Buku Baru dan Buku Bekas

25 Jun

Kalau kita mau membeli buku biasanya kita akan pergi ke toko buku atau ke pameran buku dengan sale besar-besaran, dan membeli buku yang kita inginkan. Tapi itu waktu aku di Jakarta. Waktu aku pertama kali ke toko buku di Jepang yang menarik perhatianku adalah toko buku TIDAK menjual peralatan tulis. Jadi toko buku atau honya 本屋 hanya menjual buku dan majalah + peta (pembatas buku + cover deh paling), sedangkan kalau mau membeli alat tulis, notes dsb nya itu di Bunguten 文具店. Meskipun demikian di toko besar biasanya ada juga bagian stationary. Tapi kamu tidak katakan, “Aku mau ke honya beli bolpen”.

Nah, kalau membeli buku dimanapun di Jepang akan sama harganya. Harga buku tertera di bagian belakang berikut bar codenya. Biasanya tertulis harga berikut pajak pembelian. Dan harga itu yang harus kita bayar di kasir. TIDAK ADA KORTING di toko buku, tidak ada penjualan besar-besaran, kecuali untuk buku bahasa asing berupa wagon sale (itu juga karena ada perbedaan kurs). Tapi untuk buku terbitan penerbit Jepang tidak ada SALE, atau tidak ada PAMERAN BUKU, sama sekali. Masyarakat Jepang tidak perlu sale atau pameran buku untuk “diumpan” minat membacanya. Mereka akan membeli sesuai harga yang tertera.

Tapi jika kamu mau membeli buku yang murah, bisa mencarinya di Toko BUKU BEKAS yang disebut FURUHON-YA 古本屋. Meskipun bekas, buku-buku yang dijual di furuhon-ya seperti baru, tak ada coretan apalagi robek. Begitu ada coretan atau robek, dia akan masuk ke keranjang untuk wagonsale yang bisa dikasih harga 10 yen sampai 100 yen. Begitu pula kalau mau membeli majalah. Tunggu satu-dua hari, lalu cari di toko buku bekas, maka bisa berhemat 100-200 yen tapi… telat informasinya…mungkin.

Majalah di Jepang berumur “jam” an hehehe. Begitu dibeli, dibaca, poi...buang! Kadang mereka membuang majalah baru (atau koran) di tempat sampah atau kadang taruh begitu saja di bangku atau rak dalam kereta. Kalau melihat majalah atau koran di atas rak dalam kereta, boleh diambil, karena berarti itu sudah dibuang. Karena itu kadang kala, ada “pemulung” yang mengambili majalah-majalah di rak dalam kereta atau di bangku stasiun, dan kemudian dijual kembali seharga 100 yen. Tentu saja ilegal, tapi kadang petugas stasiun menutup mata terhadap kondisi ini. Jika terjadi masalah, misalnya bertengkar mulut dan kemudian membuat keributan, baru polisi datang dan “mengusir” mereka. Jadi? beli saja majalah 100 yen itu, meskipun saya rasa tidak banyak yang mau membeli, karena mereka juga pikir “Wah itu majalah mungkin sudah pernah masuk tong sampah…tidak higienis…!”.

Toko buku bekas ini banyak dijumpai di daerah sekolah/universitas. Sepanjang jalan menuju universitas Waseda, banyak terdapat toko buku bekas, dan kadang mereka mempunyai spesialisasi bidang tertentu, misalnya buku ekonomi di toko A, dan buku sosial di toko B. Ada pula perhimpunan toko buku bekas di suatu daerah, atau bahkan ada perhimpunan toko bekas se-Jepang, bisa lihat webnya di sini. Nanti mereka akan mengadakan pasar buku bekas murah di tempat-tempat strategis, dan bisa kita datangi. Tapi, tentu saja harganya tidak seperti yang tercantum di halaman belakang buku. Kadang bisa murah, seperti kamus bahasa Indonesia- Jepang yang terbitan Daigaku Shorin, jika baru seharga 8000 yen, jika mencari di toko buku bekas, berkisar 3500-5000 yen. Kadang aku membelikan kamus bekas itu setiap mampir dan melihat ada di toko buku bekas, untuk murid-muridku. Tapiiiiiii itu dulu, karena sekarang sudah ada Kamus Bahasa Indonesia -Jepang karangan Sasaki Shigetsugu (mantan dosen Universitas Bahasa Asing Tokyo), suami dari ibu Sasaki yang memperkenalkan aku dengan Universitas Senshu dan banyak membantuku waktu aku melahirkan Riku. Pemesanan dan pembelian Kamus Bahasa Indonesia Jepang ini bisa dilakukan online, harap lihat website ini.

