Recovery and TBoB

1 Jul

Ya akhirnya TE bisa pulih dan recover seperti semula. Tidak pakai recovery disc tapi berkat kebaikan Mas Astho, pemilik hostemple. Saya mulih kembali pakai hosting dari beliau, yang memang masa berlakunya masih ada. Jadi ceritanya sebelumnya  itu aku pindah ke server yang berada di Singapore, dengan harapan teman-teman dari Indonesia akan lebih mudah mengakses blog ini. Aku banyak menerima komplain dari teman-teman yang memakai salah satu provider, mengatakan sulit mengakses ke TE karena memang server Mas Astho ini berada di Amerika. Coba-coba pindah awal Juni, tapi eeeh bukannya lebih lancar, tapi kelancaran alias terlalu lancar yang akhirnya bermasalah dengan disuspendnya account aku. Setelah mengalami beberapa kali suspend, akhirnya aku buang semua plugin yang tidak perlu serta berhati-hati sekali dalam mempromosikan TE di social media yang lain. Nah, puncaknya waktu Senin pagi, mungkin semua warga Indonesia buka TE pas jam 9 pagi untuk blogwalking (hiperbola banget) , dan aku tulis di Twitter pada Vixxio, bahwa aku menulis tentang Vixxio di TE loh…. sehingga semua pengguna Twitter sedunia mengakses TE (lebay ngga sih?). Dan …… Jederrrrrrr…. aku diultimatum memakai 20% resources CPU si Singapore. Account suspended deh 🙁

Dan waktu itu aku yang sedang membuka dashboard kaget baca di Twitter, “Mbakkkk kok TE ngga bisa dibuka?”…. dan di Inbox FB, mas Nug menulis begini: “Mel aku tadi mau buka Blog mu kok gak bisa ya. Tulsiannya Account suspended. Hm…” Kubalas dengan menjelaskan dan disahut dengan: “Resiko jadi selebriti sepertinya mel.. Wkwkwkwk… Ya udah nikmatin aza.. :)” . Dan benar waktu aku refresh dashboardnya, aku ditolak. huhuhuhu…. Ngga boleh masuk rumah sendiri. Well, aku langsung tanya ke Mas Astho, dan sepakat mengadakan percobaan pindahin ke hostingnya kembali sambil memonitor, apakah aku akan di suspend oleh server Amerikanya…. So, Jika nanti sesudah posting ini ada kejadian suspended lagi, berarti bener aku sudah bisa jadi celebrity deh….  dan kudu punya server sendiri hahahaha.

Sebetulnya berbarengan dengan “sakit” nya TE, anakku Kai juga sakit. Demam dan batuk hebat! Tiga hari demam membuat dia lemas dan tidur terus. Jadi waktu hari Selasa tgl 22 Juni itu, dia memang agak demam, binetsu bahasa Jepangnya, 37,2 derajat. Padahal batas orang dikatakan demam adalah 37,5. Jika sudah 37,5 maka kami tidak bisa menitipkan anak-anak ke hoikuen, penitipan. Batuk juga cukup parah, sehingga aku menelepon gurunya dan mengatakan bahwa hari itu aku akan mengantar Kai ke RS dulu dan meliburkan penitipan. Oleh dokter diberi obat seabrek.

Mukanya Kai waktu sakit.... hiks...kasihan yah .

Dia bermain dengan kakaknya Selasa malam itu, dan tentu saja berantakanlah rumahku. Sambil marah-marah aku suruh mereka membereskan mainannya. Tak lama lagi Kai mulai lemas dan mengajak tidur. Berbaring di sebelah dia, aku raba demam tinggi! 38 derajat lebih. Mukanya melasss sekali, sehingga aku berkata, “Kai maaf ya tadi mama marah-marah. Gomennasai” Dan dia jawab dengan ” go…men… na…sai………”. Nangis deh aku…hiks.

Setelah lewat 3 hari akhirnya dia bisa lumayan sehat meskipun batuknya tetap parah. Dan puncaknya hari Senin, Kai tidak bangun sejak tidur malamnya, sampai jam 3 siang! Wadow … bener-bener hibernasi. Tapi berkat istirahat itu dia sudah bisa ke penitipan esoknya.

Nah setelah TE dan Kai sembuh, malah akunya malas nulis. Biasa kan, kalau nafsu dipending, pas sikon memungkinkan …udah ngga nafsu lagi. (Nafsunya nafsu MENULIS loh!)  Padahal banyak sekali yang mau aku ceritakan. Jadi untuk mengawali tulisan di awal Juli ini, aku mau menulis tentang TBoB. Ini singkatan dari The Beauty of Blogging, trade marknya mas NH18, yang baru saja (blognya) nangkring di Indonesian Matters. Hebring ya! Ungkapan itu selalu dia ucapkan dalam laporan-laporan kopdar antar blogger sehingga akhirnya kami juga akhirnya sering memakai istilah ini.

Well menurutku sebetulnya TBoB ini bisa dibagi dua, yaitu bertemu teman-teman dalam satu blog secara “maya” , pertemuan tidak berupa fisik, tapi mungkin suatu saat pernah atau akan bertemu fisik. Misalnya di blog TE si A bisa bertemu si B, yang ternyata teman lama, atau kakak kelas, atau bahkan ternyata ada unsur saudara, seperti saya dengan Ria yang pernah kutulis di sini. Lalu, baru-baru ini aku kedatangan tamu di TE kakak kelas di SMA, Retty yang ternyata temannya Krismariana dan Diajeng. Sampai-sampai Mbak Retty (cihuy …kita ngga pernah mbak-mbak-an sebetulnya) merasa perlu menuliskan pertemuan kami di sini.  Silakan teman-teman bertandang juga ke sana, meskipun blognya berbahasa Inggris, komentar boleh pakai bahasa Indonesia kok, ya kan Ret hihihi. Biasanya udah keder dulu sih kalau baca blog berbahasa Inggris.

Nah TBoB yang kedua adalah pertemuan berupa fisik, alias kopdar. Dan tanggal 26 Juni lalu, aku kedatangan seorang tamu blogger di rumah. Yang lucunya aku mengenal Narpen ini awalnya dari Ibu Enny, yang adalah ibunya Narpen dan blogger kondang. Aku bertemu ibu Enny pertama kali bulan November th 2008, yang laporannya ada di sini. Memang pertemuan aku dan Narpen merupakan yang kedua kalinya Yang pertama buru-buru di rumah Jakarta) , tapi sejak Narpen belajar di Jepang, pertama kalinya kami bertemu dalam suasana santai.

siap makan malam!

Riku awalnya ribut terus tanya-tanya siapa yang mau datang, karena aku butuh waktu seminggu untuk membereskan kamar yang tadinya sudah menjadi gudang. “Mama, yang datang orang Indonesia? Laki-laki atau perempuan?” …. Dan Riku dan Kai juga yang membukakan pintu di pagi hari kala Narpen mengebel pintu rumahku. Kali ini Kai lebih lihai, dia yang memonopoli Narpen untuk menemani dia bermain.

Jadi deh Kai mendaulat Narpen untuk bermain Lego

Khusus untuk Narpen aku buat bakso dan ayam bakar bumbu rujak. Pesan ayam dan daging halal di Bumbu-ya, dan kali ini daging gilingnya pas cocok untuk dibuat bakso. Sukses deh!

Sayang sekali Narpen hanya menginap satu malam, karena esoknya dia ada janji dengan temannya.  Blog Narpen sudah pernah kuperkenalkan di artikel DPR yang Di Bawah Pohon Rindang.

Jadi, mari kita kembangkan TBoB di lingkungan kita ya …tsah!

Rikunya tidak begitu kelihatan. Bersiap santap malam

NB:

Kalau ada yang mau resep baksonya:

Daging giling 1 kg
Tepung Kanji (Katakuriko/corn starch) 200 gr
Bawang putih sesukanya, tapi aku pakai 4 siung besar
Kemiri disangrai dulu, seadanya
Ketumbar sedikit
Lada 1 sdt
Garam 3 sdt

Bumbu digiling dan masukkan pada daging giling yang dihaluskan memakai Food Processor. Tanpa Food Processor daging sulit halus. Kalau sudah tercampur semua baru dimasukkan tepung kanji dan campur pakai tangan. Bentuk bulat-bulat dan rebus dalam air mendidih. Jadi deh.

