Setiap tanggal 1 April, semangat baru terasa di Jepang. Karena tahun fiskal baru dimulai, juga tahun ajaran baru meskipun upacara masuk sekolah tidak persis tanggal 1 nya. Di kantor-kantor juga sibuk dengan penerimaan karyawan baru, mutasi dan kenaikan pangkat. Semua kegiatan seakan dimulai dengan semangat hari ini, apalagi hari ini cerah dan…. bunga Sakura mulai bermekaran.
Pucuk-pucuk sakura penuh dengan kuntum yang membawa harapan baru
Sejak ulang tahun pertama Blog yang kuberi nama Twilight Express ini aku menetapkan ulang tahun TE jatuh pada tanggal 1 April, mengikuti semangat Jepang, meskipun sebetulnya tepatnya jatuh tanggal 2 Maret. Tanggal 2 Maret 2008, aku memulai blog ini di domain pribadiku. Sebelumnya sejak Mei 2005 aku menulis blog pribadi di blogspot. Jadi kalau mau menghitung lamanya aku ngeblog sih sudah 6 tahun.
Blog di domain pribadi ini kuberi nama Twilight Express, dari nama sebuah kereta express di Jepang yang menghubungkan Osaka dan Sapporo selama 23 jam perjalanan. Hampir satu hari. Dan taglinenya a journey from dawn to dusk, dari subuh sampai senja…. semua pengalamanku yang kudapat selama di Jepang, seakan aku naik kereta express tersebut. Apa yang kulihat di perjalanan kehidupan ini. Kehidupan selama 18 tahun di Jepang.
Menoleh kembali ke laporan setiap HUT TE, “A New Begining” untuk ultah pertama, dan “Laporan” untuk HUT ke 2. Aku mendapatkan bahwa di posting yang ke 905 (edisi ULTAH ke 3) ini, rata-rata pengunjung sebanyak 609-an orang perhari, turun sedikit dari ulang tahun ke 2. Sedangkan Alexa Ranking naik ke 130.000, terutama dalam bulan Maret ini. Pasti gara-gara gempa :(. Page Rank juga naik menjadi PR4. Tapi terlihat bahwa jumlah posting setahunnya hanya 175 posting. Semoga di tahun ke 4 TE aku bisa menulis lebih konsisten lagi.
Memang di pertengahan tahun ke 3 aku mengalami mundurnya semangat untuk menulis, terutama karena kehilangan banyak teman-teman blogger yang sekarang sudah tidak menulis atau frekuensi menulisnya amat menurun. Pengaruh teman-teman ini memang cukup besar, karena aku merasa TE adalah ajangnya silaturahmi.
Berbicara tentang ajang silatirahmu, aku senang juga banyak teman-teman pembaca TE yang kemudian saling berkenalan dan berteman, bahkan sampai kopdar segala (dan sering kali aku tidak bisa ikut karena diadakan di Jakarta). Well, senang sekali melihat keakraban itu, dan aku berharap semoga akan banyak lagi teman-teman baru yang bergabung. Aku akui aku sedikit sekali blogwalking di tahun kemarin, sehingga aku banyak kehilangan calon pembeli teman maya. Maafkan aku, dan semoga dengan masuknya Kai ke TK, aku bisa lebih sering blogwalking dan berkenalan dengan teman-teman semua.
Sebagai kata penutup untuk posting ini, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pembaca TE, baik yang “lama” maupun yang “baru” atau silent reader yang “baru muncul dan menyapaku lewat blog atau FB” atau yang masih terus berpredikat “silent reader”. ROM istilahnya Gen yaitu “Read Only Member”. Kehadiran teman-teman semua sungguh membuatku bersemangat dan trus berusaha menulis apa saja yang kira-kira berguna sebagai informasi, atau menuliskan kenangan yang mungkin, biarpun sedikit, dapat menjadi masukan bagi teman-teman semua. Selayaknya tujuan awalnya aku ngeblog.
Inginnya sih mengganti theme TE tapi aku sampai sekarang belum menemukan yang lebih bagus, lebih ringan dan praktis seperti theme ini.
Akhirnya aku juga mau menulis “Happy Birthday Twilight Express”, yang mengisi hari-hariku selama ini.
Di bukit indah berbunga
Kau mengajak aku ke sana
Memandang alam sekitarnya
Karna senja tlah tiba
Tak lama kau petik
Bunga warna ungu
Lalu kau selipkan di rambutku
Bukit berbunga
Tempat yang indah
Di sana kita pergi datang berdua
Membagi cinta…
Bukit berbunga
Bukit yang indah
Di sana kita pergi datang berdua
Di bukit berbunga
Foto ini diikutsertakan pada kontes Lagak dan Lagu di BlogCamp.
hihihi …. aku iseng banget ya? Tapi utak-utik gini jadi pengen belajar Photoshop deh…. tapi aku emang ngga sabaran sih, ngerjain editing gini kan kudu sabar
Tempat wisata Bukit Berbunga di Saitama ini sudah pernah saya posting di : Bunga-bunga di mana-mana.
Apakah kamu-kamu bisa langsung menjawabnya? Pasti harus melihat jam tangan atau jam di HP dulu untuk bisa menjawabnya bukan?
Nah, pada hari ke 26 aku di Jakarta ini, aku tertawa getir. Yaitu ketika aku berada di sebuah restoran sushi di Senayan City. Om ku yang puasa menunggu jam buka, dan mengatakan bahwa paling aman jika jam sudah menunjukkan pukul 6 tepat. Dan kemudian aku jawab : “Sekarang sudah pukul 6″, tapi disanggah papaku…” Belum masih 6 menit lagi!”. Lohhhhh berarti jamku itu kecepatan 6 menit dong? Memang aku selalu heran karena jam di komputerku tidak sama dengan jam di HP Jakartaku. Tapi selalu kupikir jam di HP lah yang benar. Hmmmm TERNYATAAAAAAAA….. aku selama ini TIDAK PERNAH TERLAMBAT!!!! horeeeee…………..
Aku selalu berusaha menepati janji. Aku akan merasa tidak enak jika harus membuat orang lain menunggu. Untuk ini mungkin aku sudah menjadi orang Jepang…..
Seorang teman SMP ku Ika, mengajakku makan siang bersama sebelum bulan Ramadan mulai. Hari Jumat tanggal 6 Agustus, pagi hari dengan bertukar sms.
Ika : “Mel… ternyta hr ini ank gw hrs dijmpt tepat wkt. Ntar lunch di Pisa Cafe di Mahakam ya biar dket ma sekolh ank gw”
Aku : “OK ka. Mau dicepetin juga GPP kok”
Ika : ” Paginya hrs belanja dulu jd bs nya j 11. Tepat ya say”
“Kita kan aliran jepun jd udh biasa on time”
Aku: “Hahaha okay. C U @pisa cafe mahakam jam 11 ya”
Jadi jam 10:30 aku sudah mempersiapkan Riku dan Kai untuk pergi. Biasalah heboh pergi dengan anak-anak kan. Jam 10:45 bingung mau pergi naik taxi sendiri atau minta diantar opa yang akan menjemput cucu. Andy adikku sudah melihat aku senewen lalu berkata: “Sini mahakam cuma 8 menit kok mel”. Well, cepat-cepat naik mobil dan kami diturunkan opa tepat di depan Pisa Cafe. Begitu turun mobil aku melihat jam di HP (yang jamnya kecepatan 6 menit ituuuu)… yaaah jam 11:03 . Aku terlambat deh.
Tapi aku disambut dengan senyum lebar sang pelayan. Tentu saja karena kami adalah tamu pertama mereka. Loh… rupanya Ika belum sampai.
Ya sudah, karena anak-anak sudah lapar, aku memesan makanan saja dulu. Baru kulihat ada sms jam 10:50 darinya, “Mel, gomen telat kyknya macet”, dan kubalas, “No problem. Aku sudah pesen makanan soalnya anakku kelaparan”.
calzone yang merupakan favoritku di pisa cafe
Aku sudah beberapa kali ke restoran Pisa ini yang terkenal dengan es krimnya. Dan biasanya aku pesan Calzone, sebuah pizza tertutup seperti sebuah pastel raksasa. Rasanya yummy, dan disukai Riku dan Kai.
Bersama Ika, teman di SMP setelah 27 tahun....
