan bentuk seperti sekarang ini dikembangkan dan di pegang lisensinya oleh Mary Phelps Jacob.
Saya tidak akan menerangkan tentang BH ini secara mendetil, dengan harapan Anda dapat membaca sendiri penjelasan mengenai BH di internet. Baru saya mau link ke wikipedia Indonesia dengan tajuk beha, tapiiiii duh tidak menjadi sarana informasi sama sekali. Ternyata masih sedikit orang yang mau menjelaskan tentang BH ya…. atau dianggap BH itu porno mungkin? Padahal coba kalau tidak ada BH… lebih porno lagi bukan? hihihi
Share produsen BH di Jepang adalah : Wacoal (23,1%), Triumph (10,6%), Charle (5,9%), Cecile (5,1%), dan Gunze (2,4%) —Data tahun 2002. Saya ingat pernah menjadi penerjemah untuk kursus SPG Wacoal Indonesia (cantik-cantik loh) sebelum saya ke Jepang. Dan bertemu dengan salah satu pejabat yang ditugaskan di Indonesia, Mr Okada (dan setelah kerja itu selesai, dia belajar bahasa Indonesia pada saya). Wahhh saya sempat tanya juga bagaimana rasanya bekerja untuk pakaian dalam wanita. Biasa aja tuh katanya. Dan saya kagum juga sama dia, karena dia tidak pernah “main-main” ke karaoke, dan selalu menelepon istrinya kalau terlambat pulang. (ssstt padahal dia cakep banget loh!)