Tapi ada pula buku yang jauh lebih mahal dari harga yang tertera di bagian belakang buku. Karena jarang dan kuno, harganya bisa berlipat-lipat. Tidak ada standar yang pasti, kecuali dari pemilik toko, yang mungkin jeli membaca trend minat baca warga Jepang. Kalau mau bisa saja membandingkan dengan toko buku bekas lain dan membeli yang termurah. Tapi biasanya buku-buku khusus amatlah susah dicari.

Nah, sejak aku malas dan tidak ada waktu membeli buku baru di toko buku, maka aku membeli di toko online, AMAZON. Yang herannya, kalau membeli di sini banyak yang dikorting (meski sedikit) ! Hipotesa aku karena mereka tidak perlu sumber daya manusia yang banyak dan toko yang representatif. Selain itu jika menjadi anggota (dengan membayar iuran tahunan) ongkos kirim gratis. Dan karena aku juga sering membeli pampers, dot, susu di sana, dan berkali-kali, jelas lebih murah jika aku membayar iuran anggota daripada membayar ongkos kirim setiap kali pesan. Tidak perlu capek-capek apalagi mengeluarkan transport, sesudah pesan dan bayar (bisa credit card, bisa transfer) buku dan barang-barang dikirim ke rumah, dengan service yang mengagumkan. Karena kebanyakan bisa diantar keesokan harinya, bahkan kalau pesan sebelum jam 8 pagi bisa diantar malamnya di hari yang sama. Betapa sering aku membeli pampers waktu hujan dan kehabisan, emergency.

Hampir semua judul buku ada, dan bahkan jika kita mencari buku dengan judul tertentu yang sulit didapat atau habis di toko buku, kita juga bisa pesan dan menunggu sampai ada atau….. tersedia buku bekasnya. Selain buku baru, kadang ada daftar toko buku bekas yang berkolaborasi dengan Amazon! Masing-masing dengan harganya. Daftar akan dimulai dengan harga 1 yen (+340 yen untuk ongkos kirim, karena tidak dikirim dari gudangnya amazon, tapi langsung dari toko buku bekas ybs). Kalau buku itu masih barupun, tapi kalau mau menghemat budget buku, bisa membeli buku bekasnya. Apalagi kalau memang buku itu sudah tidak dicetak lagi, seperti buku Dewi Srinya Kako Satoshi yang aku ceritakan di sini.

Aku baru saja membelikan Gen 5 buah buku bekas, 1 buku bahasa Jepang mengenai cara pelayanan penumpang JAL yang dia cari-cari dan sudah tidak dijual di toko karena sudah lama (th 1985). Waktu buku itu sampai, kami berdua sempat tertawa melihat logo JAL yang lama… wah jadul bener deh. Lalu 4 buku yang lainnya? Semua adalah buku terjemahan buku Indonesia. Mau tahu judulnya?

1. “Kisah Perjuangan Suku Naga” karya alm. Rendra ナガ族の闘いの物語 (1998, harga asli 1995 yen, masih ada yang baru) kami beli seharga 171+ ongkos kirim jadi 511 yen

2. Burung-Burung Manyar karangan alm. YB Mangunwijaya 嵐の中のマニャール (th 1987, tidak ada yang baru, harga asli 2200 yen) kami beli dengan  harga 1 yen + ongkos kirim 340yen

3. Romo Rahadi karangan alm. YB Mangunwijaya イリアン 森と湖の祭り,(harga asli 2625 yen, masih dijual yang baru)  harganya 84 yen+ ongkos kirim 340 yen