Akhirnya Ika datang setelah 20 menitan, dan kami langsung bercerita banyak. Catch up berita selama 27 tahun tak berjumpa. Terakhir bertemu waktu SMP, karena dia kemudian masuk LPK Tarakanita, sedangkan aku ke SMA Tarakanita. Pukul 1:30 aku pamit karena aku punya janji bertemu seseorang di Senayan City pukul 2:00. Tapi aku masih ragu apakah aku akan mengajak anak-anak atau tidak, jadi aku mau naik bajaj pulang dulu ke rumah.
Riku dan Kai yang suka naik bajaj
Dan…. Kai berteriak gembira, “Bajaj da…bajaj da… sugoi ne”. Senang sekali Kai dan Riku naik bajaj…. yang pertama dan terakhir untuk Kai, sedangkan untuk Riku, dia sering ikut asisten RT yang harus menjemput sepupu-sepupunya naik bajaj. Kai? Tidak pernah mau berpisah dariku
Tapi hari Jumat itu memang hari yang sial. Karena setelah kami sampai rumah, aku menghubungi temanku itu, ternyata dia baru berangkat dari depok naik taksi. Jadi aku bilang padanya, tolong sms aku deh kalau sudah dekat-dekat senayan. Dari rumah ke sency paling lama 10 menit. Dan…. karena hujan, disertai macet di mana-mana, kamu tahu aku bertemu dia di sency jam berapa? Jam 4 sodara-sodara. Selama2,5 jam dia terkatung-katung dalam taksi. Kasihan sekali. Karena itu aku memang tidak ada perasaan sebal jika harus menunggu teman yang terlambat (Juga waktu menunggu Ika 20 menit itu… karena aku sudah sampai duluan kan bisa makan atau minum duluan, sementara yang ditunggu pasti sedang panik di jalan) . Ya Jakarta gitu loh. Semuanya tidak bisa diprediksi.
Nah, kejadian yang hampir serupa terjadi keesokan harinya. Tanggal 7 Agustus. Ceritanya kami akan mengadakan kopdar+reuni. Karena anggotanya adalah Retty N Hakim yang blogger dan kakak kelas di SMA (mungkin sekelas dengan adiknya mas NH nih hehehe) , Diajeng yang sekelas denganku di SMA (eh kita sekelas ngga ya?) . Tapi yang pasti kami bertiga adalah anggota ekskul Science Club di SMA. Foto kami bertiga waktu masih culun ada di page about me tuh. Secara tidak sengaja Retty menemukan blogku ini persis sebelum aku pulkam, jadi merasa wajib bertemu. Kopdar+ Reuni!Dan yang menghubungkan kami juga adalah Krismariana, karena Kris mengenal Retty duluan di internet. Dari Blogroll Kris, dan masukan dari Diajeng akhirnya Retty bisa “menemukan”ku. Well dunia (internet) memang kecil!
Diajeng yang mengatur waktu pertemuan kami, Sabtu tgl 7 itu di PIM2. Katanya: “…jam 10 kalau bs sdh tiba disana yaa, maklum hr sabtu kan acaranya padat merayap…”.
Karena Krismariana belum pernah ke PIM, padahal sudah sering ke rumahku, jadinya mampir dulu ke rumahku, dan kami bersama-sama naik taxi ke sana. Kali ini hanya Kai yang ikut. Perkiraanku dari rumahku sampai PIM butuh waktu kira-kira 30 menit. Ternyata kami sampai dalam waktu 20 menit. Jadi deh kami bengong 10 menit di PIM, karena semua toko, eskalator dan lift buka jam 10 teng! Sementara Kai dan Kris jalan-jalan di depan toko yang belum buka di lantai 1, aku sempat menghubungi teman-teman lewat sms dan telepon.
Menu makan pagi+siang hari itu. Sate padang.... yang tidak bisa aku buat sendiri.
Begitu lift dibuka, kami langsung pergi ke lantai atas, ke food courtnya. Ya, aku ingat aku pernah juga janjian dengan teman di sini. Karena masih pagi, kami adalah tamu yang pertama sehingga bisa memilih tempat yang enak. Tentu saja sambil menunggu kehadiran Diajeng dan Retty, aku membeli makanan duluan. Karena aku juga belum sarapan, jadilah Sate Padang dan es campur ntah apa namanya jadi menuku hari itu. Sate Padang bener-bener menjadi menuku waktu mudik, karena paling sering aku makan.
Kami berempat berbicara ngalor ngidul, tentang blog, tentang sekolah dulu, tentang pendidikan anak-anak sekarang… macam-macam deh (sampai aku sudah lupa kita bicara apa ya? hehehe) . Yang pasti blog kami memang harus menjadi blog informatif bagi yang membaca ya? (eh semua berpikir yang sama kan hehehe). Keep on bloggin girls eh ladies!
Kopdar reuni hari itu, Kris + Diajeng + Retty dan aku+ Kai
Jadi aku mau kembalikan lagi ke topik semula, bahwa aku senang, selama mudik aku bisa tetap menjaga kejepanganku dengan selalu tepat waktu hahaha. Sebetulnya ada satu lagi cerita tentang waktu ini, tapi karena ceritanya panjang, aku tulis di posting terpisah.
So … jam berapa sekarang? (Aku publish ini pukul 2:47 pagi, karena tidak bisa tidur karena berisik!! Siapa yang berisik? Nanti aku bisikin deh )
Friends are kisses blown to us by angels.(Unknown)
Jika mau jujur baru kali ini aku merasa mandeg, stuck dalam menuliskan pengalamanku di Jakarta. Memang aku salah terlalu menundanya sehingga aku kehilangan momentum “rasa” dari peristiwa tersebut. Cukup bingung juga karena memang aku memutuskan untuk menulis urut berdasarkan kejadian. Dan ketika sampai pada “gilirannya”, aku terus memandangi monitor tanpa harus tahu memulainya bagaimana.
Jika Rumah Dunia penuh emosi keharuan karena aku bisa mewujudkan ide yang ada di kepalaku sudah lama sejak sebelum aku datang ke Jakarta, maka Kopdar tanggal 2 Agustus itu penuh dengan emosi keharuan lain karena bisa bertemu dengan sahabat-sahabat yang sudah kukenal lewat tulisan mereka. Dan terus terang acara kopdar tanggal 2 dan 3 adalah klimaks dari perjalanan mudikku tahun ini. Setelah itu aku merasakan anti klimaks meskipun tidak bisa dikatakan membosankan.
Para peserta kopdar blogger tanggal 2 Agustus ada yang sudah menuliskannya di blognya masing-masing sehingga mungkin pembaca TE juga bisa berkunjung ke sana untuk membacanya. Sementara aku menulisnya dengan urut.
Tanggal 2 Agustus, 2010. Setelah acara di Rumah Dunia selesai sekitar pukul 3 siang, kami berombongan cek in di hotel Le Dian, Serang. Kupikir supaya kami punya waktu untuk jalan-jalan melihat kota Serangnya sendiri, meskipun akhirnya tujuan ini tidak terlaksana…hehehe. Kami mengambil 3 kamar di sini, dan kamarku dan Ria sebagai base tempat ngobrol. Sebuah suite yang lumayan mewah dan affordable. Riku langsung bertanya padaku, “Mama… hotelnya bagus. Aku mau nginap sini 4 hari ya…..” Dasar penyuka hotel hahaha. Dia selalu minta untuk tinggal di Hotel. Dan kuakui ini gara-gara sebuah film seri di Disney Channel, Suite Life of Zack & Cody, kisah sepasang anak kembar yang tinggal di kamar suite hotel karena ibunya penyanyi di hotel itu.
Eka dan Adrian masih sempat mengobrol di sini, sebelum akhirnya mereka pulang ke Jakarta untuk mengikuti kebaktian. Sementara itu, Ria bertemu temannya di lobby hotel, KK, DM bersama Riku dan Kai berenang di kolam renang hotel, yang katanya Riku, “Hebat ma… Guede banget!”
Malam itu kamu makan makanan serba bebek. Sop Bebek, Sate Bebek, Bebek Goreng, Garang Asem (semacam sup kuah asem). Ternyata kuliner di Serang selain Bebek juga ada Sate Bandeng. Aku mendapat oleh-oleh Sate Bandeng dari KK dan waktu kumakan hmmm yummy loh. Sepertinya dicampur parutan kelapa sehingga gurih. Jika ada yang pernah makan Paria Kambu (masakan makassar untuk Paria yang diisi ikan/daging giling masak santan) nah Sate Bandeng itu mirip isinya Paria Kambu ini.
