Domo Arigato Mr Roboto

15 Mei

Aku yakin banyak pembaca TE muda yang tidak mengenal lagu ini (bahkan belum lahir mel…). Sebuah lagu asyik dari STYX, sebuah band rock dari Amerika, yang menjadi di hit di tahun 1980-an (tepatnya lagu ini muncul tahun 1983, saat aku masuk SMA). Jaman itu memang banyak lagu rock-techno-disco (ngga ngerti deh kalau soal musik, mending tanya sama mas NH18 yang ahlinya), karena aku ingat kelasku di SMA pernah membuat performance dance dengan baju ala robot-robot gitu deh (dan tentu saja aku tidak pernah ikut, wong aku ngga bisa goyang). Buat yang mau tahu lagunya silakan dengar di Youtube ini.

Tapi sedikitnya kalimat itu akan aku ucapkan kepada Mr Sato yang cocok sekali disebut sebagai Mr Roboto, bukan karena dia robotnya, tapi dia yang “menghibur” aku dan pengunjung pameran robot kecil di Tama Rokuto Kagakukan (Tama Rokuto Science Center) hari minggu 9 Mei yang lalu (maaf yah, sekali lagi aku pamer kegiatan keluarga kami hari minggu lalu). Sebetulnya ini kali kedua untuk Riku dan Gen, karena mereka sudah pernah pergi ke sini yang laporannya aku tulis di Menumbuhkan Kemampuan Berkreasi pada Anak Indonesia.

Teman bloggerku Dewa Bantal, pernah buzz aku di YM dan bilang, “Jalan-jalan teruuuuusss….(iri)”.  Dan ketika aku ceritakan pada Gen, kami sepakat menjawab alasan kami jalan-jalan terus setiap weekend adalah karena ngga betah di rumah terus. Apartemen kami kecil, selama seminggu kami menghabiskan kehidupan dalam kotak  cubicle kami, rumah dan kantor. Sehingga kami usahakan setiap weekend untuk keluar rumah, mencari pemandangan atau pengetahuan, semurah mungkin. Paling sedikit ke taman dekat rumah.

Nah tanggal 8 Mei, Sabtu sepulang Gen kerja, yang lumayan pagi sampai rumahnya (jam 6 sore itu pagi menurut kami), kami mencari tempat yang bisa dikunjungi hari minggunya supaya tidak dadakan pergi. Untuk tgl 15 sudah ada jadwal, dan harus pergi. Lalu kami menemukan di homepage bahwa planetarium sekaligus science center yang berada dekat rumah kami mengadakan pameran mini “Takuto Robot Park” dengan workshop membuat jangkrik solar. Karena setiap workshop hanya bisa 15 orang, jadi kami harus pergi pagi-pagi untuk antri. Asal tahu saja, biasanya orang Jepang akan hadir 1 jam sebelum acara dimulai. Kadang untuk pertunjukan musik yang jam 7 malam misalnya, diberitahukan bahwa pintu terbuka pukul 6, tapiiiiiii jika tempat duduk/berdirinya bebas, para pengunjung PASTI datang minimum 1 jam sebelum jam pintu dibuka. CAPEK DEHHHHH!!!! Untuk acara yang cuma dua jam, nunggu 2-3 jam. HUH! (Makanya aku males deh pergi konser atau pertunjukan gitu)

Dan benar saja. Science Center itu buka jam 9:30, tempat parkirnya buka jam 9:15. Kita datang persis jam 9:15, parkir mobil, dan disitu baru terlihat 6 mobil. Save, pikirku…. Eeeh baru kami jalan keluar lapangan parkir terdengar suara anak-anak beserta ibu mereka naik sepeda, dan lari-lari ke depan loket. Ya ampuuuuuun udah berderet yang antri. Dan kami harus terima bahwa kami itu nomor 16 yang mau mengikuti workshop jangkrik solar. Terpaksa deh mengikuti bagian ke dua yang dimulai pukul 1 siang…hiks.

Tapi memang tujuan kami ke sini kan bukan HANYA untuk si jangkrik doang. Ini kan planetarium, jadi ngga aci dong kalau tidak lihat bintang-bintang berserakan di langit (pasti susah tuh ngumpulinnya hihihi). Nah, di sini ada 5 kali pertunjukan film/penjelasan ttg bintang. Kami harus memilih ingin mengikuti yang mana, dan itu juga berpengaruh pada harga karcis. Tanda masuk pameran saja 500 yen, untuk pameran+ planetarium 1000 yen, sedangkan kalau mau nonton semua planetarium dan Pan-hemispheric movie ada tiket terusan seharga 1400 yen. Ini karcis dewasa, sedangkan anak-anak tiket terusannya hanya 500 yen (Usia SD ke atas, Kai tidak membayar).

Kami memilih menonton planetariumnya pukul 10:00 dengan judul “Oz the wizard”, sebuah film anime yang memperkenalkan rasi bintang tapi dikemas dengan cerita anak-anak. Keseluruhan penayangan dan penjelasan makan waktu 45 menit, dan Kai bisa duduk tenang ikut menonton dan menikmati planetarium itu. Hmm ternyata Kai juga sudah bisa aku ajak menonton bioskop nih. Nanti deh kalau ada film anak-anak yang bagus dan tidak terlalu panjang, mau ajak mereka berdua. Toh aku sekarang sudah berani menonton di bioskop.

Naik Moon walker, yang bergerak berdasarkan gerakan tubuh

Sebelum menonton film pertama dan di sela-sela film pertama dan kedua, kami berkeliling tempat pameran. Riku mencoba Moon walker, dia duduk di semacam crane yang akan membuat dia melambung-lambung hanya dengan gerakan tubuh waktu duduk. Ya mungkin begitu kalau berada di ruang angkasa.

"Mama...uchu dayo" (Mama...planet) kata Kai, begitu dia melihat gambar planet di perpustakaan center ini.

Pertunjukan Pan-hemispheric movie kali mengenai dunia 3D, dan dimulai pukul 11:50. Selama menunggu kami sempat melihat pameran yang ada. Wah bener-bener seperti game center! Tapi semuanya ada keterangannya mengapa bisa begini, bisa begitu. Isi tempat itu anak-anak semua! Kai saja senang berlari-lari ke sana kemari sendiri, pencet tombol ini itu. Dan kalau tidak ingat aku harus jaga mereka, aku juga pasti cobain satu-satu tuh alat-alat. (Dan suamiku entah jalan kemana, enjoy diri dia sendiri… sabar…sabar… ntar kalau anak-anak udah gede, gue jalan sendiri!)

Ternyata film 3D menakutkan Kai. Pertamanya sih memang menarik, karena harus pakai kacamata kan. Tapi karena filmnya banyak ngaget-ngagetin, dia minta dipeluk deh. Dan …dia tertidur dalam pelukanku. Dan…karena ada selimut hangat di dadaku (badannya Kai), aku juga sempat tertidur hahaha.

Sesudah film 3D selesai, Riku dan papanya mengikuti workshop, membuat jangkrik solar panel. Biaya workshop ini 940 yen, yaitu biaya bahan  untuk membuatnya. Lucu juga jadi jangkrik berpunggung solar panel, yang akan bergetar jika kena sinar matahari, tapi jika berada di bayangan akan berhenti. Workshop ini dilakukan di ruangan yang sama dengan pameran robot kecil-kecilan.

Kai mencoba satu alat yaitu yang menggerakkan mainan shinkansen hanya dengan kepalan tangan. Begitu tangan membuka kepalan akan berhenti. Kok bisa gitu, tanpa ada gerakan lain hanya dengan mengepalkan tangan maka kereta itu berjalan di relnya. Nah menurut penciptanya ini nantinya akan dikembangkan untuk penderita catat tubuh untuk menyalakan atau menggerakkan sesuatu.