4. Kumpulan cerita rakyat Indonesia, Hanaoka (th 1982, sudah tidak dijual lagi) kami beli dengan harga 384 yen+ongkos kirim

buku bekas sastra Indonesia dalam bahasa Jepang

Buku bekasnya benar-benar seperti baru! Karena itu aku tidak pernah ragu meskipun membeli buku bekas. Mereka sudah steril dulu bukunya sebelum dijual. Packingnya juga bagus. Jika ada cacat pasti diberitahu sebelumnya. Dan terus terang saja, kecuali buku Burung Manyar bahasa Indonesia,  buku bahasa Indonesianya yang lain saya tidak punya! Memang Gen suka membaca karya sastra dan dia paling rajin membaca buku-buku Indonesia yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang (tentu saja bukan diterjemahkan olehku hahaha). Dia sudah pernah membaca “Saman” karya Ayu Utami, yang menurut penilaiannya: biasa-biasa saja hihihi.

Apa yang mau aku sampaikan di sini adalah Jepang memang SURGA buku, baik buku baru (lumayan mahal) maupun buku bekas (cukup murah). Apalagi dengan adanya toko online yang amat membantu orang-orang yang sibuk dan tidak bisa mencari di toko buku sendiri. Untuk toko online di Indonesia memang sudah banyak, meskipun kebanyakan masih menjual buku baru atau judul buku yang terbatas. Ada banyak masalah dengan pelayanan seperti yang pernah aku tuliskan di sini juga. Untuk buku bekas? Aku pernah menemukan toko online buku bekas, tapi ternyata toko itu sudah tutup tup… tup…. tup….!

Tapi….. sebetulnya aku juga baru saja membeli buku bekas bahasa Indonesia secara online! Kalau kamu baca ceritanya sahabat saya Eka di sini, pasti lebih afdol lagi, atau langsung ke toko onlinenya: VIXXIO. Memang jumlah buku yang dijual masih sedikit. cuma kebetulan seleranya si Fanda, pemiliknya, mirip-mirip aku, sehingga langsung deh aku beli sampai 8 buku! (dan sedang pesan lagi 2 buku dari Maria A. Sardjono loh) . Kalau dia bisa mengembangkan dan me-maintain toko buku bekasnya lebih yahud lagi, aku jamin banyak yang membelinya.

Pesanan buku dari Vixxio yang sudah sampai di Jkt. Menunggu jemputanku 😀

Nah, rumahku sekarang begitu penuh dengan buku. Kata Gen sih, dia mau menjual saja buku-bukunya yang sudah dibaca. Menjual buku bekas di sini juga gampang…tapi….. murah sekali! Sepuluh buku bunkobon 文庫本 (buku dengan ukuran saku, yang dicetak khusus pertama kali oleh Iwanami Shoten, kemudian diikuti penerbit lainnya. buku ukuran saku ini memungkinkan orang membeli buku dengan harga murah karena bukan hard cover, ukuran seragam dan jarang ada gambarnya. mass product, tapi aku senang karena ukuran sama, sehingga pemandangan rak buku juga bagus dilihat), paling-paling dihargai 100 yen. Waktu itu Gen pernah menjual 2 kantong besar penuh buku dan hanya menerima 2000 yen! Habis deh untuk beli satu buku hard cover. Tapi daripada dibuang…. (dibuang pun biasanya ada yang mungut sih hihihi).

Memang solusi untuk mereka yang tidak mempunyai tempat penyimpanan buku yang luas adalah dengan membeli e-book. Apalagi sekarang sudah ada Ipad kan. HP ku bahkan namanya Biblio yang dirancang untuk membaca buku digital. Tapi secanggih-canggihnya e-book, aku memang masih lebih suka membaca buku. Sensasi membuka lembar demi lembar sambil tiduran atau duduk di kereta itu tidak bisa digantikan dengan elektronik. Untuk surat kabar, cukuplah online…karena beritanya berubah terus setiap hari. Bisa hemat kertas juga, tapi buku? Aku masih lebih suka buku yang terbuat dari kertas, dan tidak akan aku buang… jika tidak terpaksa sekali. Bagaimana dengan teman-teman? Suka e-book?