Pagi harinya, Win istri KK berpamitan karena harus mengajar. Dan setelah makan pagi pukul 9, kami juga berpamitan dengan KK untuk pulang ke Jakarta. Sedih juga melihat proses pamitan anak-anak dengan KK yang sudah sangat akrab selama 4 hari. Tapi kami harus buru-buru karena kami mempunyai jadwal lunch pukul 1 siang di Cafe Lokananta, Blok M.
Untung saja perjalanan ke Jakarta lancar. Kami bisa sampai di rumahku sebelum pukul 12 sehingga sempat menaruh barang, istirahat sebentar dan ganti baju, tak lupa pakai parfum tentunya hehehe. Lagipula aku bersyukur juga bisa sempat pulang ke rumah, karena ternyata di rumahku sudah menunggu seorang Oma yang sudah berusia 89 tahun yang ingin bertemu denganku. May God bless her…
Kami, yaitu aku dan Kai, Ria dan Daniel Mahendra sampai di Cafe Lokananta itu pukul 1 lewat sedikit (tepatnya 13:09 bukti sms hahaha). Di situ sudah menunggu Christina Paska a.k.a Mbak Puak dan Ade Susanti a.k.a Uni dede. Mbak Puak tadinya bilang akan datang jam 2 an…eeeh malahan bolos ngantor, jadi sejak pukul 12:24 (bukti dari smsnya) sudah hadir di tempat (sambil nyuci-nyuci taksi ya? hihihi). Uni dede yang aku hanya kenal lewat blog dan FB, ternyata lain dengan image yang kudapat selama ini. Aku juga beranggapan Uni dede berbadan tinggi besar sehingga bisa masuk kelompok kami, de gembils…. Ehhhh kenyataannya tidak!
Kedua sahabatku Jumria Rahman dan Tuti Nonka yang datang dari jauh demi menemui aku dan melewatkan waktu panjang bersama. Rasanya kata terima kasih saja tidak cukup untuk keduanya. Please be my friend forever!
Kami berlima masih menunggu beberapa saat sambil memesan minum sebelum Ibu Cantik bergaun hijau Yessy Muchtar datang bergabung dengan kami. Tak lama juga hadir Mbak Tuti Nonka yang katanya sempat nyasar waktu mencari lokasi Cafe Lokananta ini. Maaf ya mbak, semestinya saya beri petanya.
formasi kloter pertama di 13:51 WIB
Formasi kloter pertama kemudian dilengkapi dengan kehadiran Ekawati Soejono dan Reva Liani Pane. Khusus untuk Ekawati Sudjono ini dia sudah membuka blog tapi belum mengaku sebagai blogger karena masih kosong isinya (dan ketika aku cek, ternyata sudah dia hapus hihihi). Dia adalah salah satu pengunjung rumahku di Nerima yang ceritanya bisa dibaca di sini. Nah, entah mungkin karena dia merasa bukan blogger tapi ikutan kopdar dan aku tahu pasti karena dia cinta padaku (uhuyyyy) , dia membawakan kami semua sebuah cake coklat dari Dapur Coklat bertuliskan, “Maju terus Indonesian Blogger”. Terima kasih banyak kuenya ya Eka.
Kapan dong kuenya dipotong?
Kalau Reva, kami juga belum lama kenal lewat blog, tapi cukup sering menyapa lewat twitter dan YM, karena kami sama-sama lulusan sastra Jepang. Bedanya hanya dia lulusan UGM aku lulusan UI (yuhuuu dulu kita bersaing ya hihihi). Dan bacaan buku Jepangnya canggih banget, sastra awal Meiji loh. Kereeen.
Memotong kue dengan Samurai hihihi
Reti Hatimungil, yang sedang hamil juga hadir dalam acara kodpar kali ini. Aku mengenal Reti cukup lama, karena sebetulnya Reti termasuk dalam daftar kopdar di Omah Sendok satusetengah tahun lalu, tapi batal datang. Kami biasanya bersapa lewat FB, terutama soal makanan deh. Blognya Reti sendiri baru diperbarui setelah acara kopdar kami ini. Semoga bisa terus menuliskan pengalaman selama hamil ya Ret. Semangat!
Kami mendapatkan kehormatan dengan kehadiran seorang Lady bernama Lady Clara, yang baru tahun ini kami berkenalan dan saling memberikan komentar di blog. Padahal isi blog Lady Clara itu aku banget loh. Sejarah dan environment :D. Katanya kopdar ini adalah kopdar yang pertama untuknya, semoga kelakuan kami semua tidak memberikan imej yang menakutkan sehingga Lady Clara mau kopdar bersama blogger yang lain ya.
Cafe Lokananta tambah heboh, dan kursi harus ditambah lagi. Aku memang cuma memperkirakan 10 orang hadir 2 minggu sebelumnya waktu aku memesan tempat di sini (telepon langsung dari Tokyo loh hehehe). Jadi ketika jumlah yang hadir membengkak, pelayan Cafe harus menambah kursi supaya semua bisa duduk. Dan keramaian Cafe Lokananta dilengkapi kehadiran Eka Situmorang Sir dan Krismariana. Sayang sekali Eka tidak datang dengan seragam PNS nya, padahal aku ingin sekali berfoto dengan dia yang berseragam hihihi. Suatu waktu kita kopdar lagi ya, Aku ingin diapit Puak dengan seragam “supir Taksi”nya dan Eka seragam PNS nya hehehe.
Yang tidak "cantik" tapi manis....senyumnya hihihi. DM dan Pak Syafruddin. Terima kasih banyak buku-bukunya pak....
Oh ya, yang juga melengkapi keriuhan di Cafe Lokananta adalah kehadiran Pak Syafruddin Azhar dari Kaki Langit Kencana. Beliau membawakan buku-buku terbitan kaki langit yang akan menjadi PR buatku di Jepang. Terima kasih banyak pak. Juga kehadiran Wita a.k.a Eka Perwitasari yang pernah muncul di rumahku di Tokyo.
Baik yang baru pertama kali bertemu maupun yang sudah berkali-kali bertemu mempunyai cerita yang unik. Tapi satu hal yang bisa aku simpulkan dari pertemuan kami yaitu pertemuan kami secara fisik hanyalah perpanjangan dari pertemuan kami di internet. Sehingga rasanya tidak ada kekakuan dalam pembicaraan kami, dan semua bisa lebur dalam kehangatan berdasarkan persaudaraan. Ada beberapa orang yang mendadak tidak bisa hadir seperti IndahJuli dan Riris karena satu dan lain hal. Atau yang dari jauh-jauh hari sudah menyesal pasti tidak bisa datang seperti Ibu Enny Dyah.
bisa dibayangkan "ramenya" kan?
Sebetulnya pertemuan kami ini bisa dikatakan tidak direncanakan untuk menjadi kopdar Akbar. Awalnya hanya ingin mengumpulkan ibu-ibu blogger yang tidak bisa keluar malam (melirik ke Yessy dan Puak), tapi kemudian membengkak sampai ke luar Jakarta dengan kehadiran Mbak Tuti. Dan aku yakin (sok tau deh hihihi) kalau aku undang bapak-bapak jauh-jauh hari MUNGKIN mereka akan bisa bergabung dengan kami. Tapi merencanakan sesuatu yang “akbar” itu sulit. (Menjadi EO juga sulit ya bu Enny hehehe). Kendala waktu, tempat biasanya menjadi penghambat kelangsungan acara pertemuan seperti ini. Karena itu aku sangat berterima kasih pada mereka yang hadir pada kopdar tanggal 2 Agustus lalu.
Formasi lengkap yang datang KOPDAR sebelum bubar grak
Kopdar tanggal 2 kemudian dilengkapi dengan pertemuan kami dengan Afdhal yang sedang training di Hotel Mulia. Tadinya memang bermaksud bertemu Mas NH yang dipikirnya berada di Hotel tersebut. Tapi rupanya belum jodoh sehingga kami tidak bertemu malam itu. Baru dua hari sesudahnya ketika aku janjian “makan bakso” dengan Afdhal di Hotel Mulia, sempat bertemu sebentar dengan narablog terkenal yang mempopulerkan istilah “The Beauty of Blogging” TBoB.
kiri ke kanan DM, Kai, Ria, Mbak Tuti, aku, Afdhal, bertemu di Cafe Hotel Mulia tgl 2 Agst malam
Mas NH18, Afdhal, aku dan Kai 5 Agustus 2010. Kai selalu ikut kopdar loh hehehe
Seperti yang telah aku tuliskan di postingan sebelum-sebelum ini dan pada komentar di tulisan Mbak Tuti. I AM BLESSED, aku beruntung dianugerahi teman-teman yang baik. Dunia blog bagiku sekarang memang merupakan dunia yang penting dalam kehidupanku. Dan aku juga percaya sebuah quote dari Oliver Wendell Holmes yang isinya “Without wearing any mask we are conscious of, we have a special face for each friend“. Ada wajah kaku, ada wajah ramah dan lucu, wajah keibuan atau kekanakan, tergantung dari sifat kita dan kadar pertemanan kita. Special Face! Special Person… Ya semua mempunyai tempat khusus di dalam hati seorang Imelda. Terima kasih… terima kasih…. terima kasih….. Semoga kita bisa berjumpa lagi tahun depan, jika aku bisa pulang kampung lagi.
Sebagai penutup aku ingin menulis funny quote tentang friend yang cocok untuk blogger wanita (yang menempati porsi 90% kopdar kali ini).
“Friends are like bras: close to your heart and there for support!!!”
Jadi jangan lupa digunakan ya “bras” nya hihihi…..
Aku sengaja menuliskan “adik” dalam tanda petik, memang untuk merujuk seseorang yang usianya lebih muda dari kita, tidak ada hubungan darah tapi keakrabannya bagaikan saudara sekandung. Memang “adik ketemu gede” tapi bukan sebagai kelakar untuk menutupi hubungan khusus dengan lawan jenis (sering kan tuh jika bertemu pasangan, ditanya cewek itu siapa? Lalu dijawab “Adik”…. adik ketemu gede) dan memang bisanya kita bertemu “adik” (atau “kakak”) ini pada saat kita sudah dewasa. Aku sendiri mempunyai beberapa orang yang kuanggap “adik” (dan dia menganggap aku “kakak”) , baik di ruang nyata maupun di dunia maya.
Aku bertemu dia di Jepang, tahun April 1993, di ruang seminar professor MS di Yokohama National University. Aku sebagai mahasiswa peneliti yang waktu itu tugasku bukan hanya meneliti kehidupan kampus tapi juga beradaptasi pada kehidupan di Jepang, sebelum melangkah menjadi mahasiswa Universitas. Ini merupakan “syarat” tidak tertulis untuk mereka yang ingin belajar S2 ke Jepang, harus melalui tahapan “kenkyusei” (Mahasiswa Peneliti). Tugasku waktu itu hanya mengikuti kuliah-kuliah yang diberikan professor pembimbingku, mengikuti “seminar” khusus dengan dosen pembimbing sambil mempersiapkan ujian masuk S2, mengikuti pelajaran tambahan bahasa Jepang (yang akhirnya oleh guru-guru bahasa di YNU dianggap aku tidak perlu mengikutinya karena sudah cukup. “Kamu lebih baik langsung ikut kuliah lain, jangan buang waktu di sini”)
Pihak universitas waktu menyediakan program Tutoring bagi mahasiswa asing, MS sensei kemudian menunjuk Kimiyo dan Kayoko, mahasiswa tingkat 3 tahun itu untuk menjadi mentorku. Meskipun sebetulnya tidak diperlukan karena aku sudah bisa bahasa Jepang, tapi aku merasa beruntung karena dengan “penugasan” inilah aku bisa akrab dengan Kimiyo.
Karena aku sudah bisa bahasa Jepang, sang dosen menugaskan Kimiyo untuk “berbuat apa saja laksana mentor”, jadi jam pertemuan mentoring kami biasanya kami pakai untuk berwisata bersama. Bukannya belajar, malahan main! hehehe (dan ini dengan persetujuan sensei loh) Kami menjelajah daerah wisata kamakura bersama, masak bersama, karaoke bersama (lagu favorit kami “Natsu no owari no Harmony — Harmoni di akhir musim panas), merayakan hari Natal bersama di kamar kost ku yang sempit, dll. pokoknya isinya main mulu deh.
meeting sebelum menjadi MC untuk acara natal. Kimiyo bahasa Jepang, aku bahasa Indonesia, dan sambil main-main di akhir acara, tukar bahasa.
Bulan Februari 1994, kedua mentorku itu akhirnya ikut bersama ku pulang kampung, untuk berwisata di Jakarta. Ini adalah kedatangan Kimiyo yang pertama ke Jakarta dan mungkin boleh dikatakan merupakan “titik awal” jalan hidup Kimiyo sehingga menjadi seperti sekarang ini. Aku mengajaknya ke MONAS. Kami naik puncak Monas bersama, (menaiki lift pesing nan pengap), dan kami juga mengunjungi musium perjuangan di bawah pelataran monas. Museum yang rada gelap, penuh diorama-diorama perjalanan bangsa Indonesia. Dan di satu diorama itu, Kimiyo terhenti…dan …terkejut! Sebuah diorama yang menggambarkan kekejaman serdadu Jepang terhadap masyarakat Indonesia di bawah pendudukan Jepang.
Kimiyo dengan alm. opa Beul (meletus) saudaraku yang pernah menjadi romusha di Nagasaki. Mengakhiri pertemuan yang diawali dengan rasa tidak suka, dengan pernyataan opa, "Ternyata ada juga orang Jepang muda yang baik dan berkemauan keras mempelajari sejarah Indonesia-Jepang"
Loh? ada apa ini? kenapa bisa begitu? kenapa negaraku berbuat seperti ini terhadap negaranya Imelda? — mungkin begitu pertanyaan Kimiyo dalam hati. Memang aku tak bisa menyalahkan angkatan Kimiyo /generasi muda Jepang yang sama sekali tidak tahu bahwa negaranya pernah menjajah Indonesia (Kimiyo memang sudah tahu tentang pendudukan Jepang, tapi tidak menyangka se”biadab” itu). Kebanyakan generasi muda Jepang hanya tahu Jepang menjajah Korea dan Cina (Manchuria), tapi tidak menjajah Indonesia. Kemudian aku jelaskan… memang Indonesia pernah mengalami penjajahan Jepang selama 3 tahun, meskipun banyak yang ramah pada orang Jepang sekarang, belum tentu generasi yang lebih tua dapat “menerima” orang Jepang dengan ramah.
Asal pembaca TE tahu, memang dalam buku sejarah di Jepang, tidak ada yang menuliskan bahwa “Indonesia merdeka dari Jepang tanggal 17 Agustus 1945”. Yang ada “Indonesia merdeka dari sekutu tahun 1948”.
Berawal dari “shock”akan ketidaktahuan sejarah Indonesia-Jepang inilah, Kimiyo kemudian mengambil tema penulisan skripsinya waktu itu, “Pendudukan Jepang yang tertulis dalam buku pelajaran sejarah Indonesia”. Dia ingin mengetahui bagaimana orang Indonesia bisa “menerima” kehadiran orang Jepang dengan “ramah” saat itu padahal sudah mengalami perlakuan kejam dari serdadu Jepang. Kimiyo mengadakan penelitian terhadap buku-buku pelajaran sejarah Jepang dan Indonesia (dia mempunyai sertifikat menjadi guru SD Jepang – wajib dimiliki oleh semua yang mau mengajar di SD, yang macam sertifikasi guru di Indonesia deh.)
Kampai persaudaraan, melewati musim panas bersama, di kampung asal Kimiyo, Hachinohe. Kimiyo-Imelda-Tina
MS sensei membimbing skripsinya dan secara tidak langsung gantian “menugaskan” aku membantu Kimiyo untuk menulis skripsinya. Terutama untuk dokumen berbahasa Indonesia. Skripsi Kimiyo selesai Maret 1995, dan mulailah Kimiyo melangkah sebagai “manusia masyarakat” Shakaijin 社会人, seorang dewasa yang patut bekerja sebagai anggota masyarakat. Tapi saat itu dalam kepala Kimiyo hanya ada satu keputusan, “Aku harus belajar bahasa Indonesia di Indonesia”. Memang Kimiyo lulus dari Yokohama National University, tapi hubungan kami, Imelda dan Kimiyo, tidak berhenti saat itu, malah hubungan sebagai “adik-kakak” dimulai saat itu.
Kimiyo di depan rumah Jkt jaman BIPA
Kimiyo berangkat ke Jakarta sebagai mahasiswa BIPA -UI (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing -UI), dan tinggal indekost di rumahku di Jakarta. Imelda di Jepang, Kimiyo di Jakarta! Aku berkutat dengan dokumen sejarah di Tokyo-Yokohama, sedangkan Kimiyo berkutat dengan buku-buku bahasa Indonesia di Jakarta. Dia juga menjadi guru bahasa Jepang adik “real”ku Tina yang waktu itu mempersiapkan diri mengambil S2 arsitektur di Jepang.
Give and Take…. selalu begitu dalam kehidupan ini. Tidak ada orang yang bisa hidup sendiri. Dan dalam setiap perjalanan hidup kita, kita pasti akan bertemu dengan seseorang yang bisa mengubah “arah” kehidupan yang mungkin awalnya sudah kita rencanakan. Bisa saja berlangsung sesuai rencana, tapi bisa juga “melenceng” arahnya. Tapi, kita harus tetap yakini, bahwa “perjalanan” hidup kita PASTI akan menuju kehidupan yang LEBIH BAIK.
Aku ingin berterima kasih pada ibunda Kimiyo (tentu juga papanya) yang mau dan memberikan ijin Kimiyo untuk melanjutkan belajar bahasa Indonesia ke Jakarta. Sebagai seorang ibu pasti tidak ingin tinggal berjauhan dengan anak perempuannya. Memang aku tahu bahwa beliau sudah melepas Kimiyo belajar ke Yokohama (mereka berasal dari Hachinohe, utara Jepang), tapi bagaimanapun juga melepas kepergian seorang anak perempuan ke negara lain butuh “keberanian” dan kepasrahan bahwa jalan hidup anaknya akan berubah. Segala kemungkinan bisa terjadi, seperti aku yang akhirnya menikah dengan orang Jepang, seorang ibu harus bisa menerima bahwa memberikan ijin anak perempuannya itu = merelakan anaknya tidak “kembali” lagi a.k.a hidup berjauhan.
Well bukannya semua orang memang melakukan “perjalanan hidup”nya sendiri? Dan memang aku tahu meskipun sejak Kimiyo menyelesaikan SMA nya, kemudian melanjutkan kuliah di daerah lain, kemudian ke Indonesia, waktu yang dilewatkan bersama ibu-anak itu sedikit, tapi banyak pengalaman batin yang terjadi, yang mungkin (aku rasa sih pasti) memperdalam hubungan ibu dan anak. Semoga ibunda Kimiyo, yang meninggal Maret lalu, terus melindungi kami semua yang masih tinggal di dunia ini.Terutama Kimiyo dengan suami dan anaknya, yang sekarang malahan tinggal di suatu tempat yang tidak diduga-duga. Hongkong!
Tulisan ini aku buat untuk mengenang persahabatan dan persaudaraan seorang Imelda dengan Kimiyo Kaneko (yang sering mengaku sebagai Kimiyo Coutrier) selama 17 tahun. Terlalu banyak pengalaman dan cerita yang terjadi selama 17 tahun perjalanan hidup kita bersama Kim, yang tidak bisa aku tuangkan semua di sini, tapi masih akan ada banyak tahun yang akan kita lewati bersama, meskipun kita berlainan kota bahkan berlainan negara. Dua puluh tahun lagi? lebih? ya… tentu sampai mati. Dan semoga persaudaraan kita, bisa berlanjut sampai ke anak-cucu kita ya.
Imelda dan Kimiyo. Merayakan persaudaraan selama 17 tahun, dan seterusnya.
Ya akhirnya TE bisa pulih dan recover seperti semula. Tidak pakai recovery disc tapi berkat kebaikan Mas Astho, pemilik hostemple. Saya mulih kembali pakai hosting dari beliau, yang memang masa berlakunya masih ada. Jadi ceritanya sebelumnya itu aku pindah ke server yang berada di Singapore, dengan harapan teman-teman dari Indonesia akan lebih mudah mengakses blog ini. Aku banyak menerima komplain dari teman-teman yang memakai salah satu provider, mengatakan sulit mengakses ke TE karena memang server Mas Astho ini berada di Amerika. Coba-coba pindah awal Juni, tapi eeeh bukannya lebih lancar, tapi kelancaran alias terlalu lancar yang akhirnya bermasalah dengan disuspendnya account aku. Setelah mengalami beberapa kali suspend, akhirnya aku buang semua plugin yang tidak perlu serta berhati-hati sekali dalam mempromosikan TE di social media yang lain. Nah, puncaknya waktu Senin pagi, mungkin semua warga Indonesia buka TE pas jam 9 pagi untuk blogwalking (hiperbola banget) , dan aku tulis di Twitter pada Vixxio, bahwa aku menulis tentang Vixxio di TE loh…. sehingga semua pengguna Twitter sedunia mengakses TE (lebay ngga sih?). Dan …… Jederrrrrrr…. aku diultimatum memakai 20% resources CPU si Singapore. Account suspended deh
Dan waktu itu aku yang sedang membuka dashboard kaget baca di Twitter, “Mbakkkk kok TE ngga bisa dibuka?”…. dan di Inbox FB, mas Nug menulis begini: “Mel aku tadi mau buka Blog mu kok gak bisa ya. Tulsiannya Account suspended. Hm…” Kubalas dengan menjelaskan dan disahut dengan: “Resiko jadi selebriti sepertinya mel.. Wkwkwkwk… Ya udah nikmatin aza.. :)” . Dan benar waktu aku refresh dashboardnya, aku ditolak. huhuhuhu…. Ngga boleh masuk rumah sendiri. Well, aku langsung tanya ke Mas Astho, dan sepakat mengadakan percobaan pindahin ke hostingnya kembali sambil memonitor, apakah aku akan di suspend oleh server Amerikanya…. So, Jika nanti sesudah posting ini ada kejadian suspended lagi, berarti bener aku sudah bisa jadi celebrity deh…. dan kudu punya server sendiri hahahaha.
Sebetulnya berbarengan dengan “sakit” nya TE, anakku Kai juga sakit. Demam dan batuk hebat! Tiga hari demam membuat dia lemas dan tidur terus. Jadi waktu hari Selasa tgl 22 Juni itu, dia memang agak demam, binetsu bahasa Jepangnya, 37,2 derajat. Padahal batas orang dikatakan demam adalah 37,5. Jika sudah 37,5 maka kami tidak bisa menitipkan anak-anak ke hoikuen, penitipan. Batuk juga cukup parah, sehingga aku menelepon gurunya dan mengatakan bahwa hari itu aku akan mengantar Kai ke RS dulu dan meliburkan penitipan. Oleh dokter diberi obat seabrek.
Mukanya Kai waktu sakit.... hiks...kasihan yah .
Dia bermain dengan kakaknya Selasa malam itu, dan tentu saja berantakanlah rumahku. Sambil marah-marah aku suruh mereka membereskan mainannya. Tak lama lagi Kai mulai lemas dan mengajak tidur. Berbaring di sebelah dia, aku raba demam tinggi! 38 derajat lebih. Mukanya melasss sekali, sehingga aku berkata, “Kai maaf ya tadi mama marah-marah. Gomennasai” Dan dia jawab dengan ” go…men… na…sai………”. Nangis deh aku…hiks.
Setelah lewat 3 hari akhirnya dia bisa lumayan sehat meskipun batuknya tetap parah. Dan puncaknya hari Senin, Kai tidak bangun sejak tidur malamnya, sampai jam 3 siang! Wadow … bener-bener hibernasi. Tapi berkat istirahat itu dia sudah bisa ke penitipan esoknya.
Nah setelah TE dan Kai sembuh, malah akunya malas nulis. Biasa kan, kalau nafsu dipending, pas sikon memungkinkan …udah ngga nafsu lagi. (Nafsunya nafsu MENULIS loh!) Padahal banyak sekali yang mau aku ceritakan. Jadi untuk mengawali tulisan di awal Juli ini, aku mau menulis tentang TBoB. Ini singkatan dari The Beauty of Blogging, trade marknya mas NH18, yang baru saja (blognya) nangkring di Indonesian Matters. Hebring ya! Ungkapan itu selalu dia ucapkan dalam laporan-laporan kopdar antar blogger sehingga akhirnya kami juga akhirnya sering memakai istilah ini.
Well menurutku sebetulnya TBoB ini bisa dibagi dua, yaitu bertemu teman-teman dalam satu blog secara “maya” , pertemuan tidak berupa fisik, tapi mungkin suatu saat pernah atau akan bertemu fisik. Misalnya di blog TE si A bisa bertemu si B, yang ternyata teman lama, atau kakak kelas, atau bahkan ternyata ada unsur saudara, seperti saya dengan Ria yang pernah kutulis di sini. Lalu, baru-baru ini aku kedatangan tamu di TE kakak kelas di SMA, Retty yang ternyata temannya Krismariana dan Diajeng. Sampai-sampai Mbak Retty (cihuy …kita ngga pernah mbak-mbak-an sebetulnya) merasa perlu menuliskan pertemuan kami di sini. Silakan teman-teman bertandang juga ke sana, meskipun blognya berbahasa Inggris, komentar boleh pakai bahasa Indonesia kok, ya kan Ret hihihi. Biasanya udah keder dulu sih kalau baca blog berbahasa Inggris.
Nah TBoB yang kedua adalah pertemuan berupa fisik, alias kopdar. Dan tanggal 26 Juni lalu, aku kedatangan seorang tamu blogger di rumah. Yang lucunya aku mengenal Narpen ini awalnya dari Ibu Enny, yang adalah ibunya Narpen dan blogger kondang. Aku bertemu ibu Enny pertama kali bulan November th 2008, yang laporannya ada di sini. Memang pertemuan aku dan Narpen merupakan yang kedua kalinya Yang pertama buru-buru di rumah Jakarta) , tapi sejak Narpen belajar di Jepang, pertama kalinya kami bertemu dalam suasana santai.
siap makan malam!
Riku awalnya ribut terus tanya-tanya siapa yang mau datang, karena aku butuh waktu seminggu untuk membereskan kamar yang tadinya sudah menjadi gudang. “Mama, yang datang orang Indonesia? Laki-laki atau perempuan?” …. Dan Riku dan Kai juga yang membukakan pintu di pagi hari kala Narpen mengebel pintu rumahku. Kali ini Kai lebih lihai, dia yang memonopoli Narpen untuk menemani dia bermain.
Jadi deh Kai mendaulat Narpen untuk bermain Lego
Khusus untuk Narpen aku buat bakso dan ayam bakar bumbu rujak. Pesan ayam dan daging halal di Bumbu-ya, dan kali ini daging gilingnya pas cocok untuk dibuat bakso. Sukses deh!
Sayang sekali Narpen hanya menginap satu malam, karena esoknya dia ada janji dengan temannya. Blog Narpen sudah pernah kuperkenalkan di artikel DPR yang Di Bawah Pohon Rindang.
Jadi, mari kita kembangkan TBoB di lingkungan kita ya …tsah!
Rikunya tidak begitu kelihatan. Bersiap santap malam
NB:
Kalau ada yang mau resep baksonya:
Daging giling 1 kg
Tepung Kanji (Katakuriko/corn starch) 200 gr
Bawang putih sesukanya, tapi aku pakai 4 siung besar
Kemiri disangrai dulu, seadanya
Ketumbar sedikit
Lada 1 sdt
Garam 3 sdt
Bumbu digiling dan masukkan pada daging giling yang dihaluskan memakai Food Processor. Tanpa Food Processor daging sulit halus. Kalau sudah tercampur semua baru dimasukkan tepung kanji dan campur pakai tangan. Bentuk bulat-bulat dan rebus dalam air mendidih. Jadi deh.
Ada bermacam peristiwa di dunia maya yang membuatku ingin menoleh kembali pertama kali aku menggunakan sarana internet, serta memikirkan dampaknya.
Pertama kali berkenalan dengan yang namanya internet itu sekitar tahun 1996, jaman nulis email musti konek jaringan lalu buka eudora segala macem. Saat itu untuk chat adanya MIRC, dan aku tidak pernah coba pakai. Browsing pertama kali pakai Netscape dan paling-paling aku buka kompas.com untuk cari berita radio dan bahan ngajar. Saat itu aku belum tergantung benar pada internet.
Ketergantungan pada internet timbul sejak aku hamil Riku tahun 2002. Aku harus membatalkan tiket mudik bulan Agustus 2002 karena tidak diperbolehkan dokter naik pesawat. Dia hanya bilang begini, “Ya terserah karena tanpa naik pesawat saja, kita tidak tahu bayi ini bisa bertahan atau tidak”. Ya karena calon “Riku” hidup berdampingan dengan myom (semacam kista) yang membesar terus hampir 10 cm. Terpaksa aku cepat-cepat membatalkan tiket pesawat sambil membayar denda pembatalan 20.000 yen. Dan saat itu aku kenal chatting di Yahoo Messenger.
Aku cukup addict dengan chatting untuk mengusir kesepian dengan ngobrol di room, membuat kelas bahasa Jepang, atau menjadi DJ dengan memutar lagu-lagu. Aku juga banyak belajar mengenai komputer dari chatting…dari cara menghubungkan beberapa komputer dengan LAN, sampai pengetahuan dasar menjadi webmaster. Lumayan tidak usah membayar kursus komputer. Dari chatting, aku tahu dunia blog dan membuat akun di blogger Juni 2003 untuk memberikan komentar di blog teman. Aku sendiri mulai menulis blog Mei 2005 karena saat itu aku banyak memangkas jam mengajar dan merasa perlu mencatat perkembangan Riku saat itu… dan aku bersyukur memulai kebiasaan menulis itu dan melanjutkkannya sampai sekarang.
Sekarang semakin mudah untuk membangun hubungan di dunia maya. Koneksi internet yang jauuuh lebih cepat dibandingkan dahulu. Dulu masih pakai dial phone 28 Kbps, sekarang sudah FTTH dengan kecepatan koneksi 100MBps. Biaya nginternet juga jauuuuh lebih murah, dulu sampai 7000 yen, sekarang cukup 3800 yen. Hampir separuh! Selain chatting, blogging juga ada banyak jaringan pertemanan SNS (Social Networking Service) yang diciptakan oleh orang-orang pinter dengan tujuan dan fungsi yang berbeda. Sudah pernah mencoba semua service yang ada di dunianya si Maya ini. Friendster… yuhuu apa kabarnya FS aku ya? Dari dulu aku tidak begitu suka FS, jadi jarang log in. Lalu kemudian ada Multiply, Plurk, Facebook dan Twitter. Sebelumnya aku pernah coba MySpace, dan malas melanjutkan karena isinya pemusik semua hihihi.
Pernah coba imeem, tempat upload musik dan bisa embed ke blog juga. Untuk foto sampai sekarang aku masih pakai Photobucket, setelah mencoba Webphoto dan kurang asyik karena susah memasang embeb ke blog. Sampai dengan tahun 2007 aku masih pakai Multiply untuk mengupload foto-foto. Sekarang? Multiply ku sudah jarang sekali dibuka.
Pasti semua sudah pernah mendengar bahwa katanya FB dan BB “Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat“. Banyak yang mengeluhkan betapa orang masing-masing kutak-kutik HPnya sendiri padahal sedang berkumpul rame-rame. Kalau menurut aku sih, itu memang terjadi karena kita sendiri tidak membatasinya, tidak kontrol diri. Jaman HP pertama kali diperkenalkan di Jepang pun, terjadi euphoriasemacam itu. Di mana-mana terlihat orang berbicara memakai HP nya, tanpa mengenal tempat dan waktu. Baru kemudian dibuat peraturan, “dilarang memakai HP di tempat umum dan set dering telepon menjadi vibrate”. Bahkan jika berada di tempat duduk “silver seat” (tempat duduk khusus untuk lansia, ibu hamil dan penyandang cacat) kami WAJIB mematikan HP. Alasannya, mengganggu frekuensi pengguna alat pacu jantung. Dan memang aku merasa gatal kalau mudik ke Indonesia dan melihat orang berbicara seenaknya di sembarang tempat. Persis seperti dulu di Jepang, nenek-nenek berteriak di HP karena tidak terdengar, atau pemuda pemudi berpacaran di HP dan kita sekelilingnya bisa mendengar percakapan mereka. TAPI, orang Jepang(cukup) taat peraturan, sehingga sejak ada larangan menggunakan HP di tempat umum seperti di kereta dan bus, tidak terdengar lagi suara-suara yang mengganggu itu. Sekarang yang menjadi masalah masyarakat justru semua DIAM sambil mengetik email/browsing dengan HP nya. Ironis…
Tapi, ada satu kejadian di Facebook yang membuat aku berpikir…cukup dalam. Facebook memang dipakai untuk mengumpulkan teman-teman lama. Tetap saja untuk bertemu teman lama itu, kita akan dan harus pergi ke luar untuk bertemu muka. FB hanya sebagai media yang mempertemukan kita. Tapi? pernahkah kamu berpikir bahwa FB itu membuat kita lebih “emosional”? Lebih memakai perasaan kita dibanding jika tidak ada FB. OK, memang maksud aku untuk sedikit membela FB. Aku tinggal di negara lain, dan bisa berhubungan kembali dengan teman-teman lama melalui FB. Semua info tentang teman itu bisa disampaikan lewat FB (kalau mau). Aku tahu jika ada yang ulang tahun, dan mengirimkan ucapan selamat ulang tahun. Tanpa FB? aku lupa dia ulang tahun kapan. Aku tahu dari statusnya kalau anaknya kecelakaan, dan ikut bingung sambil berdoa semoga anaknya tidak apa-apa. Aku bisa lihat aktifitas teman-teman yang kaya-kaya yang merayakan ulang tahun dengan piknik bersama ke singapore. Tidak, aku tidak iri, tapi justru bersyukur aku jauh, karena jika aku di jkt mungkin aku akan “maksa diri” mengumpulkan duit dan pergi bersama mereka. Karena jauh, aku bisa basi-basi, “Aduuuh enaknya yang jalan-jalan terus. Iri deh…” Padahal belum tentu aku mau ikut. basa-basi….
Dan satu lagi aku mulai berpikir, ketika salah satu friend di FB ku, yang sudah lumayan sepuh menulis begini, ” Wah ini temanku yang sudah mati, apa kuhapus saja ya idnya….” Lalu banyak yang memberikan komentar, sampai dia menjawab begini,”Ya aku cuma takut saja tiba-tiba dia menulis di tempatku”. OK…. Bercanda tentu saja. Tapi tak lama dari kejadian itu, seorang kontakku, kakak kelas di UI meninggal dunia karena kanker
Sedih… itu pasti meskipun aku tidak akrab dengannya dan tahukah kamu kalau membuka home di FB ada saran dari FB untuk “mencolek” teman-teman yang sudah lama tidak berhubungan. Dan kamu bisa bayangkan kalau foto teman yang sudah tiada itu terpampang di sana. Ingin rasanya bilang pada FB, ” oooi ini orang sudah meninggal, jangan sarankan saya menghubungi dia dong”.Akhirnya memang terpikir seperti joke temanku tadi bahwa dia mau menghapus nama orang yang meninggal (karena takut jika si almarhum menulis di tempatnya). Hapus? tidak hapus?
Aku justru tidak akan menghapus namanya. Karena justru dengan timbulnya foto di halaman “Home” ku, aku diingatkan …setiap kali diingatkan akan arti hidup ini, dan arti komunikasi. Dan memang menurutku FB membuatku (entah bagi yang lain) lebih emosional, lebih memakai perasaan dan memperhatikan keadaan teman-teman. Sekarang tinggal kita saja yang menggunakan sebaik-baiknya.
Dan satu lagi yang ingin kutulis di sini, yaitu bahwa sebagus-bagusnya Twitter dan FB, mereka hanya menyediakan sesuatu tulisan yang “timely”, begitu lewat akan hilang. Kamu tidak bisa search lagi percakapan status/komentar di FB dan twitter (kecuali di link/notes di FB). Semua akan tertelan oleh waktu dan karena aku tahu tentang hal ini, maka aku tidak pernah menghapus notifikasi lewat email yang penting dan berharga buatku. Tapi kamu masih bisa mencari kata/komentar yang pernah kamu tuliskan di blog! Karenanya aku lebih menyukai blog dibandingkan SNS lain. Benar, kan?
Beberapa waktu yang lalu aku pindah hosting. Mungkin karena aku terlalu banyak memakai plugin macam-macam, jadi setiap mempublish posting baru, pengunjung tiba-tiba dalam waktu yang bersamaan berkunjung kemari. Karena itu mungkin teman-teman pernah menemukan halaman TE bahwa “This Account has been suspended” , well perkataannya itu loh suspended, seakan aku penjahat belum bayar, padahal maksudnya busy hehehe. Lalu beberapa tindakan dilakukan dengan bantuan sahabatku, Ria (you are really an angel Ri…couldn’t thank you enough) yang memang ahlinya IT sehingga TE bisa tetap “hidup”. Jadi saranku, hati-hati menambah plugin di blog kamu-kamu yang memakai domain pribadi. Dan mungkin sebagai imbas dari pengurangan plugin dll ada selang waktu yang cukup lama bagi komentar yang sudah tertulis untuk tampil di kolom komentar. Ada beberapa teman yang menuliskan nada putus asa karena berkali-kali menulis tapi tidak muncul. Coba tinggalkan TE dulu beberapa waktu dan kembali, pasti komentar kamu ada dan tidak hilang kok. Karena aku pun mengalami waktu menjawab komentar, terjadi lag time yang cukup lama. Aku mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.
Yang pasti aku memang hidup di dua dunia, dunia nyata dan di dunia maya. Tapi bagiku, teman-teman di dunia maya, bukan hanya sepotong gambar/foto/avatar saja. Semua mempunyai jiwa yang sangat aku hargai. Terima kasih jika pertemanan lewat blog ini dapat menjadi pertemanan yang baik, meskipun kita belum pernah bertemu.
Ter+ kata sifat adalah awalan dalam bahasa Indonesia yang menyatakan paling. Dan merupakan sifat manusia untuk mencapai “Paling” ini. Saya merasa tersanjung (ter- yang ini bukan “paling”) karena diberi kesempatan oleh sahabat saya sang penulis novel, Mbak Tuti Nonka untuk tampil di TV. TV chanel mana? Coba saja Anda saksikan sendiri di sana. Saya menulis tentang “Ichiban – Nomor Satu“. Silakan berkunjung ke sana.
Nah, persis tadi pagi Riku berkata padaku:
“Ma, kata temanku Yuki-kun, Indonesia adalah negara terbesar(terluas) di dunia loh”
“Masa sih? Bukan kok….”
Gen yang mendengar itu, langung googling dan mengatakan:
“Yang terbesar Rusia, Indonesia nomor 15…” (Wahhh 15 ya? Baru tahu, pikirnya masuk 10 besar)
Memang paling asyik mencari-cari yang ter- di dunia ini. Aku ingat dulu waktu SD punya buku catatan kecil HPU: Himpunan Pengetahuan Umum, catat dari penjelasan guru atau cari sendiri dari surat kabar. HPU seperti itu dalam bahasa Jepang disebut: Mame chishiki ( 豆知識 mame = kacang chishiki = pengetahuan….pengetahuan kecil-kecil seperti kacang tapi berguna, karena dari biji/ kacang itu bisa menjadi pohon yang besar).
Dan sambil menuliskan di TV, saya juga ketemu dua informasi yang menarik yaitu:
1. Lift terpendek di Jepang: Hanya satu tingkat dari tingkat 5 sampai 6. Terdapat di Hiratsuka, Kanagawa. Saya ambil dari sini.
2. Eskalator terpendek di dunia: Udah gitu menurun lagi, setinggi 5 anak tangga, atau 83,4 dan hanya perlu 5 detik untuk “menaikinya”. Terdapat di Kawasaki More’s Dept Store, Kanagawa. (Saya pernah naik yang serupa, mungkin sedikit lebih tinggi tapi tidak sampai 1 meter, di stasiun Shibuya)
Mencari yang ter+ di dunia ini memang menarik ya… Semoga terhibur ya!
Sebetulnya cuma mau menulis grumble, misuh-misuh, tentang perasaan hati sejak kemarin sampai saat tulisan ini diterbitkan. Mau nulis judul Mixed Feeling, lah kok seperti mixed juice aja feelingnya bisa dicampur aduk begitu? Lalu timbul kata swirl di otakku dan waktu membuka google dan kamus untuk meyakinkan pengertianku dengan definisi sebenarnya, bertemu juga dengan kata tumble dan squish. Ya sudah aku pakai saja sebagai judul deh.
Tulisan ini benar-benar sampah jadi sambil lalu aja bacanya ya hehehe. Swirl adalah berputar bercampur ke arah horisontal, sedangkan tumble ke arah vertikal. Perasaanku sedang campur aduk ngga keruan. Itu saja intinya.
Kemarin aku mantengin komentator di TE karena tidak mau terlewatkan moment siapa yang menjadi komentator ke 12345. Menjelang aku harus siap-siap untuk pergi mengajar malam, tiba-tiba TE kebanjiran komentar dari Eka. Dia selama ini memang sering mengeluh padaku kalau koneksinya jelek, disamping sibuk sebagai PNS baru, jadi jarang datang ke TE. sekalinya ada waktu ya diborong semua gitu. Jadi kemarin dia menulis komentar bertubi-tubi deh. Aku sudah pikir pasti dia yang menjadi nomor ke 12345.
Eh, tiba-tiba si Henny, sahabatku dari Lubuk Linggau itu muncul, dan menuliskan komentar 3 buah! Jadi pada suatu ketika kala aku reload lagi dashboardku, sudah 12346, dan yang sebenarnya mendapat 12345 adalah Henny. 12346nya Eka. TAPI, akhirnya aku menentukan keduanya menjadi 12345, karena aku telah membuat satu kesalahan yaitu memberikan komentar di komentar bu Enny. Sehingga nomornya berlebih satu. Jika diperhatikan aku hampir tidak pernah menjawab komentar dengan login sendiri, sehingga bisa mengetahui seluruh jumlah komentar, murni dari pembaca TE. Terima kasih pada Henny dan Eka yang sudah meramaikan Twilight Express.
akhirnya yang ditunggu datang juga.. angka cantik! komentator ke 12345, sesudah ini tidak ada lagi angka yang aku tunggu
Setelah lega bisa membuat capture komentator ke 12345, aku pergi menjemput Kai pukul 4 sore dan kami langsung pergi ke Sekolah Republik Indonesia Tokyo, Meguro, untuk mengajar pukul 6:30-8:30. Kami tiba pukul 5 sore, masih ada 1,5 jam untuk beradaptasi. Hari ini mulai term baru KOI (Kursus Orientasi Indonesia) yang diselenggarakan Japinda (Japan Indonesia Association) dan bidang pendidikan KBRI Tokyo. Mulai April ini aku resmi mulai mengajar kembali setelah vakum 3 tahun. Kursus ini pertama kali dibuat tahun 1974-an oleh kumpulan orang Jepang yang pernah tinggal, bekerja, bertugas di Indonesia yang berkeinginan mempelajari, bercakap-cakap mengenai Indonesia sambil ngopi-ngopi dalam suasana kekeluargaan. Jadi KOI memang bukan sekolah, lebih tepat dianggap sebagai mini culture center.
Biasanya kalau aku mengajar di situ, anak-anak aku titipkan mbak Ayu, yang suaminya bekerja di situ. Tapi kemarin mbak Ayu nya sakit. Waaah aku bingung, masak mengajar hari pertama sudah tidak nyaman. Bagaimanapun juga membawa anak-anak dalam kelas pasti akan merusak konsentrasi dan kelangsungan belajar. Kira-kira jam 6 sore, sudah tinggal 30 menit lagi, aku teringat om dan tante Soejarno yang tinggal di dekat sekolah. Langsung aku telepon mereka dan kebetulan mereka ada di rumah dan tidak ada acara apa-apa. Akhirnya aku mengantar anak-anak ke rumah mereka untuk menunggu selama aku mengajar. Hatiku tenang sekali waktu itu karena om dan tante Sudjarno sudah lama kukenal dan seperti keluarga sendiri. Sudah lama kami tidak bertemu, dan meskipun aku buru-buru aku senang sekali bisa bertemu keduanya.
Aku kembali lagi ke sekolah sambil setengah berlari, dan memulai pelajaran. Kelas dasar ada 7 murid, 5 yang baru dan 2 orang yang sudah pernah belajar tapi mau mengulang. Selalu senang mengajar orang baru, meskipun memang cukup sulit untuk mencairkan ketegangan mereka. Bagaimanapun juga orang Jepang lebih serius daripada orang Indonesia.
Dan kegembiraan ketiga hari ini adalah, salah satu murid baruku di kelas KOI ini juga tinggal di Nerima. Dan kami hanya beda 2 blok, sedangkan kalau dilihat jarak rumah hanya 5 menit naik sepeda. (Jalan kaki mungkin 10 menit). Dan rumah ibu itu berada pada jalur yang biasa aku lewati pulang. Jadi waktu pulang aku menawarkan ibu itu untuk ikut kami pulang naik mobil. Senang sekali bisa bercakap-cakap dalam perjalanan pulang di malam yang gelap. Biasanya hanya Kai yang menemani aku sampai di rumah, kalau dia tidak ketiduran. Riku biasanya langsung tidur begitu naik mobil.
Ibu itu (orang Jepang) belajar bahasa Indonesia di KOI ini secara rahasia! Tidak mau memberitahukan anak perempuannya yang sedang tinggal bekerja di Bali. Waktu ibu itu pergi ke Bali mengunjungi anak perempuannya, dia pergi kemana-mana naik motor, dan melihat kehidupan anaknya di negara asing. Dia merasa bahwa dia juga harus mulai belajar bahasa Indonesia supaya waktu dia mengunjungi anaknya lagi, dia bisa bicara. So sweet….. Aku senang karena sekali lagi Indonesia bisa merubah kehidupan orang Jepang, seorang lansia yang hidup sepi di Jepang.
Tapi dini hari aku merasa sedih. Membaca sebuah komentar yang membuatku tidak bisa berkata apa-apa, selain kesal. Mungkin kesalku padanya memang sudah memuncak karena dia selalu “mengejek” aku yang tidak tahu kondisi Indonesia. Mungkin maksudnya bercanda, tapi gotcha… candanya bisa mengiris-iris hati bagaikan pisau. Memang aku tidak tahu apa-apa tentang Indonesia and its life style…. siapa itu jayus, apalagi nama artis baru, atau program televisi. Makanya aku sering kesal jika membaca posting narablog yang membahas TV, dan masyarakat Indonesia. Aku bagaikan orang bego, dan aku tidak senang menjadi orang bego! Masalahnya hanya karena aku tidak tinggal di Indonesia. Itu adalah my handicap, dan dia telah menusuk suatu kondisi yang akupun tak dapat merubahnya. Aku tidak bisa dong meninggalkan suami dan anak-anak hanya karena aku ingin partisipasi membantu negaraku?
Dan ditambah dengan perjumpaan kenalan lama di FB. Bukan saudara, bukan teman, tapi suatu hubungan yang terkait-kait oleh pernikahan. Adik seorang om yang sudah meninggal yang tinggal di Amerika. Ingatanku dibawa kembali ke masa lalu, ketika dia menjelaskan dia siapa. Ya aku tahu aku pernah bertemunya di Jakarta …dulu waktu aku kecil. Alm om itu mempunyai anak gadis yang tanggal 8 kemarin menikah. Amelia…. dia dan mamanya pernah tinggal bersama kami waktu usia 4 tahun, setelah papanya meninggal. Aku tidak bisa hadir di pernikahannya. Meskipun aku bisa melihat foto-fotonya, aku merasa sedih tidak bisa hadir langsung.
Ah, mungkin memang perasaan aku saja yang sedang sensitif akhir-akhir ini, apalagi besok tanggal 12 Mei adalah hari ulang tahun mama, dan aku tak bisa bertemu…… huhuhuhu… homesick!
UP and DOWN, naik turun berputarputar… gembira dan sedih begitu cepat berganti-ganti. Swirl, Tumble and Squish…. ah perasaan ini seperti dalam mesin cuci, tinggal tunggu kapan waktu untuk drain nya.