Selain itu ada juga sebuah robot berwujud anak anjing laut berbulu putih. Si Seal bernama Paro ini berfungsi untuk terapi penyembuhan, sehingga dinamakan robot therapy. Jika dibelai, dia akan bereaksi, mengeluarkan suara dan gerak. Dan matanya berkedip-kedip…cute. Pasien karena alasan alergi, penyakit menura atau digigit dsb, tidak bisa memelihara binatang asli. Padahal dipercaya interaksi dengan manusia dan hewan dapat memberikan ketenangan rohani, memberikan semangat, menstabilkan tekanan darah dan denyut jantung, serta sarana komunikasi. Jadi robot Paro ini dikembangkan sebagai Mental Commit Robot oleh Dr Takanori Shibata (sudah masuk Guinness World Records). Harganya? 350.000 yen saja! (35 juta rupiah deh). Waktu kutanya apa ada yang beli, si petugas bilang, yang beli biasanya RS dan klinik untuk dipinjamkan ke pasien rawat inap. Hmmm aku lalu membayangkan orang tua Jepang yang banyak memelihara anjing atau kucing sebagai “teman” mereka. Daripada susah-susah merawat binatang yang hidup, bagus juga kalau beli saja Seal robot Paro ini. Tidak repot. Si Paro ini tidak perlu diberi makan tiap hari. Paling-paling dicharge baterenya.

Nah, kemudian kami bertemu si Mr Roboto itu, Mr Sato. Orangnya lucu dan antusias sekali berbicara dengan anak-anak, dibandingkan peneliti yang lain yang datang di tempat itu dia yang paling ramah dan lucu. Dia menciptakan humanoid, robot berbentuk manusia dengan dua kaki mini. Katanya dari usia 10 tahun dia sudah mencoba sendiri membuat barang elektronik dengan memakai bahan yang ada di rumah. Jam bekas, batere, kardus dibuat robot-robotan. Dia berharap anak-anak yang datang ke sini tergerak hatinya untuk belajar mencipta.  Dia sendiri salah satu dari peneliti (yang di foto-foto berompi kuning) yang bekerja di National Institute of Advanced Industrial Science and Technology (AIST) atau singkatan bahasa Jepangnya 産総研 sansoken. Dia sendiri berkata bahwa dia ingin menciptakan robot bukan untuk mengambil alih pekerjaan yang bisa dilakukan manusia. Robot haruslah mengerjakan sesuatu yang memang tidak bisa dikerjakan manusia. Misalnya untuk mengelus rambut pasien karantina, atau menyelam meneliti ke dasar samudra. Dan aku sangat setuju dengan pendapat dia.

Dalam lirik lagunya Mr Roboto itu pun ada:

I’m not a Hero
I’m not a Savior
Forget what you know

I’m just a man who’s
Circumstances went beyond his control
Beyond my control,
We all need control

I need control
We all need control

……..

The problem’s plain to see
Too much technology
Machines to save our lives
Machines de-humanize

Jangan, jangan sampai mesin “memesinkan” manusia!

Karena manusia bukan mesin, maka kami butuh makan… sesudah 5 jam lebih berada di sini, kami pun pulang dan sebelum ke rumah mampir ke  SUSILO! Wah di Jepang ada juga nih mas Sushi loh! Sebuah resto Sushi yang piring-piringnya diletakkan di atas ban berjalan, alias kaiten sushi. Resto ini ternyata sudah mempunyai 263 resto di seluruh Jepang, dan katanya  nomor satu di bidang kaiten sushi. Yang membuat Sushilo ini menarik memang karena harganya tetap semua piring berharga sama 105 yen. MURAH! Karena biasanya di kaiten sushi, harga sushi berubah tergantung jenis ikan/hasil laut yang dipakai, misalnya Maguro dengan banyak lemak bisa berharga 525 yen satu piring, sedangkan maguro biasa seharga 160-an . Nah yang membedakan adalah warna atau corak piring yang dipakai. Dan biasanya di resto sushi kaiten ada 5 jenis harga. Tapi di sushi lo ini hanya ada dua jenis, dan itu bukan berdasarkan pembedaan harga, tapi hanya pembedaan sushinya pakai wasabi atau tidak. Wasabi adalah sejenis umbian berwarna yang menimbulkan rasa pedas di hidung, yah “cabe”nya Jepang deh.

karena sudah jam 4 jelas aja resto ini kosong hehehe

Tapi terus terang aku tidak mau ke resto ini lagi….maaf. Begitulah kalau kamu sudah dimanjakan dengan rasa yang enak, bisa membedakan kesegaran dan mutu bahan, jadi spoiled! Sedangkan kita makan harus bisa menikmati kan. Dan setiap orang seleranya lain-lain. Kalau dipikir-pikir tentunya sulit dong jika restoran padang menetapkan harga sama untuk semua jenis masakan yang ada. Kalau rendang harganya sama dengan sayur singkong, ya aku pasti pilih rendang deh! Tapi kalau rendangnya berasa sayur singkong, mending ngga makan rendang kan? hihihi (Eh tapi kalau aku ajak orang asing yang belum pernah makan rendang pasti suka aja kali yah 🙂 )
Tapi aku senang karena my koala yang biasanya makan sedikit, di sini dia puasss makan sushi dengan telur ikan, ikura, kesukaan dia. Jadi dia makan banyak tuh. Ngga biasanya. (Sambil aku bayangin sedikit lagi aku musti siap-siap masak banyak untuk kedua anakku ini hihihi).

Weekend lalu kami kembali belajar sedikit dengan melihat kecanggihan teknologi di Tamarokuto Science Center , dan weekend minggu ini kami berencana pergi ke Museum of Maritime Science di Odaiba. Tunggu saja laporan dan fotonya ya (bagi yang berminat saja sih hehehe).

Ujian, menguji atau mempermainkan? -1-

9 Mei

Di hari golden week, aku ditanya seorang kohai (junior sastra Jepang), Santi Dodo yang menanyakan apakah aku pernah menulis tentang sistem pendidikan Jepang di blog. Dia ingin tahu apakah “dr kls 6 ke SMp ada ujian ga? trus SMP ke SMA gmn n hal2lainnya, misal ulangan SD ada/nggak ada?“. Memang saat itu lagi ramai-ramainya soal ujian negara dsb dsb di Indonesia.Well, rasanya aku sering menyinggung pendidikan Jepang, tapi memang belum pernah menulis yang serius. Kali ini aku coba rangkum sedikit ya. Semoga tidak bosan membacanya.

Well, aku tidak mau membahas soal penting tidak UN itu seperti banyak juga dicantumkan di status teman-teman di FB : “UN seharusnya dihapus saja. Atau kenapa pemerintah tetap menjalankan UN 2010, padahal katanya Mahkamah Agung sudah melarangnya?” . Tapi aku mau mendongeng sedikit tentang ujian dalam pendidikan di Jepang. (Aku meminjam istilah mendongeng dari Pak Oemar  Bakrie dari istilah dongeng geofisikanya. Pinjam ya pak….)

Dongeng pendidikan aku mulai dengan menuliskan percakapanku dengan Gen Miyashita (suamiku –buat yang belum tahu hihihi), tadi malam di meja makan. Kami berdua mantan mahasiswa pasca sarjana “Penelitian Pendidikan Sekolah” di Universitas Negeri Yokohama. Karena percakapan sambil makan, aku tidak bisa memberikan sumber tertulisnya, karena ini rangkuman dari yang pernah kami baca.

Pertama mulai dari pertanyaan apakah di Jepang ada UN, Ujian Negara serentak di seluruh negeri untuk menentukan kelulusan siswa seperti di Indonesia? Jawabnya: TIDAK ADA. Masing-masing sekolah yang menentukan kelulusan siswa. Kenapa tidak ada ya?