Aku sudah punya e-booknya Balada si Roy, tapi tetap saja lebih suka baca bukunya. Baru terbit loh bundel buku BSR lengkap, yang dijual dengan harga 125.000-an

28 Replies to “Buku Baru dan Buku Bekas

  1. Hemm… Majalah berusia jam?? Astagaaaa bacanya cepet bgt ya?

    Eh mbak kata Gen San, Saman biasa2 aja? Beuuuh aku suka bangeeet itu buku keren :p tp itu sih soal selera hehe.

    aku kadang gak rela mbak kalo mo jual buku… Kayaknya sayang gt :p tp mungkin jumlah bukuku belum sebanyak Gen san yah jd blum ngerasa terganggu ruangannya.

    Eh soal vixxio hihi iya seleranya emang selera kita bgt mbak 😀 hehe

    Yup bacanya cepet.

    Gen harus jual buku, kalau tidak apartemen kami bisa rubuh. Dan aku tidak mungkin jual bukuku, karena bawanya mahal, dan aset yang tak ternilai. Jadi Gen yang harus mengalah. Dulu Gen sering menitipkan di rumah ortunya. Tapi lama-lama ortunya suruh buang semua hihihi. Gen adalah cucu pemilik toko buku 😀

    EM

  2. Enak ya kalau sama-sama suka baca…kalau aku sih tertuduh penumpuk bukunya saya sendiri hehehe…
    Tentang Saman ada juga kutulis di blog. Kalau di Eropa yang pernah kulihat itu buku-buku baru (terutama kamus dan text book) yang sudah ada terbitan edisi baru, harganya langsung diskon besar-besaran…
    Buku sekarang mahal-mahal ya, Tintin zaman sekarang mahal hehehe nggak kayak zaman kita kecil dulu (eh, jangan-jangan dulu juga mahal cuma aku masih kecil jadi nggak nyadar ya hahahaha…)

    Iyaaa, buku sekarang mahal-mahal. Bayangin novel chicklit 30rb rupiah? hahaha
    Aku sudah tidak tahu harga di Indonesia, jadi setiap kali belanja terkaget-kaget terus. Rasanya aku tetap ingin spt wkt kita SMA dulu nih Ret.
    EM

  3. Sensasi membaca buku itu tidak bisa tergantikan. Walaupun dengan buku online. Beugh!!! Aku setuju bangettttt….

    Bener banget mbak, bacanya sambil tiduran, membalikkan halamannya,menandai kalimat yang aku suka, hehe…tak kan terganti dengan apapun ya.

    Aku suka dengan karangan Mira W, Marga T, Hilman! hihi…dan yang sekarang, paling cinta sama Alberthiene Endah (keknya dirimu kurang suka deh sama bukunya, cenderung ke chicklit :D)

    Eh, mbak…tau gak?
    Buku misteri kematian seorang model itu pernah di filmin looo, jaman dulu banget, di mainkan sama Anneke Putri 😛 Inget gak ? 😀


  4. Tentang e-book tinggal soal waktu aja menggilas buku kertas..
    Sama kayak kaset digilas mp3.. 🙂
    ..
    E-book bajakan juga sudah banyak, tinggal download gratis..
    🙁
    *sedih*
    ..

  5. Enak banget ya Mbak, abis baca buku dibuang, dasar orang jepang. Saking hobinya baca, buku nggak dikoleksi, beli baru teros.

    Eka seneng banget tuh kalo di sana, bisa nemuin banyak buku kalo jalan-jalan, hhehe…

  6. Waah…Jepang emang budaya membacanya udah tinggi ya. Tapi kalo majalah/buku/koran bekas pakai gitu di recycle lagi nggak mbak? Kalo untuk memproduksi majalah, buku dan korannya pake kertas baru lagi, jadi nggak konsisten sama tema global yang Go Green donk mbak?

