Terus terang aku belum lama loh tahu bahwa istilah 24/7 itu berarti 24 hours a day, 7 days a week… atau sama dengan “always”. Dulu pertama baca aku sempat pikir susah amat ya 24 dibagi 7. Mungkin aku akan lebih cepat nge-dong dengan istilah 7-11 (seven eleven) alias nama convinience store di Jepang, yang memang buka 24 jam sehari, terlepas dari angka yang menjadi “trade mark” nya dari jam 7 sampai jam 11 misalnya.
Dalam bahasa Jepang, menggunakan istilah 四六時中 shi-roku-ji-chuu yang mana shi = 4, roku = 6. Lebih bingung kan? Kok 4 dan 6 yang dipakai. Tapi 4 kali 6 = 24 dari 4 kali setengah putaran jam, dan berarti “always” juga.
Terus terang aku sudah tidak tahu apa saja yang buka 24 jam sehari di Indonesia atau Jakarta lah. Yang terpikir adalah UGD, Unit Gawat Darurat Rumah Sakit yang semestinya buka 24 jam sehari. Lalu mungkin toko konbini (convinience store) berlambang huruf K atau toko lain yang buka 24 jam sehari. Ada restoran 24 jam sehari? Hmmm kalau tidak salah info, sepertinya ada tuh resto dim sum di bilangan Kemang, Jakarta.
The city that never sleep! Tetapi sesungguhnya, ya Tokyo tidak bisa juga dikatakan sebagai kota yang tidak pernah tidur. Jika tidak punya mobil sendiri, akan sulit juga untuk jalan-jalan seputar Tokyo di malam hari. Harus jadi orang kaya juga jika terpaksa terdampar di kantor melebihi jam 1 pagi. Karena berarti pulang harus naik taxi, atau menginap di kantor. Nah, kalau rumahnya jauh? Bersiaplah untuk membayar mahal. Meskipun bagi kantor besar, biasanya mereka menyediakan jatah tiket taxi untuk dipakai karyawan jika terpaksa lembur. Aku sendiri pernah satu kali terpaksa membayar taxi pulang dari pusat kota ke rumah sebesar 8000 yen (800.000 rupiah).
Rupanya pemerintah Jepang sedang merencanakan perluasan bandara Haneda menjadi bandara 24 jam. Tetapi memikirkan banyak aspek, seperti lingkungan perumahan di sekitar bandara, transportasi dan lain-lain, membuat sebuah perusahaan data survey mengadakan angket kecil-kecilan yang ditujukan pada warga Jepang mengenai “Sarana apa yang Anda inginkan membuka pelayanan 24 jam sehari?”
Dari angket tersebut diketahui bahwa ranking pertama yang diharapkan warga untuk “Buka 24 jam” adalah Kereta Api. Kereta api memang transportasi umum yang murah di Jepang. Dan ternyata selambat-lambatnya kereta beroperasi, tidak ada yang beroperasi setelah jam 1 dan mulai beroperasi terpagi jam 5 pagi. Jadi tetap ada waktu “istirahat” selama 4-5 jam. Dengan adanya “jam terakhir” kereta, tentu saja membuat warga harus memperhatikan jadwal keretanya, dan menyebabkan harus “menyelesaikan” pekerjaan atau hiburannya, karena jadwal ini.(Memang aku juga ingin kalau bisa kereta buka terus, supaya tidak perlu naik taxi jika kemalaman. Tapi…. jeleknya memberikan “alasan” para suami untuk lembur, kerja di kantor)
Ranking kedua adalah Kantor Kelurahan. Jika kantor kelurahan bisa buka 24 jam, maka pegawai kantor tidak perlu mengambil “ijin” atau “cuti” jika perlu mengurus masalah kependudukan. (ini boleh deh, soalnya kadang aku juga harus mengurus formulir atau surat-surat di kelurahan)
Ranking ketiga adalah Bank. Sabtu Minggu libur! Sudah pasti pegawai kantor harus menyediakan waktu khusus jika ada urusan dengan Bank. Maunya sih Bank juga buka 24 jam…. (ah kalau aku sih ngga peduli, wong ngga ada duit di Bank hihihi)
Rumah Sakit menempati urutan ke 4. Memang ada unit gawat darurat, tapi warga inginnya ada dokter biasa, terutama internis dan bagian anak yang buka 24 jam sehari. (bagus juga kalau ada sih)
Urutan ke 5 adalah Kantor Pos. Jika kantor pos buka 24 jam sehari, maka kapan saja bisa mengirim surat dan mengambil paket yang dikirim. (Sebetulnya ngga perlu juga sih)
Perpustakaan! Wah ini benar-benar mencerminkan betapa orang Jepang suka baca ya? Aku sih jarang pergi ke perpustakaan. Jarang minjem juga, soalnya lebih enak baca buku milik sendiri sih.
Yang ke 7 adalah Jalur BUS (Bukan bus malam antar kota, tapi bus dalam kota loh). Memang tidak semua pelosok bisa dicapai dengan kereta. Rumahku juga harus naik bus dari stasiun, sehingga kalau bus bisa beroperasi 24 jam juga amat sangat menolong. Bagiku mungkin BUS menempati urutan nomor 2 setelah kereta.
Kedelapan adalah Toko Buku. Ck ck ck…. alasannya seringkali malam tidak bisa tidur, jadi kalau toko buku buka 24 jam bisa pergi ke toko buku untuk membaca sambil berdiri (tachiyomi) atau membeli buku yang diinginkan. Doooh segitunya. Kalau aku sih cukup pesan online saja, atau browsing.
Urutan ke sembilan adalah Disneyland. Sekarang Disneyland buka dari jam 10 pagi sampai jam 10 malam, inginnya bisa main sepuas-puasnya … kata penjawab angket ini. Aduuuuh deh… kalau musim panas sih ok deh, kalau musim dingin bermain di disneyland sampai pagi bisa-bisa pulang beku hihihi
Dan yang terakhir adalah Apotik. Kalau buka 24 jam maka bisa membeli obat/susu/pampers/keperluan bayi kapan saja. Aku setuju sekali!!! Memang sekarang sudah ada beberapa obat generik yang umum seperti obat sakit kepala atau penurun panas yang dijual di toko konbini, tapi tidak spesifik. Pernah kejadian soalnya tidak sempat membeli pampers pada waktu apotik buka. Bingung deh. Kayaknya apotik di Jepang memang tidak ada yang buka 24 jam deh. Aku setuju banget nih, dan buatku Apotik inginnya di urutan nomor 3 aja deh…
Dari angket ini bisa diketahui kondisi kehidupan di Jepang. Kalau seandainya orang Indonesia, apa ya kira-kira yang ingin buka 24 jam? Atau malah kebalikannya, jangan buka 24 jam dong! hehehe.