Aku pikir karena tidak perlu! Setiap sekolah harus mengikuti “Pedoman Kurikulum Pendidikan”  Curriculum Guideline, 学習指導要領 gakushuu shido youryou dari Ministry of Education, Culture, Sport, Sciense and Technology (Mombukagakusho…karena bahasa Inggris/Indonesia panjang, maka selanjutnya saya pakai bahasa Jepang saja ya… disingkat Mombusho). Pedoman Kurikulum Pendidikan ini wajib diikuti oleh SEMUA sekolah SD, SMP, SMA, Sekolah Kejuruan di seluruh Jepang, yang memuat isi pendidikan dan detil pengajaran setiap mata pelajaran. boleh dibilang buku manualnya deh! Pedoman Kurikulum Pendidikan yang sekarang dipakai adalah Kurikulum tahun 2002, dan tahun depan akan dimulai kurikulum revisi, kurikulum baru th 2011. Kenapa diganti? Karena kurikulum 2002 yang diberi nama yutori kyouiku, pendidikan yang memberikan kelegaan dianggap membuat mutu pendidikan anak-anak Jepang menurun (sebelumnya kurikulumnya sangat padat sehingga dikritik anak-anak tidak mempunyai waktu untuk berkembang, tapi ternyata setelah dilonggarkan hasilnya menurun). Jadi aku juga sedang waku-waku menanti-nantikan kurikulum tahun depan seperti apa, yang pasti pelajaran bahasa Inggris dan “pengertian internasional 国際理解” lebih ditekankan. Untuk itu juga tahun depan akan ada pergantian buku pelajaran 教科書 kyoukasho yang dibagikan gratis oleh Mombusho ke seluruh siswa. Tanoshimini shiteiru.

Aku dan Gen sepakat bahwa di Jepang, UJIAN MASUK lebih sulit daripada UJIAN LULUS! Jadi mungkin bisa disebut sebagai kebalikan dari di Indonesia, ujian untuk lulus atau NAIK KELAS itu yang lebih sulit. Karena itu pula di Indonesia ada istilah TIDAK NAIK KELAS atau dalam bahasa  Jepangnya rakudai/ ryunen 落第・留年. Selama bersekolah di Jepang, jika waktu SD kamu adalah angkatan tahun 2000, maka sampai SMA kamu TETAP angkatan 2000, seluruh murid NAIK KELAS dan LULUS bersama! Even seorang murid yang tidak pernah hadir di sekolah pun! pasti lulus. TAPI….. merupakan tanggung jawab masing-masing individu JIKA TIDAK BISA MELANJUTKAN ke jenjang yang lebih tinggi. Naik kelas atau lulus adalah hal LUMRAH, tapi tidak dengan MASUK ke sekolah yang lebih tinggi. dan ini menyebabkan murid (terlebih orang tua murid kebakaran jenggot) untuk berusaha bisa masuk ke sekolah yang lebih tinggi atau sekolah FAVORIT. SD dan SMP adalah program wajib belajar, jadi TIDAK MUNGKIN seorang murid SD tidak bisa melanjutkan ke SMP Negeri. Sudah pasti ada kursinya. Tapi SMA adalah tanggung jawab masing-masing sehingga di sinilah mulai persaingan dengan kegiatan JUKEN 受験 yang harafiahnya mengikuti ujian masuk, tetapi secara umum merujuk pada kegiatan belajar untuk mempersiapkan ujian masuk. Dan biasanya murid akan mengikuti pelajaran tambahan di bimbingan belajar, bimbel (Aku ingat topik ini yang membawaku ke blog Bang Hery Azwan tahun 2008 lalu).

Jadi kalau menjawab pertanyaan Dodo, apakah ada ujian dari kelas 6 ke SMP? ya ada…ujian kelulusan di kelas 6 di SD masing-masing, dan ujian masuk di SMP FAVORIT TUJUAN. Kalau SMP Negeri (Pemda bukan Negara) yang termasuk rayon tidak usah ikut ujian, Bagian pendidikan pemerintah daerah akan mengirimkan surat untuk masuk ke SMP yang terdekat rumah tinggal. JIKA tidak mau bersekolah di situ maka cukup melapor. Tapi untuk SMP Negara (yang disebut SD-SMP-SMA Negara adalah sekolah yang berafiliasi dengan Universitas Negeri yang mempunyai program Guru) untuk memasukinya perlu mengikuti ujian masuk. Dan kadang-kadang sebagai “godokan” awal berupa undian, chuusen 抽選, siapa yang menang undian yang beruntung bisa mengikuti ujian dan lulus. (Gen masuk SMP Negara –SMP-SMA Tsukuba Daigaku– dengan menang chuusen , jadi dia bilang kasihan teman yang benar-benar pintar tidak bisa ikut ujian…seharusnya chuusennya sesudah ujian ya hehehe)

Soal ulangan? Tentu saja ada…. test kecil hampir setiap hari…dan aku juga memberlakukan test kecil di Universitas Senshu yang jika ditambah dengan kehadiran dapat sangat membantu nilai akhir.

bersambung……

Miraikan

3 Mei

Ini bukan kata bahasa Indonesia baru, tapi bahasa Jepang yang berarti “Balai Masa Depan”. Kalau diinggriskan menjadi National Museum of Emerging Science and Innovation. Kami pergi ke sini hari Minggu tanggal 2 Mei, pas di Indonesia memperingati Hari Pendidikan. Tidak dipas-pasin loh, karena memang sejak paginya kami bingung mau pergi ke mana hari ini. Sayang gitu kalau tidak keluar rumah. Memang ada banyak alternatif awal seperti pergi manen stroberi, atau pergi ke peternakan Mother Farm di Chiba. Tapi karena paginya Gen mau pergi ganti oli mobil, jadi kami baru bisa memutuskan tujuan kami pukul 2 siang.(Kayaknya de Miyashita waktu keluar kandang nya emang pas jam segini deh… bukan morning person untuk hal-hal begini heheheh)

Gedung fuji Television di Odaiba

Nama lengkapnya Nihon Kagaku Miraikan 日本科学未来館, disingkat Miraikan, terletak di Odaiba, sebuah lahan reklamasi di Teluk Tokyo. Odaiba sendiri merupakan kompleks yang besar dengan gedung-gedung besar nan canggih, termasuk gedung Fuji Television. Kami sampai di depan gedung Miraikan ini sudah jam 3:20. Sambil Gen mencari parkir, aku dan anak-anak membeli karcis masuk. Untuk dewasa 600 yen, anak SD 200 yen. Kami harus membayar lebih jika mau melihat film 3D, tapi itupun harus pesan tempat. Karena waktu tinggal sedikit, jadi aku beli karcis yang base saja.

National Museum of Emerging Science and Innovation, Odaiba

Nah sebetulnya yang menjadi trigger, pemicu kami datang ke sini adalah adanya pameran Kako Satoshi mengenai teknologi. Kako Satoshi yang mengarang picture book Dewi Sri yang barusan kutulis itu, memang menulis juga berbagi picture book yang menyangkut pengetahuan. Misalnya tentang laut, tentang planet dsb. Nanti deh kalau ada senggang aku coba tulis tentang bukunya yang lain lagi ya.

Bola dunia raksana di lobby

Pameran itu berjudul Your Future, Your FutureSelf, a journey into picture book with Satoshi Kako. Sayangnya di pameran ini banyak bagian yang dilarang memotret. Ada yang aku kadung motret, karena tidak lihat sign “No Photography” nya. Nah kalau soal ginian, aku strict nih, kalau dilarang, ya aku pasti patuh. Padahal ada kalanya Gen punya sense…ngga papa lah, bilang aja ngga tau (kadaaang sekali, soalnya kalau orang Indonesia kan kebanyakan berprinsip peraturan itu memang dibuat untuk dilanggar hihihi). Nah untuk ini Gen jadi orang Indonesia deh, aku yang orang Jepang. hehehe.

Pameran Your Future, Your FutureSelf, a journey into picture book with Satoshi Kako

Isi pameran itu kebanyakan berisi panel-panel tentang pentingnya belajar ilmu pengetahuan, juga disediakan beberapa pojok dengan matras plastik bagi yang mau membaca picture book yang disediakan di situ. Menurut Gen, “Yaaah aku ngga nyangka pamerannya kok sok kotbah gini” hehehe. Pasti ada pejabat/institusi yang mau memakai nama Kako Satoshi yang terkenal untuk menyampaikan pesan tertentu. Namun memang ada surat dari Kako Satoshi kepada anak-anak, yang kata-katanya aku setuju. “Belajarlah apa yang kamu sukai, dan tidak sukai, supaya bisa menjadi pintar dan bisa mengubah dunia dengan pengetahuan”. Kita memang harus juga belajar yang tidak kita sukai karena, somehow suatu waktu akan perlu dan berguna.