    Memori henpon saya diisi banyak sekali e-book, lumayan buat ngisi waktu kalau lagi bengong 🙂 Orisinil apa bajakan? Hehehe…. you bet 😀

  7. wah, sepertinya ini pengalaman yang menarik di jepang. Bisa menambah pengetahuan saya juga neh… Terima kasih karena telah berbagi pengalaman ya pak =)

  8. Walau ada ebook kayaknya membaca buku langsung akan tetap menyenangkan, bisa sambil tiduran…..
    Ahh Imel…..betapa senangnya membeli buku bekas…..

  9. *melirik daftar buku mas (sksd) gen…
    ckckck ada yg harganya 1 yen!!!
    ongkos kirimnya lebih mahal dari bukunya ya

    ngemeng2,,soal buku bekas
    saya suka hunting ke palasari/cikapundung (klo di bandung)
    kondisi buku bermacam2, tapi klo dibandingin ama jepang kalah deh ><

    buku yg suka saya cari ?
    buku kerajinan tangan buatan jepang
    di toko gr*m**ia rp 200-300rb, pas ke palasari nemu buku sejenis-meski bukunya jadul-hanya seharga 20 rb (horee..!!)
    trus, suka cari juga novel2 lama marry higgins clark
    murah meriah euy!

    oia saya ga suka baca e-book mba
    suka pegel liat layarnya..

  10. HMm…
    kalau saya simpulkan …
    Orang jepang itu mungkin berfikiran yang penting … isi dari buku / majalah tersebut
    Setelah isi didapat … bentuk fisik buku sudah tidak penting lagi …

    sementara ada juga yang lain yang berpendapat ,,,
    bentuk fisik itu perlu …

    mungkin begitu ya …

    salam saya EM

  11. jadi inget waktu di jepang dulu
    suka nungguin koran / manga yg ditinggal di kereta
    abis dibaca sama org jepang

  12. Aku nggak tega jual bukuku deh Mbak… sayang banget… pindah ke manapun ikut dalam karung deh..hihi..
    Aku belum tertarik E-book… masih jauh lebih suka membaca buku yang benar-benar buku, yang dari kertas dicetak.. Lebih ramah di mata dan nggak bikin pedih… kalau melototin komputer kan lama-lama pedih tuh.

    Hehehhe, aku tuh kadang beli buku, asal masukin ke keranjang aja. Jadi sering beli dobel. Kalau kira-kira pantas ya diberi sebagai hadiah, kalau tidak ya… buang. Aku belum pernah jual bukuku di sini ataupun di Indonesia. Di Indonesia tidak masalah dengan tempat, tapi di sini harus selektif banget, karena tempat sedikit, dan dipakai bersama Gen dan Riku… Nanti Kai besar, dia juga pasti punya bukunya dia sendiri…..

    EM

  13. “Kalau dia bisa mengembangkan dan me-maintain toko buku bekasnya lebih
    yahud lagi, aku jamin banyak yang membelinya.” >> Makasih banyak atas
    nasihatnya mbak. Kuamini deh, dan siap aku laksanakan!!…. Btw, sebentar
    lagi akan ada tempat di mana mbak Imel bisa memberikan masukan2 tentang
    “mengembangkan dan me-maintain toko buku bekasnya lebih yahud lagi” itu.
    Tungguin ya…

    Wah, akhirnya malah dapat buku YB Mangunwijaya yg Romo Rahadi itu versi
    Jepangnya ya? Aku aja gak pernah denger loh *aku yg gapku (gagap buku)
    atau memang buku lama yg gak terbit lagi ya?*

    Pokoknya, makasih banget Vixxio udah diperkenalkan disini mbak!

  14. waktu dulu di jogja, aku sering jalan-jalan ke pasar buku depan shoping center, kadang justru bisa dapat buku yang langka, atau sudah tidak terbit lagi…wow senangnya

    tp skr blm tahu lokasi utk hunting buku bekas.. jadi ya kalo jalan2 ke toko buku (baru) saja…

    kalo belanja online, aku kok blm tertarik yach… belum sreg rasanya

    salam,

  15. aku juga suka baca…sayangnya dijkt rumahnya sempit jadi buku2nya dimasukin lemari.pada bulukan.hasilnya dijual deh ke tukang loak!!mau diwarisan ke anak masih kecil bgt!!belum bisa baca.apalagi baca novel.
    🙁

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *