Omiyage = Cendera mata

11 Okt

Memang sih cendera mata sama artinya dengan oleh-oleh yaitu pemberian (sbg kenang- kenangan, sbg pertanda ingat, dsb); tanda mata; (KBBI Daring). Tapi kalau sekedar buah tangan dari bepergian, rasanya masih lebih baik pakai kata oleh-oleh ya? Oleh-oleh bahasa Jepangnya omiyage.

Jadi ceritanya Riku pergi Idou Kyoushitsu, karyawisata dan menginap di daerah sejuk di Karuizawa seperti yang sudah kutulis di sini. Dan seperti yang sudah kutuliskan juga, bahwa kami orang tua memasukkan uang 2000 yen ke dalam amplop untuk dititipkan ke guru. Waktu ada kesempatan membeli oleh-oleh, amplop itu akan diberikan ke anak-anak untuk membeli oleh-oleh yang diinginkan. Nah sebelum berangkat Riku sempat bertanya padaku,
“Mama mau oleh-oleh apa?”
“Apa saja…”
“Kalau aku tidak pakai uangnya untuk beli oleh-oleh, 2000 nya boleh untuk aku?”
Aku tidak menjawab, meskipun aku tahu jika tidak dibelikan oleh-olehpun aku tidak kecewa dan akan kurelakan dia mendapatkan 2000 yen itu. TAPI persoalannya, apakah dia bisa menahan keinginan membeli sesuatu sementara teman-temannya semua berbelanja? Hmmmm

Tadi sore sekitar jam 5, Riku pulang bersama 4 temannya yang tinggal di sekitar rumah kami. Genk nya deh 😀 Tapi karena aku harus cepat-cepat menjemput Kai, aku baru bertemu dia jam 5:30. Begitu masuk rumah, dia langsung berkata…
“Mama aku beli ini loh…. ini limited edition, hanya ada di daerah Shinshu loh” sambil menunjukkan potato chips pedas rasa bubuk cabe, dan chips rasa wasabi.
“Ini ada kue yang terbuat dari lava :D…enak loh. Tadi aku makan sedikit dengan teman-teman di jalan (ampuuun deh)” biskuit berwana hitam yang memang kelihatan seperti batu lahar. Tapi tentu saja biskuit biasa.
“Ini ada 2 apel shinano dolce. manis loh. Aku makan 10 iris di sana kan kita bisa petik sendiri. Maniiis sekali” Tapi ternyata kalau sudah di rumah dan potong dengan pisau kok rasanya kurang manis ya ma….
“Ini ada coaster kayu yang aku buat sendiri loh. Menggergaji kayu itu susaaaah loh. Aku juga membuat api sendiri di museum sejarah loh”

“Jadi, berapa sisa uang kamu?”
“130 yen”
“Ya sudah untuk kamu saja :D”

hoho… ternyata dia suka belanja juga 😀 Aku ingat dulu pertama kali aku darmawisata ke Cibodas, aku membeli stoberi kecil yang kecuuut sekali sebagai oleh-oleh untuk mama. Tentu saja akhirnya dibuang karena terlalu kecut 😀

oleh-oleh, omiyage dari Riku yang baru pulang karyawisata

Mendapat oleh-oleh memang menyenangkan. Dan orang Jepang memang pasti membeli oleh-oleh di hampir semua tempat yang mereka kunjungi, Dan dengan demikian pariwisata bisa lancar karena ada yang membeli kan? Tapi untuk membeli oleh-oleh juga butuh budget yang tidak sedikit, apalagi kalau temannya banyak. Karena itu biasanya kami katakan tidak usah omiyage, tapi omiyagebanashi saja (omiyage =oleh-oleh banashi =hanashi =cerita), jadi cukup bercerita saja tentang perjalanannya. Dan biasanya saat itu juga memperlihatkan foto-foto yang diambil di tempat kunjungan.

Tapi sebetulnya masih ada satu lagi oleh-oleh dari Riku yang belum sampai. Yaitu kartu pos yang memang sudah disiapkan sebelumnya, lengkap dengan alamat tujuan dan perangko 50 yen (standar untuk kartu pos dalam negeri). Aku ingin tahu apa yang dia tulis di situ. Karena mengirim kartu pos dari tempat wisata/luar negeri sebetulnya merupakan kebiasaan keluarga Coutrier seperti yang pernah kutulis di sini.