Pintu masuk pameran Kako Satoshi

Di pameran ini Riku dan Kai bosan! Aku harus menjaga Kai yang lari kian kemari, sehingga tidak bisa melihat dengan tenang. Ya tidak apa lah, sudah biasa hehehe. Dari pameran ini, kami pergi ke ruang Yokan Kenkyujo, kalau diterjemahkan yokan = prediksi, imaginasi, kenkyujo = penelitian. Jadi di sini memang kita bisa melihat penemuan-penemuan pengembangan teknologi yang berhubungan dengan art (kesenian) dan hiburan. ART! adalah sesuatu yang disukai Riku. Anak ini memang suka seni, segala macam ini dicoba dan berkreasi sendiri. Jadilah di sini dia melewatkan waktu cukup lama dan mencoba semua booth yang ada. Lari ke sana ke mari sendiri. Wew…sementara mamanya berdiri dari jauh memperhatikan dia dan si unyil koala yang juga merasa bosan, tidak ngerti apa-apa. Jelas lah…apa sih yang menarik bagi anak usia 2 tahun?

Memainkan wayang tradisional

Booth pertama yang dikunjungi Riku adalah memadukan permainan wayang (memakai bayang-bayang) dengan komputer. Riku mencoba menggerakkan wayang secara tradisional dan setelah itu dipakaikan semacam topi yang tersambung pada komputer. Setiap gerak riku dibaca oleh komputer yang akan menggerakkan wayang sesuai dengan gerakan Riku. Jadi kalau tradisionalnya orang menggerakkan wayang kulit dengan tangan, di masa depan, orang menggerakkan wayang dengan gerakannya sendiri, tapi dengan tampilan wayang kulit (bayangan) . Hehehe…bukan wayang orang gitchuuu. Cukup bangga aku di booth ini, tentu saja karena mereka memperkenalkan wayang, dan penelitinya adalah team dari Universitas Waseda. Waseda gitu loh….

Wayang canggih dengan gerak virtual

Setelah dari sini aku kehilangan jejak Riku, yang sudah lari ke sana kemari mencoba setiap booth yang hampir semua dilengkapi komputer. Sampai akhirnya aku bertemu dia sedang mencoba program komputer untuk membuat balon dari gambar kita sendiri.

Program membuat balon dari gambar kita di komputer

Booth selanjutnya tentang program komputer untuk mendesain kursi yang cocok untuk kita. Disesuaikan dengan tinggi badan, keseimbangan kursi dll, sehingga bisa menghasilkan desain kursi khusus spesial (ngga pake telur!) . Di sini aku turun tangan, karena si peneliti tidak bisa bahasa Jepang, jadi Riku tidak mengerti maksudnya. So begitu deh dia menjelaskan kegunaan programnya dengan bahasa Inggris padaku (yang cerewet tanya ini itu hihihi)

Kami berfoto dengan Mr Chair yang menjelaskan program mendesain kursi khusus. Bisa lihat pramodel kursi di bagian belakang

Berikutnya adalah program komputer yang memungkinkan karakter beruang di dalam display bereaksi terhadap gerakan kita. Selain itu juga ada program memasak virtual, program menyarankan menu makanan dengan balancing bahan-bahan makanan yang telah kita konsumsi, bahkan sampai mengatur dan menghitung jumlah kalori yang sudah dikonsumsi. Nah…yang ini perlu deh untuk aku hahaha.

Kai mulai bosan,papanya juga bosan, jadi mereka berdua pergi duluan ke ruang pameran lain, yang terletak di lantai 5.  Sementara aku menemani Riku mencoba ini itu. Dan setelah semuanya dicoba, kami juga pergi ke lantai lima gedung ini, untuk melihat pameran tentang manusia dan teknologi. Nah, waktu mau masuk ke ruangan ini, kami sempat bingung, karena pintu otomatisnya tidak membuka. Seperti di pintu masuk stasiun sepertinya harus memasukkan karcis. Tapi pintu ini lebih canggih, cukup menyentuh QR code yang terdapat pada karcis masuk, kemudian pintu membuka. Huh.. berasa ketinggalan jaman deh.

Pintu masuk museum dengan scanner pembaca QR code yang terdapat pada karcis masuk

Menurutku di sini terlalu beragam yang ingin dipamerkan. Ada masalah lingkungan hidup, ada tentang DNA dan manusia, penelitian biologi, sampai kehidupan di luar angkasa… tidak fokus gitu hehehe. Tapi lumayan deh aku sempat mendengar sedikit kuliah gratis  mengenai DNA  sebelum akhirnya Kai minta minum. Kelaparan dia. Jadi aku dan Kai keluar ke Cafe, dan membeli hot dog untuk dia. Sementara Riku dan papanya melewatkan waktu dalam museum itu sampai jam 5:45 sore.

Jadi DNA itu begini toh...kata Kai

Kesan aku? Jepang kebanyakan duit sampai harus membuat museum begitu besar, mewah dan canggih untuk menjadi pusat pameran teknologi. Tapi mungkin memang harus begitu, sebagai daya tarik  supaya akan lebih banyak lagi anak-anak canggih yang lahir dan berkreasi di bidang penemuan. Aku kagum ada anak yang sudah mengerti DNA dan bisa menjawab semua keterangan pada waktu kuliah gratis itu. Mungkin dia kelas 5 SD…duh otakku ngga nyampe deh bersaing dengan dia. Dan aku juga tidak memaksa anakku untuk tahu semuanya seperti dikarbit. Enjoy aja nak!

Jam 6:30 kami keluar dari parkiran Museum.  Bayarnya cuma 700 yen untuk 3 jam…aku pikir bakal lebih dari 1000 yen, kalau mengingat gedung yang begitu mewah ini. Lalu Gen berkata, “Ngga mungkin lah pemerintah meras warga dan mengambil keuntungan dari ongkos parkir!” … Hmmm memang sih, 600 yen karcis masuk juga masih murah. Tapi masalahnya, mau ngga keluarin 600 yen untuk datang ke tempat beginian?

Karena sudah starving, pekopeko alias lapar berat, kami akhirnya masuk ke tempat parkir di gedung DECK Odaiba. Semacam mall dan restoran. Ada banyak gedung semacam ini di daerah ini, tapi kebetulan yang cepat dan mudah parkirnya ya di DECK ini. Jelas aja… 1 jam parkirnya 500 yen jeh… muahal! Dan kami langsung menuju lantai 5, ke restoran Tonkatsu WAKO. Restoran ini menjual daging/ayam/udang goreng yang cukup terkenal. Tadinya sih kepingin makan sushi tapi antri… jadi ubah haluan deh. TAPI….

Kami benar-benar enjoy makan di sini, bukan karena makanannya enak banget, tapi pemandangannya bagus banget! Restoran ini mempunyai teras yang langsung menghadap ke teluk Tokyo, dengan Rainbow Bridgenya yang mulai diwarnai lampu-lampu. Keren banget pemandangannya! Riku tadinya mau duduk di luar, tapi sepertinya petugas restoran malas membawa makanan sampai luar (atau kami perlu membayar charga khusus… ngga tau juga deh) Tapi alasannya dingin berangin. Padahal Riku berdiri di luar terus sampai makanan datang karena di lantai 3 nya ada pertunjukan “gratis” musik oleh idunnohisname, tapi entah kenapa Riku suka sekali sehingga merekam dalam video pertunjukan itu dengan camera.

Pemandangan dari teras restoran... Rainbow Bridge by night

Meskipun waktu pulang kami terjebak macet di jalan tol (bayangin jalan tol macet!…eh udah biasa ya di Jakarta hehehe) tapi pemandangan lampu-lampu di sekeliling bisa menghibur kami, dan mengakhiri hari yang kedua dalam liburan panjang  Golden Week.

Oh Dewi Sri

30 Apr

Aku rasa tidak ada seorangpun orang Indonesia yang tidak tahu bahwa Dewi Sri adalah Dewi padi. Itu merupakan pengetahuan umum, sama saja seperti Ganecha, yang menjadi lambang ITB  adalah dewa pengetahuan. Tapi kali ini aku memang merasa agak malu karena pengetahuanku hanya sekadar pada Dewi Sri adalah dewi padi. titik…. Dan aku mempelajari cerita asal muasalnya justru dari Picture Book yang ditulis oleh Kako Satoshi, yang karangannya “Anda Tahu PLTA Cirata” atau “Hahaha no hanashi” yang sudah pernah aku bahas juga. Kata Gen, tidak ada seorang Jepangpun yang tidak mengetahui Kako Satoshi, pengarang beberapa buku PB yang terkenal. Memang dia hebat, bisa menjelaskan yang sulit-sulit melalui gambar yang menarik!

Buku yang menceritakan Dewi Sri ini berjudul “Fushigina ine to ohimesama” (Padi yang Ajaib dan Putri Raja).

halaman depan picture book Fushigina ine to ohimesama

Dahulu kala masih banyak terdapat dewa-dewa baik yang berbentuk manusia maupun yang berbentuk binatang. Dan Maha Dewa menyerukan pada semua dewa-dewa untuk membangun sebuah gedung yang besar. Mereka semua berkumpul dan menyetujui untuk mendirikan gedung tersebut. Dewa Timur membawa batu, Dewa Angin membawa tanah liat, Dewa Obat membawa pasir, Dewa Hutan membawa pohon. Semua dewa membawa barang yang diperlukan dalam pembangunan, kecuali satu Dewa, yaitu Dewa Ular. Karena dia tidak berkaki dan bertangan, dia tidak bisa membawa apa-apa ke tempat Maha Dewa.

Dewa Ular melihat dewa-dewa lain membawa menjadi sedih, sehingga menangis.. Satu tetes, dua tetes, tiga tetes air mata mengalir…dan begitu mencapai tanah menjadi tiga butir telur. Lalu Dewa Ular berpikir, daripada tidak membawa apa-dia ingin membawa telur itu kepada Maha Dewa. Lalu dibawanya satu telur dengan cara menggigitnya. Di tengah jalan Dewa Ular bertemu dengan Dewa Ayam, dan Dewa Ayam bertanya, “Ular kamu buru-buru begitu, ada apa sih?”. Tapi karena Dewa Ular menggigit telur, jadi dia tidak bisa menjawab pertanyaan Dewa Ayam. Dewa Ayam marah karena dipikir Dewa Ular sombong, dan dia mematuk ekor ular. Tanpa sadar Dewa Ular berteriak “Aduh…” dan Akibatnya telur itu jatuh dari mulut Dewa Ular, mengenai batu dan pecah.

Dewa Ular kesal dan kembali mengambil satu lagi telur yang dia sembunyikan di lubang batu. Dan kembali dia dia bergegas pergi sambil membawa telur dalam mulutnya. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan Dewa Merak. Dewa Merak bertanya kepada Dewa Ular, tetapi karena didiamkan, Dewa Merak mematuk peurt Dewa Ular. Dan telur yang di mulut Dewa Ularpun jatuh ke jurang setelah Dewa Ular berteriak, “Aduuuh”.

Dewa Ular kemudian kembali untuk mengambil telur yang tersisa. Dan di tengah jalan dia bertemu dewa Kelelawar. Dewa kelelawar juga bertanya, dan karena Dewa Ular tidak menjawab, Dewa Kelelawar mematuki kepala dan mencakar muka Dewa Ular. Namun kali ini Dewa Ular bertahan untuk tidak teriak, sehingga dia berhasil membawa telur itu kepada Maha Dewa.

Maha Dewa sangat gembira menerima persembahan telur dari Dewa Ular, dan membeli telur tersebut. Dengan ajaib telur itu menetaskan seorang anak perempuan cantik, dan diberi nama Sang Hyang Sri. Dan pada waktu bangunan besar itu selesai, Sang Hyang Sri sudah menjadi putri yang cantik.

Ternyata telur kedua yang jatuh ke jurang, tidak pecah malah terbawa aliran sungai, dan ditemukan oleh Dewa Kerbau. Dari telur itu lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Anita. Anita menjadi pemuda yang pandai dan gagah.

Saatnya tiba untuk merayakan selesainya pembangunan gedung. Anita datang bersama Dewa Kerbau, dan pertama kali dia melihat Sang Hyang Sri di sana. Anita langsung menyukai Sri dan demikian pula dengan Sri. Tetapi Maha Dewa tidak menyetujui pernikahan Anita dan Sri, karena dia mengetahui bahwa keduanya sebenarnya kakak-beradik, yang berasal dari telur Dewa Ular.Tetapi mereka berdua Anita dan Sri tidak tahu. Malahan Maha Dewa membuang Anita ke pulau yang jauh.

Sri yang bersedih terus menerus menjadi kurus dan akhirnya meninggal. Maha Dewa membuat makan di sebelah barat Bangunan, dan yang aneh di sekitar makam Sang Hyang Sri tumbuh rerumputan yang berbiji. Hingga suatu hari di makam Sri sampailah seorang yang kurus kering. Dialah Anita yang melalui jalan yang berat dari pulau terpencil dan akhirnya sampai ke makam Sri. Anita menangisi makam tanpa suara. Dan setelah berhenti menangis, dia memunguti biji dari rerumputan dis ekitar makam, dan menyebarkannya ke mana-mana. Bahkan setelah Anita meninggal, biji rerumputan menjadi besar dan enak. Inilah permulaan dari padi.

halaman belakang

Dalam kata penutupnya Kako Satoshi mengatakan bahwa beliau tinggal di Bandung pada tahun 1986 (waaah persis waktu aku masuk UI nih) untuk membantu UNESCO dalam program pemberantasan buta huruf. Dari penerjemahnya Hariyana, beliau  mengetahui cerita ini, dan setelah pulang kembali ke Jepang melakukan riset lebih detil lagi. Memang ceritanya bervariasi tapi beliau menyatukan cerita-cerita ini menjadi satu cerita mengenai permulaan panenan padi, dengan harapan dapat menceritakan keadaan negara di selatan (minami no kuni, sering dipakai untuk menunjuk negara-negara di sebelah selatan Jepang, seperti Asia Tenggara dan termasuk Indonesia)

Kako Satoshi,84 tahun, pengarang lebih dari 500 buku. Foto diambil dari http://www.pref.kanagawa.jp/osirase/bunka/bunspo/bunka-profile.html

Diterbitkan oleh penerbit Kaiseisha pertama kali bulan Mei 1989 seharga 890 yen, tapi sekarang sudah tidak terbit lagi, dan jika mau membeli harganya minimum 5000 yen saja. Kami meminjam buku ini dari perpustakaan Pemerintah Daerah Nerima.

Sebagai penutup aku mau mengutip lagi tulisanku di postingan lalu “how JAWA are you”:

Saya percaya, jika manusia keluar dari “sarang”nya bukan hanya bisa melihat pemandangan indah di luar, dan terlebih dapat melihat ke dalam sarangnya sendiri dengan lebih obyektif dan bahkan mendalaminya. Meskipun kadang saya –sebagai manusia tak bersuku– merasa gamang dalam menentukan dimanakah sebetulnya sarangku itu. Yang saya tahu, hutanku adalah Indonesia!

Bertualang ke Antariksa

20 Apr

Hari Minggu yang cerah, setelah sehari sebelumnya, Tokyo dikejutkan dengan salju di musim semi, dan suhu maksimum 7 derajat. Hari Minggu kemarin kami menikmati hangatnya mentari dengan suhu maksimum 17 derajat. Huh, perbedaan suhu yang besar setiap harinya memang bisa menggoyahkan kesehatan kita. Untung saja anak-anakku kuat sehingga tidak terpengaruh.

Karena kami semua tidur cepat Sabtu malam, jam 8 pagi sudah bangun semua, dan menikmati matahari pagi, sambil merencanakan tujuan jalan-jalan hari ini. Paling banter kami mau bermain sepeda saja di dekat-dekat rumah. Tadinya kami ingin pergi ke JAXA Tsukuba sesuai undangan Ekawati Sudjono, tapi acara open house Jaxa Space Center di sana tanggal 17 Sabtu kemarin…. dan Gen bekerja. Sayang sekali.

Lalu aku mengusulkan pergi ke taman Tulip. Pasti indah! Dan kami sudah mulai bersiap-siap pergi ke Ibaraki, tapi kemudian Gen menemukan info, bahwa JAXA di CHOFU (dekat rumah kami, kira-kira 20 menit bermobil) juga membuat acara open house hari Minggu ini. Well tidak bisa ke Tsukuba, tapi bisa coba ke Chofu saja. Toh sama saja JAXA Japan Aerospace Explore Agency, sebuah lembaga antariksa Jepang.

Open house di Jaxa dalam rangka Science and Technology Week 12-18 April 2010

Sebetulnya kami lapar, belum makan pagi, tapi karena takut tidak dapat tempat parkir, kami cepat-cepat berangkat dan sampai di Jaxa Chofu itu pukul 9:30. Dan …hebat memang orang Jepang, sudah ada sekitar 20-30 orang yang antri di pintu masuk! Pintu ruang pameran dibuka sebelum jam 10, dan kami masuk ke sebuah hall yang berisi maket/model pesawat/roket yang dibuat di situ. Riku dan papanya seperti biasa, langsung antri untuk mencoba simulator… entah simulator apa. Aku dan Kai berkeliling melihat model pesawat, dan…foto-foto.

Beuh…. terus terang aku tidak mengerti! Sebal ya rasanya kalau menonton sesuatu yang kita tidak mengerti. Saat itu sih aku tidak merasa sebal karena datang ke pamerannya, tapi sebal karena tidak mengerti hehehe… bingung kan? Tapi sambil melihat sana-sini, aku berpikir, untung anakku dua laki-laki, jadi kalau diajak jalan-jalan ya ke tempat beginian. Aku masih bisa tolerir. Coba kalau anak perempuan? ayoooo bawa ke mana? Musti yang pink-pink, yang manis-manis, yang modis-modis… wuaahhh bukan gue banget! Mending disuruh anterin anak-anak ke camp atau latihan pramuka deh (meskipun terus terang aku ngga suka outdoor, padahal dulu ikut pramuka sampai penggalang loh) . Waktu aku ceritakan pemikiran ini ke Gen, dia bilang gini, “Kata siapa di keluarga kita laki-lakinya cuma 3? Kamu? ” Dengan senyum-senyum…
Iyaaaaa gue ngga feminin! Eh, tapi mungkin benar ya, teman kegiatan PTA aku ada yang berkata bahwa di kehidupan sebelumnya (Buddha kan percaya reinkarnasi) aku itu laki-laki. Hanya dengan melihat bentuk ibu jarinya. hihihi.

Kami sempat keluar dari komplek Jaxa yang luas ini untuk pergi makan sarapan, berjalan sampai ke supermarket terdekat. Lumayan deh mengisi perut kosong (dan meredam emosi! Aku emang cepat emosian kalau perut kosong… hati-hati! bagaikan singa yang siap mengaum… auuuummmmm hihihi)

Riku pergi ke suatu gedung untuk membuat pesawat model dari kertas. Yang aku rasa hebat, setiap institusi yang membuat Open House, PASTI memikirkan suatu event untuk anak-anak. Dan mereka modali cukup besar euy (Katanya gen sih, mungkin institusi antariksa yang ada beberapa di Jepang itu sedang berlomba menarik perhatian masyarakat. Karena dengan pemerintahan sekarang akan ada penghematan, jadi lembaga yang “senada” akan dijadikan satu… hehehe)

Di gedung yang sama ada juga corner kuis antariksa di komputer. Yang mengantri anak-anak saja sih… coba kalau tidak, aku mau juga tuh ikut main hahaha.Daaaannn di sini aku diberikan “goods” clear file + penggaris. Karena si papanya mau goods juga, dia ajak Riku untuk ikut kuis yang diberikan oleh salah satu staf. Lumayan bermanfaat loh kuis itu. Karena aku sendiri ngga tau jawabannya! OK, pertanyaannya gini:

1. Awak pesawat antariksa tidur di mana?
A. sambil duduk     B. tempat tidur    C: sleeping bag
Jawab : C sleeping bag yang tertempel dengan magic tape di badan pesawat
Di sini kami juga diberitahukan bahwa awak pesawat itu tidak mandi, hanya membersihkan badan dgn lap basah. Mencuci rambut juga dengan shampoo khusus

2. Berapa jarak bumi dengan space station di ruang angkasa? Aku pikir jawabannya ribuan km loh! Ternyata hanya sekitar 400 km, yaitu jarak Tokyo -Osaka!

3. Berapa berat baju astronot? A. 40 kg  B. 120 kg     C. 500 kg
Jawab B :120 kg termasuk mesin pembuat oksigen (aku salah loh, kupikir 500kg hihihi)

4. Astronot harus berada di luar space station selama 7 jam terus menerus. Nah, bagaimana mereka buang air kecil ?
A. pergi ke WC     B: masukkan ke botol   C: pampers
Jawab : C : pampers

Karena Riku bisa menjawab dengan benar semua pertanyaannya, maka dia diberi bolpen dengan karakter baju ruang angkasa. Eeeh tau-tau si Kai juga dikasih… asyik. (Emang satu keluarga pengumpul barang pembagian nih! Mumpung gratis — ngga minta loh, tapi dikasih)

Gimmick, goods serta booklet yang diberikan

Nah, karena di meja informasi utama kami dibagikan pernak-pernik, dan kertas untuk stempel, maka kami akhirnya juga berburu stempel. Katanya jika bisa mengumpulkan stempel dari semua tempat akan mendapatkan hadiah. Nah! Karena ada juga pameran di tempat yang terpisah, kami ikut mengantri naik bus ke tempat itu. Bayangkan, mereka menyediakan shuttle bus untuk mengangkut pengunjung yang mau ke tempat terpisah itu. Cukup lama naik busnya sekitar 15 menit.

Jaxa berhasil meredam suara pesawat supersonik

Di sini kami melihat bermacam ruangan untuk ujicoba peralatan, roket/pesawat. Misalnya pesawat Concorde yang supersonik itu. Karena supersonik, suara yang kita dengar hanya 2 kali, awal dan akhir, dan itu CUKUP KENCANG, kalau diandaikan seperti suara bom. Nah, para ahli di sini meneliti bagaimana caranya mengurangi suara yang terdengar, tanpa mengurangi kecepatan. Dan kami diperdengarkan perbandingannya! Benar-benar berkurang banyak, seperti mendengar debar jantung saja. Hmm peneliti itu memang hebat ya!

Ada satu lagi tempat yang menarik untuk Riku, yaitu ruang percobaan kecepatan angin. Kami bisa merasakan kekuatan angin dalam sebuah mulut terowongan. Waktu itu dicoba kecepatan angin 50km/h. Wahhh perlu tenaga kuat juga untuk bisa melawan angin ini. Waktu kutanya, maksimum berapa yang dicobakan di sini, staff menjawab maksimum 200 km/h. Waaah…

Riku mencoba flight simulator bersama papanya, aku dan Kai tunggu di taman.

Di kompleks penelitian yang terpisah ini terdapat hanggar untuk pesawat/helikopter peneliti kepunyaan Jaxa, sayang tidak boleh dinaiki …heheheh. Setelah beristirahat sebentar di kantin, kami kembali lagi naik bus ke tempat pameran utama.

mama, riku, kai di hanggar

Dan… Kai tertidur! Padahal di tempat pameran pertama itu masih banyak yang belum kami lihat. Kasihan juga Gen harus menggendong Kai dan tidak bisa enjoy. Karena masih ada waktu 1 jam sebelum ditutup jam 4, maka aku menawarkan diri untuk menunggu di mobil bersama Kai. Jadi aku juga bisa bobo deh hehehe. Biar saja mereka berdua menikmati sisa waktu. Katanya Riku bisa mencoba mengemudikan robot, lalu menerbangkan pesawat kertas dll.