Obat

14 Okt

Ada seorang teman menegurku cukup keras di suatu percakapan dunia maya, di suatu waktu. Katanya, “Aku sebal ketika ada orang yg liat kesusahan orang lain baru merasa bersyukur. aku ga nyalahin dikaw juga yg udah default kek gitu. cuma kadang hal2 bersyukur itu ya… piye ya..rada annoying juga“. Ini gara-gara aku bercerita padanya, bahwa aku tidak pernah merasa anugerah Tuhan itu berhenti. Contohnya aku baru saja bertemu dengan teman yang ibunya harus dioperasi usus besarnya, karena dia tidak bisa “buang air besar” selama 2 minggu. Bayangkan hanya karena tidak bisa beol… kita yang normal harus bersyukur tentunya kan?

Mungkin saja bagi orang yang mengalami penderitaan itu akan sebal, karena penderitaannya itu menjadi contoh rasa bersyukurnya orang lain. Atau mereka menjadi self defence dengan mengatakan “Aku tak butuh simpatimu!”. Atau mungkin ada orang-orang yang tertimpa bencana memohon agar media massa jangan lagi mengungkit yang sedih-sedih saja, tapi justru yang bisa membuat korban bersemangat lagi untuk maju….  Memang mata uang selalu ada dua sisi kan? Belum tentu apa yang kita anggap bagus/baik itu dilihat bagus/baik juga oleh orang lain.

Aku tahu temanku ini tidak bermaksud buruk dengan mengatakan itu. Karena mungkin saja banyak orang yang memang begitu, hanya merasa bersyukur, jika sudah melihat  suatu kesusahan orang lain. Tapi dunia memang berputar, dan bahkan setiap detik kita bisa mengetahui betapa ada beragam kesusahan orang lain di dunia ini. Berbagai kemalangan dan bencana dialami orang-orang setiap hari.  Dan sudah sepantasnya kita bersyukur bahkan setiap detik atas nafas yang kita hembuskan, hidup yang telah diberikan Tuhan. Setiap hari, baik itu cerah maupun mendung. Setiap kicau burung, sinar matahari, pemandangan yang indah…. semua bisa memperkuat iman kita, jika kita mau bersyukur.

Jadi meskipun temanku itu menganggap aku seperti orang yang merasa bersyukur atas kesusahan orang lain (dan kebetulan kemalangan itu bukan terjadi pada diriku sendiri), biarlah, aku tidak akan berhenti berkata, bahwa aku selalu merasa “blessed by HIM”.  Every second of my life. Dan apakah itu  salah jika  contoh yang saya pakai waktu itu adalah penyakit orang lain? Yang pasti aku merasa bersyukur bukan karena “bukan aku” a.k.a orang lain  yang mengalami gempa di Padang waktu itu misalnya, tapi terlebih bahwa Tuhan masih mau melindungi semua teman, saudara yang kukasihi di sana. Benar-benar aku merasa lega mengetahui orang-orang yang kukenal selamat dari bencana. (Wah bisa-bisa aku disalahin lagi bahwa tidak memikirkan orang lain yang menjadi korban di sana…. mau menyatakan pendapat aja  susyah ya hehehe)

Cukup dulu ah menumpahkan uneg-unegnya…

Kemarin malam kami semua masuk kamar tidur jam 8 malam. Baca buku untuk mendongengkan Riku dan Kai…akhirnya kami berempat tertidur. Gen pastinya karena minum obat flu akibat bersin-bersin yang menjurus ke flu, bukan hanya sekadar alergi. Riku juga cepat tertidur seperti biasanya, karena dia tidak pernah tidur siang. Kai yang agak lambat tidur… tapi aku terjaga pukul 11 malam. Kebiasaan, tidak pernah bisa tidur terus lebih dari 3 jam. Pasti 2-3 jam terbangun, melakukan sesuatu dulu, baru bisa tidur lagi. Kembali masuk tempat tidur jam 2 pagi, dan jam 4:30 dibangunkan oleh Riku yang terbatuk dengan hebatnya. Setelah minum obat dan air hangat, dia kembali tidur, tapi jam 6 pagi aku dibangunkan Gen yang mengatakan bahwa Riku demam.

Wah…. jangan demam dong. Akhir-akhir ini paling takut mendengar kata demam, karena memang influenza jenis baru H1N1 itu sudah cukup menyebar kemana-mana. Seorang mahasiswaku sudah kena.

Sambil berdoa agar Riku tidak demam, aku ukur suhu badannya. Ternyata hanya 36,9. Normal. Tapi memang batuknya mengkhawatirkan karena dia sempat beberapa kali memuntahkan dahak dan sarapannya. Aku tahu, dia ingin bolos sekolah. Tapi hari ini di sekolah ada pertunjukan musik khusus bagi SD itu, di jam pelajaran 5-6, dengan sebuah pertunjukan dari kelompok paduan suara terkenal di Tokyo. Karenanya aku tawarkan dia untuk sama-sama ke RS dan sesudah itu aku akan antarkan dia sampai ke kelas (memang peraturannya harus antar sampai kelas) begitu selesai pemeriksaan. Untung Riku juga ingin melihat pertunjukan itu, sehingga tidak merengek untuk bolos sekolah.

Setelah mengantarkan Kai ke penitipan kami dokter THT yang canggih dekat rumah. Wah klinik spesialis ini buka jam 9, dan waktu kami tiba pukul 8:55 sudah ada 10- 12 pasien mendaftar dan menunggu. Sial…bakal lama nih aku pikir. Eh, tapi ngga juga soalnya jam 9:10 sudah dipanggil 6 pasien. Jam 10 mustinya sudah bisa selesai.

Dokter itu canggih amat deh…dan kliniknya memang dilengkapi peralatan canggih sih. Sambil dia melihat tenggorokan Riku dan dalam hidungnya, kami orang tua bisa melihat lewat televisi disampingnya. Geraknya cepat sekali. Oles obat, sedot ini itu…lalu disuruh pindah ke meja treatment dengan “penguapan” ah apa lagi tuh namanya nebulizer? YES! Nebulizer.

Kalau di RS lain, nebulizer pakai alat yang portable, kalau di klinik THT ini, nebulizernya sudah berbentuk meja dengan 12 selang. Tinggal tekan tombol nomor 1,2,3 yang berisi obat berbeda, jadi deh. Tidak usah ukur-ukur dan ambil obatnya lagi. Sudah tersedia di pipa dalam meja itu.

Keluar dari ruang periksa, menerima obat lalu pulang. Obatnya ngga tanggung-tanggung… 7 macam yang dibawa pulang. Sampai banyak yang heran dan memberikan komentar di status FB saya. Kok batuk aja segitu banyak. Nih daftar obatnya:

1 antibiotik utk batuk sekali sehari saja
1 obat spray utk hidung
1 troche (permen) utk batuk/leher gatal
1 selotip (semacam salonpas kecil) untuk melegakan pernafasan dan mencegah pnumoneia
1 obat cair untuk dahak
1 obat cair untuk radang tenggorkan
1 obat cair untuk pilek
(1 obat uap untuk melegakan saluran pernafasan hy satu kali diuapkan di kliniknya…)
semua racikan bukan obat jadi….


Untung Riku tidak pernah susah minum obat, tidak seperti Kai. Jadi kami pulang ke rumah, kasih minum obat dulu, baru berjalan sama-sama ke sekolah Riku. Sambil saya membekali dia dengan plastik dan handuk kecil, kalau-kalau dia terpaksa harus munmun waktu makan siang nanti.

Sore jam 15:30 dia pulang dengan wajah berseri, dan dia berkata “Aku mau menjadi anggota paduan suara”…dan batuknya sudah jarang terdengar.

Obat memang perlu waktu sakit, tapi seperti yang Uda Vizon katakan di status FB saya “obatnya cuma satu sebetulnya nechan, cuma ‘temen’nya obat itu yang banyak, hehe.. cepet sembuh ya..”

Rasa syukur, percaya pada dokter dan Tuhan, rasa bahagia dan terhibur dari suara-suara emas…. dll dll…semuanya merupakan “obat” yang kita perlukan. (Eh… sapaan dan komentar dari teman-teman juga merupakan obat atau suplemen buatku loh…. menegaskan saja 😉 terima kasih ya )

kalau lagi akur, si Riku mau membacakan cerita untuk Kai
kalau lagi akur, si Riku mau membacakan cerita untuk Kai