Ah, tentu saja kita harus berhati-hati dengan tas kita masing-masing. Kalau meletakkan sembarangan, ya tentu bisa mengundang orang yang punya niat tidak baik untuk mengambilnya (baca: mencuri) . Aku sendiri di Tokyo sering pakai ransel, tapi kalau di Jakarta tidak berani, karena takut disilet dan tidak tahu bahwa tasnya sudah terbuka. Sedapat mungkin tas dibawa ke mana-mana, sehingga tas cangklong itu yang paling praktis.
Tapi aku ingin menulis bahwa kita juga perlu berhati-hati waktu membawa tas geret, apalagi di Jepang. Kita sering memakai tas geret (semacam koper kecil dengan roda) waktu bepergian 1-2 hari, sehingga cukup memasukkan koper kecil itu dalam cabin, tidak usah cek in. Tapi di Tokyo akhir-akhir banyak wanita muda yang membawa tas geret model begitu padahal tidak sedang bepergiaan. Mereka membawa tas itu supaya bisa belanja dulu sebelum pulang kerja, dan menyimpan belanjaan yang berat (seperti beras) dalam tas geret itu. Tapi masalahnya sekarang jika membawa tas geret itu di stasiun atau jalanan padat, tas itu amat sangat mengganggu pejalan kaki. Banyak orang yang tidak melihat bahwa ada tas geret di belakang wanita itu sehingga bisa tersandung tas itu, dan menimbulkan kecelakaan yang cukup fatal.
Selain tas geret ada lagi ransel yang sering menjadi masalah dalam gerbong kereta yang penuh penumpang. Sampai-sampai perusahaan kereta perlu memperingatkan penumpang yang membawa ransel untuk menurunkan ranselnya, atau mendekapnya di bagian depan. Ransel yang tetap dipakai di punggung itu sangat mengganggu penumpang lainnya, dan parahnya pemakai ransel tidak menyadari bahwa ranselnya itu sebenarnya mengganggu.
Dan ada satu lagi kejadian yang terjadi padaku minggu yang lalu. Waktu itu aku begitu sampai di kampus W, tanpa menaruh tas dulu di ruang guru, langsung masuk toilet. Tentu saja sambil membawa tasku yang memang cukup besar. Memang biasanya kalau aku masuk ke toilet itu, suara otohime (alat yang mengeluarkan bunyi air untuk etiket, menutup “suara-suara” yang tidak enak waktu ke belakang) akan berbunyi. Jadi waktu itu aku tidak merasa apa-apa. Tentu saja aku cantelkan tas di balik pintu, dan duduk di wc. Tapi tak lama aku mendengar bunyi semacam sirine yang aneh, dan staf kantor guru datang dan menanyakan, “Ada yang perlu bantuan?”… lah ada apa ini?
Baru aku sadar ternyata tasku yang besar itu menyentuh tombol emergency yang rupanya baru dipasang di sana. Tombol itu menyala. Loh, ternyata aku penyebabnya? Langsung aku berkata: “Tidak apa-apa. Kelihatan tas saya yang menyentuh tombol itu. Saya sendiri tidak apa-apa…..” Wah cukup malu gara-gara tas besar aku membuat satu gedung panik. Petugas satpam juga datang untuk mengetahui apa yang terjadi, dan mematikan fungsi emergency alert. Malu deh…. Ah, aku jadi teringat juga pernah kejadian yang sama, waktu aku melahirkan Riku. Mama yang tidak tahu bahasa Jepang, salah menekan tombol emergency, disangka tombol flush. Memang orang asing sering melakukan kesalahan ini. Tapi, untuk kasusku, bukan aku yang salah tekan tapi si tas yang salah tekan hahaha (tidak bertanggung jawab sekali ya, menyalahkan si tas :D). Sejak itu aku pasti menaruh tas dulu di ruang guru baru ke wc. Memang wcnya kecil sih (dan akunya gede gitu loh haha)
Karena itu bagi teman-teman yang akan jalan-jalan/berwisata ke Jepang, hati-hati ya. Waktu masuk WC (toilet) terutama di stasiun, RS, tempat-tempat umum yang bagus, pasti ada tombol emergency di dalam toilet, yang berwarna oranye. Jadi jangan sampai salah tekan ya.
Tentu kita harus berhati-hati agar tas kita tidak diambil orang, tapi kita juga harus berhati-hati dan memperhatikan apakah tas kita itu mengganggu orang lain atau mengganggu ketertiban umum tidak 😀
Pernah punya kejadian tidak enak dengan tas mu?