Riku dan pesawat kertasnya

Mereka berdua kembali ke mobil sudah lewat dari pukul 4 dengan muka berseri meskipun capek. Si Gen berkata”Duh kalau aku bisa lahir kembali, aku ingin belajar IPA dan menjadi ilmuwan” . Hmmm memang sih aku selalu kagum dengan peneliti, dan orang pintar! Tapi untuk pintar kan tidak perlu harus menjadi ilmuwan saja hehehe. (Aku belajar IPA, tapi toh akhirnya aku tidak menjadi ilmuwan, malah nyasar di bahasa )

Sambil keluar kompleks, aku mengajak makan malam di SUSILO… namanya kan seperti Indonesia banget tuh, padahal itu adalah restoran sushi berputar, yang muraaaah sekali. TAPI tidak jadi karena ternyata penuh sekali, sampai kami tidak bisa masuk areal parkir. Dan si petugas parkir berkata begini,”Maaf, lain kali datangnya kalau sudah agak sepi. Jika tunggu di jalanan, bisa ditangkap polisis soalnya. Mohon maaf” Lohhh kapan sepinya bung, itu jam 4:30 loh! Kalau waktu makan malam pasti lebih banyak lagi yang antri. Jadi kami tidak jadi ketemu sama mas susilo, dan langsung pulang ke rumah. Dan aku terpaksa “bongkar” lemari es untuk menyulap makan malam dalam 30 menit. (padahal kalau di antariksa semua dalam tube aja tuh, ngga pake masak-masak 🙂 )

Hari ini berhasil lagi menikmati akhir pekan yang mengasyikkan, murah (gratis malah) dan menjadikan pintar…. sedikit hehehe. Bertualang di antariksa…. mungkin kelak akan lebih mudah lagi ya? Tapi seandainya anakku jadi astronot, dan harus melewatkan waktu di ruang hampa udara berbulan-bulan dengan resiko “hilang” di antariksa? hmmm parnonya keluar deh hehehe

Joyo Kanji

15 Apr

Tanggal 13 April yang lalu, Komite Masalah Budaya (Cultural Affairs Council) dari Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology Jepang mengumumkan  penghapusan 5 kanji dalam bahasa Jepang yang sudah tidak dipakai lagi, alias sudah mati, dan penambahan 196 kanji baru sebagai Joyo Kanji  sehingga menjadi 2136 kanji (dari 1945 dulunya) yang wajib diketahui warga Jepang.

Joyo Kanji 常用漢字 adalah kanji pilihan yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari dalam berbahasa Jepang, misalnya dalam siaran, surat kabar dan surat-surat resmi. Jadi boleh dikatakan bahwa jika ingin bisa membaca surat kabar Jepang wajib mengetahui semua kanji yang terdapat dalam daftar Joyo Kanji. Well, 2136 kanji dari sekian banyak kanji yang ada (tidak ada yang bisa mengatakan persis berapa banyak sebetulnya jumlah kanji Jepang itu… mungkin bisa diperkirakan 10.000 lebih) , semestinya bisa menjadi standar pengetahuan minimal.

Yang menarik sebetulnya adalah melihat kanji “baru” yang masuk kedalam daftar. Selain dari kanji yang banyak menempel pada nama perfektur di Jepang, ada kanji “UTSU” 鬱 yang amat rumit ditulis tangan.  Utsu adalah nama penyakit stress yang sekarang banyak “diderita” masyarakat Jepang. Penyakit modern tapi tidak bisa diabaikan karena penyakit baru ini mulai mengganggu masyarakat. Contohnya seorang penderita utsu tidak mau mandi dan keramas untuk beberapa waktu, hidup dalam kekosongan jiwa. Tidak mau beraktifitas pergi ke kantor dsb nya dan kadang utsu ini juga memicu perasaan untuk bunuh diri.

Ada satu kanji yang sebetulnya diajukan oleh pemerintah daerah Mitaka yaitu TAKA 鷹 yang berarti elang, tapi tidak lolos seleksi untuk masuk dalam list Joyo Kanji. Saya bukan warga Mitaka, tapi cukup heran dan menyayangkan juga kenapa kanji ini tidak masuk daftar, karena selama saya tinggal di sini 17 tahun, cukup sering harus menuliskan kanji ini. Kebetulan dulu saya tinggal di jalan yang bernama takaban 鷹番 jadi kenyang deh menulis kanji Taka di berbagai formulir heheheh.

Saya tidak tahu apakah Joyo Kanji baru ini juga menjadi standar untuk penguasaan peserta ujian Kemampuan Bahasa Jepang yang baru. Mulai tahun ini Ujian Kemampuan Bahasa Jepang JPLT berubah dari yang selama ini saya ketahui (dan pernah ikuti). Dulu hanya 4 tingkat, sekarang menjadi 5 tingkat. Bagi yang memerlukan informasi JPLT yang baru bisa juga melihat penjelasannya di website The Japanese-Language Proficiency Test (JLPT).

Yang pasti saya bertekad membantu anak saya, Riku belajar Kanji yang semakin sulit di kelas dua SD. Kemarin siang ,saya mengikuti pertemuan orang tua murid dengan pihak sekolah mengenai target pendidikan kelas dua SD selama satu tahun ajaran (April 2010-Maret 2011), dan mengetahui bahwa Riku dalam setahun ini harus mempelajari 160 kanji, yang jumlahnya berlipat dari waktu kelas satu yang hanya 80 kanji. Bukan saja jumlah yang ditakuti, tapi kerumitan penulisan juga cukup mengagetkan. Kerumitan penulisan kanji biasanya ditentukan dengan banyaknya “stroke” – satu kali kuas/bolpen bergerak bisa berupa garis atau titik. Semakin banyak “stroke” nya semakin rumit, karena jika kurang atau salah sedikit saja, kanji itu tidak bisa dibaca.

Sebagai penutup, saya akan tuliskan dua kanji yang hari ini menjadi PR untuk Riku yaitu:

HARU 春 (musim semi)  dan KAZE 風 (angin).

春風に吹かれて tertiup angin musim semi..... kelopak bunga sakura berjatuhan

Cacingan

14 Apr

Pernah mengidap cacingan? Kalau dulu waktu kecil aku pernah kuruuuus banget (please! jangan tertawa!!!!) dan oleh ibuku dibilang bahwa aku nagaan, bukan cacingan hehehe. Abis keterlaluan sih kurusnya. Memang cacingan adalah penyakit yang biasa terdapat di kalangan anak-anak dan mudah menular. Cuma aku pikir sekarang mungkin jarang terdengar di kalangan anak Jakarta ya? atau masih? perasaan anak Jakarta kan makmur-makmur dan tidak main tanah seperti dulu.

Tadinya aku heran, kok di Jepang negara canggih begini masih ada penyakit cacingan. Soalnya setiap menjelang musim panas, di penitipan dan sekolah pasti diadakan pemeriksaan “cacingan” ini. Rupanya karena mudah menular di kalangan anak-anak,sekolah dan pemerintah daerah mengadakan pemeriksaan lab cacingan secara gratis. Caranya? Dengan membagikan selotip (pin-tape ピンテープ)untuk setiap anak. Karena cacing itu biasanya bertelur malam hari pada waktu kita tidur, dan meninggalkan telurnya di sekeliling anus, maka begitu bangun pagi kita harus mengambil sampel di selotip. Dengan menempelkan selotip pada lubang anus, dan ini dilakukan dua hari berturut. Waktu bayi dan balita, sama sekali tidak masalah. Tapi kalau sudah segede Riku, dia juga merasa “dilecehkan” hihihi.

pin tape, selotip untuk mengambil sampel telur cacing dengan menempelkan di sekitar anus

Pemeriksaan wajib ini penting karena memasuki musim panas, di penitipan pre-school atau di SD ada berbagai kegiatan yang membuat anak-anak berinteraksi dengan alam, dan memudahkan penularan. Kegiatan menanam sayuran di kebun sekolah, bermain tanah, bermain air, berenang, menggali kentang dan kacang tanah, dan panenan lain, berbagai kegiatan di luar kelas. Musim panas di sekolah Jepang = alam! Karena itu penting sekali sebelumnya diadakan pemeriksaan, sehingga jika positif cacingan bisa disembuhkan sebelum mengikuti kegiatan di sekolah. Kai pernah terlambat  mengikuti pemeriksaan cacingan ini. Biasanya diadakan kolektif per sekolah (gratis dari pemda), tapi karena terlambat, aku terpaksa minta pemeriksaan khusus di rumah sakit terdekat. Untung meskipun minta khusus tetap gratis, karena di kelurahan Nerima, kesehatan dan pengobatan anak di bawah 12 tahun semua gratis…tis…. tis……. (Di kelurahan lain mungkin cuma sampai usia 6 tahun saja, karena Nerima terkenal tunjangan anaknya bagus. Karena itu pula aku enggan pindah dari sini). Di Indonesia ada ngga ya pemeriksaan kolektif gini (salah ngga ya nanya gini? hihihi)

Well, Imelda yang dulu nagaan memang sudah menjadi “naga” itu sendiri, tak ada bekas-bekas bahwa dia itu dulu kuruuuuussss sekali hihihi.

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

Buku Pelajaran

7 Apr

Hari kedua Riku ke sekolah. Hanya 4 jam pelajaran, sehingga tidak makan siang di sekolah. Makan bersama di sekolah (kyuushoku 給食) baru mulai besok tanggal 8 April. Hari ini masih mengulang pelajaran yang lalu, dan hari ini dibagikan buku pelajaran dari sekolah. Mata pelajarannya: Berhitung, Bahasa (Jepang), Musik, Kanji. Buku pelajaran utama ini adalah buku wajib yang diterbitkan oleh pemerintah dan dipakai di seluruh Jepang, dan gratis dibagikan ke semua murid. Tahunya dengan melihat bagian belakang buku, tercantum 0000E.

tanda harga buku di bawah ISBN. Semua buku tercetak harganya di bagian belakang

Pernah Riku kehilangan salah satu buku, dan waktu aku mau pesan ke gurunya malahan susah. Karena tidak dijual bebas dan gratis, prosedurnya sulit dan kami tidak tahu harus membayar berapa. Jadi oleh gurunya, karena semester sudah hampir habis, tidak usah membeli baru, lihat bersama buku teman saja (untung hanya buku prakarya).

Buku pelajaran kelas 2 SD, kecuali 2 buku latihan (yang paling kanan) semuanya gratis dibagikan pemerintah

Selain buku wajib, ada beberapa buku latihan dan buku tulis yang memang harus kita bayar. Sekolah yang membelikan, kami hanya memberikan uangnya lewat gurunya. Kebanyakan memang buku/bahan prakarya yang dipakai di sekolah akan dibelikan pihak sekolah, sehingga kami tidak perlu repot-repot mencari yang sama. Buku tulis saja, jika habis kami harus membeli sendiri. Dan buku tulis ini juga seragam semua. Biasanya sudah dibedakan untuk keperluan mata pelajaran apa dan kelas berapa. Jadi tinggal cari di toko buku, dan seragam semua. Buku tulis itu dari perusahaan Showa Note yang juga termasuk anggota Bellmark. Untuk itu perlu menuliskan nama di setiap buku dan peralatan murid. Dan itu tugas mamanya deh. Termasuk juga menulis nama di baju olah raga, kotak alat tulis yang seragam  (bukan kotak pensil tapi kotak A4 yang berisi gunting, selotip, kertas origami, lilin, crayon, craypas, dan alat lain yang diperlukan sehingga tidak usah bawa-bawa setiap hari) dan yang terakhir adalah 2 helai LAP yang satu helai dipakai untuk membersihkan meja/lemari loker dan satunya mengepel lantai.

Buku tulis untuk latihan Kanji

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

Hadiah Kata-kata

18 Mar

Menjelang akhir bulan Maret…. Di mana-mana di Tokyo bisa terlihat mahasiswa yang memakai hakama dan jas untuk menghadiri upacara kelulusan. Memang hakama untuk wanita seringnya dipakai untuk acara lulusan sotsugyou shiki 卒業式, meskipun tidak dilarang untuk memakai kimono atau baju biasa. Dan biasanya malamnya diadakan pesta “terima kasih” shaonkai 謝恩会, acara bagi para mahasiswa mengucapkan terima kasih atas bimbingan dosen-dosennya.

Pagi ini, Gen memakai dasi putih dan jas hitam karena ada acara wisuda di universitasnya yang diadakan di hotel terkenal di Yotsuya. Begitu Gen mengikat dasinya, Riku mengatakan, “hari ini ada apa pa? pesta?” Rupanya dia mulai mengamati bahwa baju yang lain berarti ada sesuatu. Yang praktis memang untuk pria, cukup mempunyai jas hitam untuk acara formal. Dasi putih jika itu perayaan, dan dasi hitam jika upacara kematian.

Ada sebuah lagu yang selalu dinyanyikan pada waktu perpisahan selain lagu “Omoide no Album” (Album Kenangan) yang pernah aku tulis di postingan tentang wisudanya Riku di TK, yaitu  Okuru Kotoba 贈ることば yang arti harafiahnya Hadiah (berupa) Kata-kata.

(1)  Senja hari, kota berada dalam cahaya dan bayangan
kata-kata ini kuhantarkan untuk kamu yang akan pergi
daripada kau tekan rasa sedih dan tersenyum
lebih baik kau menangis sampai kering airmatamu
karena semakin banyak bersedih
manusia menjadi semakin lembut
terlalu menyedihkan jika kuucapkan sayonara saja
kupersembahkan hadiah kata-kata  untukmu yang kucinta

(2) Meskipun kata-kataku terpotong angin senja
dengarkanlah hadiah kata-kataku ini sampai selesai
daripada kamu mengeluh tak bisa percaya orang
lebih baik percayai manusia dan  terluka
jangan kejar sebuah kebaikan
karena itu hanyalah alasan seorang pengecut
kupersembahkan hadiah kata-kata  tanpa hiasan ini
untukmu yang kamu yang pertama kucinta

(3) Dalam kehidupan yang akan dimulai sekarang
pasti akan ada seseorang yang mencintaimu
akan tetapi pasti tidak akan ada
orang yang mencintaimu sedalam aku
bayang itu semakin jauh, tenggelam dalam lautan manusia
dan hadiah kata-kataku tak tersampaikan
hadiah kata-kataku …tak tersampaikan

(translated by imelda, dengan banyak modifikasi)

(1) 暮れなずむ町の 光と影の中
去りゆくあなたへ 贈る言葉

悲しみこらえて 微笑むよりも

涙かれるまで 泣くほうがいい

人は悲しみが 多いほど

人には優しく できるのだから

さよならだけでは さびしすぎるから

愛するあなたへ 贈る言葉

(2) 夕暮れの風に 途切れたけれど
終わりまで聞いて 贈る言葉

信じられぬと 嘆くよりも

人を信じて 傷つくほうがいい

求めないで 優しさなんか

臆病者の 言いわけだから

はじめて愛した あなたのために

飾りもつけずに 贈る言葉

(3) これから始まる 暮らしの中で
誰かがあなたを 愛するでしょう

だけど私ほど あなたのことを

深く愛した ヤツはいない

遠ざかる影が 人混みに消えた

もう届かない 贈る言葉
もう届かない 贈る言葉

Lagu ini dinyanyikan oleh grup musik Kaientai 海援隊 dengan vokalnya Takeda Tetsuya 武田鉄矢 . Dia terkenal sebagai Sakamoto Kinpachi sensei dalam film “Kinpachi sensei, guru kelas3B” Sannen B gumi kinpachi sensei 3年B組金八先生 sebuah film pendidikan tentang lika-liku guru mengajar kelas 3 SMP. Merupakan film drama seri oleh chanel TV swasta Jepang TBS, yang dimulai tahun 1979 sampai 8 seri, dan seri ke delapan disiarkan s/d Maret 2008. Aku pernah beberapa kali mengikuti film drama ini, dan aku rasa bagus sekali bagi mereka yang berminat pada pendidikan, serta masalah-masalah pendidikan di Jepang. Meskipun memang banyak yang menyindir film ini sebagai “kotbah”, karena pada kenyataannya masalahnya lebih sulit dan kompleks. Mungkin kalau Riku SMP, aku harus melihat ulang semua filmnya.

Bagi yang mau mendengar lagunya silakan lihat link dari Youtube di bawah ini: