Si Hitam dan Hantu

8 Nov

Sebetulnya buku ini sudah lama nangkring di rak buku Riku, tapi baru aku baca 3 hari lalu, karena Kai mengambil buku ini dan minta dibacakan sebelum tidur. Dan terus terang aku amat terkejut mendapatkan aku menangis di halaman-halaman akhir picture book ini. Oh Nakaya Miwa, aku cinta kamu deh! (Jarang-jarang loh aku memuji orang …hahaha)

“Kuro kun to nazo no obake” くろくんとなぞのおばけ adalah picture book lanjutan seri crayon yang dikarang/gambar oleh Nakaya Miwa, lanjutan dari Story of  Black Crayon yang pernah aku tulis di sini.

Kureyon kun to nazo no obake

Sekotak crayon. Cerita diawali waktu pagi hari, mereka menemukan bahwa si Kuning tidak ada di tempatnya. Padahal semalam masih ada. Mereka mencari kuning ke mana-mana tapi tidak bertemu. Terpaksa mereka menghentikan pencarian dan tidur karena sudah malam.

Tapi keesokan paginya, Si kuning chrome dan Si coklat tidak ada! Wah, ada apa ini? Mereka sibuk mencari ke 3 temannya tapi tetap tidak bertemu. Dan di pagi ke3 giliran Si Merah dan Si Pink tidak ada. Wahhhh semua ketakutan, dan menyangka ada hantu yang menyembunyikan teman-teman mereka ini.

Si Hijau menangis, tapi si Biru dan Biru Muda berkata,”Kami tidak takut pada hantu!”. Malamnya mereka berniat tidak tidur dan berjaga, untuk mengetahui siapa yang mengambil teman-temannya. Mereka menahan kantuk, tapi akhirnya tidak tahan, dan tertidur.

Pagi harinya yang ada hanya si Hitam. Semua temannya tidak ada. Hitam panik dan mencari temannya, dan menemukan jejak kaki. Supaya dia tidak tersesat, dia membuat garis dengan badannya, supaya bisa kembali ke tempatnya nanti.

Dan…akhirnya dia sampai di depan sebuah lubang di dinding. Rupanya itu rumah si Tikus. Hitam menemukan teman-temannya di dalam lubang tikus itu. Mereka senang sekali dapat berkumpul bersama. Tapi…

Muka mereka sangat khawatir. Dan satu per satu mereka menerangkan bahwa mereka sekarang berada di rumah keluarga tikus. Dan di pojok kamar, Kakek Tikus sedang sakit. Cucu Tikus lah yang mengambil crayon dari tempatnya di malam hari, untuk membuat gambar bagi Kakeknya. Mereka ingin menyenangkan kakeknya dan berharap dengan gambar yang dibuat Kakeknya dapat sembuh. Awalnya dengan warna Kuning saja, tapi tidak bisa. Sesudah itu dengan warna Kuning Chrome dan Coklat, juga tidak menarik. Semua warna dan gambar sudah dicoba tapi tidak ada yang bisa menghibur sang Kakek.

Kemudian Crayon berkata pada Cucu tikus: “Karena kami semua warna sudah berkumpul di sini, maka kami akan membuat gambar yang bisa menghibur. “Apalagi ada si Hitam, mari kita pakai Hitam” Kata si Kuning. Teman-teman si Hitam melihat si Hitam dan bertanya apakah hitam ada ide untuk membuat gambar yang bisa menghibur sang Kakek?

Voila! sebuah gambar tercipta dan sang Kakek yang melihat gambar itu tersenyum!

Gambar yang dapat menghibur si Kakek Tikus....

Ya sebuah gambar langit penuh bintang dengan Bintang Jatuh (nagareboshi 流れ星). Dan Sang Kakek bergumam, “Bintang. Semoga…semoga… aku bisa bertemu sekali lagi dengan Nenek….”

(siapa yang tidak mau nangis membaca seperti ini? …atau…cuma aku saja ya? ahhh… baca Picture Book aja menangis hihihi )

Keesokan harinya si Kakek meninggal. Semua menangis, tapi wajah Kakek tersenyum. “Pasti Kakek sudah bertemu Nenek di surga…..”

Judul: Kurokun to Nazo no Obake
Doshinsha/2009 /1260 yen

Pekan Baca

7 Nov

Aku benar-benar terheran-heran bahwa di Jepang ini ada yang namanya “Pekan Baca” Dokusho Shuukan 読書週間. Kupikir itu hanya tugas di sekolah Riku saja, tapi begitu mendengar Gen berkata, SELURUH JEPANG. Wow, sebuah himbauan dari pemerintah yang ditujukan pada semua warga negara. Segitunya?

Pamflet Pekan Baca tahun 2010, "Begitu sadar, sudah sampai di stasiun tujuan". Jangan heran kalau melihat orang Jepang membaca di kereta.

Pekan Baca tahun 2010 ini adalah yang ke 64, dengan tema “Begitu sadar, sudah sampai di stasiun tujuan”. Kegiatan Pekan Baca ini diawali tahun 1924, segera setelah Gempa Bumi Besar Kanto terjadi, Asosiasi Perpustakaan Jepang selama seminggu mengadakan berbagai kegiatan untuk menyebarkan kebiasaan membaca pada masyarakat yang didukung oleh penerbit-penerbit saat itu. Pekan Baca ini kemudian menjadi semacam “Festival Buku”, dengan berbagai perubahan-perubahan tujuan dan kepentingan/dukungan dalam pelaksanaannya. Kemudian akhirnya pada tahun 1965, panitia pengembangan membaca menjadi yayasan masyarakat khusus yang berada di bawah Departemen Pendidikan.

Riku juga mendapat selembar kertas dari sekolahnya yang harus ditulis dengan judul/pengarang buku yang sudah dibaca selama Pekan Baca. Selain itu aku juga membaca di surat kabar “Shogakko Shimbun” (Surat Kabar khusus untuk SD yang khusus kami langganan dari Asahi Shimbun) suatu gerakan di suatu daerah yang menghimbau anak-anak membaca lebih dari 100 buku selama setahun. Sudah cukup banyak murid yang berhasil melampauinya. Dan dari surat kabar itupun aku mengetahui bahwa buku bertema sejarah dalam bentuk penulisan apa saja, yang merupakan bacaan favorit. Setelah nomor 2 adalah cerita Kaiketsu Zorori. Wahhh ini memang favoritnya Riku deh, meskipun aku tidak bisa mengerti apa sih bagusnya cerita ini hehehe.

Waktu aku tanya pada Riku apa sih bagusnya cerita Kaiketsu Zorori ini, dia berkata: “Gambarnya bagus. Itu memang cerita tentang kenakalan/keisengan Zorori dan Ishishi/Noshishi –dua babi hutan asistennya– tapi dalam kenakalan itu pun ada kebaikan yang diajarkan. Balance. ” Hmmm memang sih, tanpa keisengan, dunia ini akan hambar ya….

Waktu aku tahu tentang “Pekan Baca” ini, aku cukup tersentak dan merasa bahwa aku harus ikut kegiatan ini dengan aktif dengan membaca buku. Tapi ternyata waktunya tidak ada, hanya bisa menyelesaikan 2 buku dari  S. Mara GD dan Maria A Sardjono, kedua penulis favoritku. Tapiiiii setiap malam paling sedikit aku mendongengkan 2 cerita dari Picture Book untuk Kai, yang memang dia dengarkan sampai habis. Kalau Riku, begitu kepalanya menyentuh bantal pasti langsung melempus…tidur ZzzZZz hihihi. Kalau Kai pasti sampai habis, dan terkadang aku membaca salah, atau melompati beberapa halaman karena ngantuk. Tapi dia TAHU…dan memaksa aku bangun dan menyelesaikan cerita hahaha.

Mungkin di Indonesia tidak perlu ada “Pekan Baca” seperti di Jepang, tapi untuk menggalakkan kegiatan membaca memang perlu tindakan aktif dari berbagai pihak. Termasuk diri sendiri.

Hari Jumat malam aku juga gembira mendapat kiriman buku dari diri sendiri, yang aku kirim dengan sea-mail. Buku seberat 6,8 kg, ongkir 400rb, sampai di Tokyo dalam waktu 6 minggu. Nah loh kapan bacanya ya? hihihi (Sambil ingat masih ada 17 kg buku dalam koper)

Hari Libur

3 Nov

Horreee hari ini, 3 November, libur lagi! Hari ini adalah hari Kebudayaan, Bunka no Hi 文化の日. Hari Kebudayaan ini merupakan salah satu hari libur dari 15 hari libur di Jepang yang ditetapkan tahun 1948. Karena dalam UUD Jepang dikatakan bahwa Jepang menjunjung Perdamaian dan Kebudayaan. Dan biasanya pada hari ini di istana Kaisar diadakan penyerahan Bintang Kebudayaan,  diadakan juga acara-acara kebudayaan, bahkan untuk beberapa museum menggratiskan tanda masuk. Di universitas juga antara tanggal 3 sampai akhir pekan yang mengikutinya akan diadakan festival sekolah, Daigakusai 大学祭.

Dan satu hal yang baru aku ketahui di wikipedia Jepang adalah bahwa Hari Kebudayaan ini BIASANYA cerah. Dan memang benar waktu pagi tadi aku bangun, waaah benar-benar hari yang cocok untuk….. cuci baju hahaha. Soalnya akhir-akhir ini hari cerah amat jarang, jadi senang sekali kalau hari cerah begini.

Sekaligus aku akan menuliskan seluruh hari libur di Jepang (15 hari) sebagai perbandingan dengan Indonesia, mulai dari bulan Januari.

1 Januari, Tahun Baru yang juga disebut gantan. Biasanya masyarakat umum juga libur tanggal 2 dan 3 Januari, tapi tanggal 2 dan 3 ini tidak tercantum dalam Daftar Hari Libur Nasional.

Senin minggu kedua bulan Januari, Hari Dewasa, Seijin no Hi 成人日. Sudah pernah saya bahas di Sudah Dewasakah Anda?.

11 Februari, Hari Pembentukan Negara, Kenkoku Kinenbi 建国記念日.

Tgl 20-an Maret, Equinox – Spring, Shunbun no Hi 春分の日. Bisa baca di sini.

29 AprilShouwa no Hi, 昭和の日。

3 Mei, Hari UUD Kenpou Kinenbi, 憲法記念日。

4 Mei, Hari Hijau, Midori no Hi みどりの日。

5 Mei, Hari anak-anak, Kodomo no Hi こどもの日。Pernah saya bahas di sini.

29 April sampai 5 Mei, biasanya diteruskan menjadi hari libur semua, yang disebut dengan GOLDEN WEEK.

Senin minggu ketiga bulan Juli, Hari Laut, Umi no Hi 海の日。Pernah saya tulis di sini.

Senin minggu ketiga bulan September, Hari Penghormatan Lansia atau Keirou no Hi, 敬老の日

Tgl 20 an September, Equinox -Autumn, Shubun no Hi, 秋分の日

Senin minggu kedua Oktober, Hari Olahraga, Taiiku no Hi, 体育の日. Tentang olahraga di sini.

3 November, Hari Kebudayaan, Bunka no Hi, 文化の日

23 November, Hari Pekerja/Buruh, Kinrokansha no Hi, 勤労感謝の日

23 Desember, Ulang tahun Kaisar, Tenno no Hi, 天皇の日

Nah, sekarang kita bandingkan dengan Hari Libur di Indonesia ya:

Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2011

Berdasarkan SKB tiga menteri, Selasa (15/6/2010), daftar libur bersama dan cuti bersama 2011 adalah sebagai berikut:
1 Januari Tahun Baru Masehi
3 Februari Tahun Baru Imlek 2562
15 Februari Maulid Nabi Muhammad SAW
5 Maret Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1933
22 April Wafat Yesus Kristus
17 Mei Hari Raya Waisak tahun 2555
2 Juni Kenaikan Yesus Kristus
29 Juni Isra Miraj Nabi Muhammad SAW
17 Agustus hari Kemerdekaan
30-31 Agustus Hari Idul Fitri 1432
6 November Hari Idul Adha
27 November Tahun Baru Islam 1433
25 Desember Natal

Sedangkan cuti bersama Idul Fitri yakni pada 29 Agustus, 1 dan 2 September. Sedangkan 26 Desember cuti bersama Natal. Penetapan ini disahkan dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama (Nomor 1 Tahun 2010), Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nomor: KEP 110/MEN/VI/2010) dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.

Jadi bisa kita lihat bahwa Libur Resmi Indonesia ada 14 hari + 4 hari cuti bersama ( tanpa mengikutsertakan harpitnas) berarti sudah ada 18 hari. Sedangkan di Jepang 15 hari + 2 hari tahun baru = 17 hari. Yah kira-kira sama aja kan?( Perlu diingat bahwa jika aku  menulis “hari peringatan” di TE itu bukan hari libur). Tapi yang paling menyolok dari perbandingan hari libur ke dua negara adalah, kalau di Indonesia kebanyakan liburan keagamaan, sedangkan di Jepang sama sekali tidak ada libur keagamaan. Yah, hari Natal-pun tidak libur di Jepang.

KAI, TK, dan ML

1 Nov

Tak terasa Kai sudah makin besar, sudah 3 tahun 4 bulan. Terkadang aku melupakan umur sebenarnya karena bahasanya yang seperti anak gede. Yang aku ingat, dia sudah lama bisa pakai kata “Kai kanashii… (Kai sedih)” jika dia mau merayu mamanya untuk tidak menitipkan dia atau “menelantarkan” dia. Tapi tentu saja dia juga langsung berkata “Kai ureshii… (Kai senang)” setiap aku membelikan kesukaan dia, atau waktu Rabu minggu lalu aku pergi kencan dengan dia.

Kencan? Ya, deeto (date) bahasa Jepangnya. Dia sendiri yang ajak aku, “Mama hari ini kita deeto yuuk!”. Hahaha, aku ingin tertawa. Tapi waktu aku cerita pada Gen, dia agak marah, “Pasti dia meniru dari film di Disney Chanel deh”… (hmmm memang sih). Tapi yang pasti dia tidak meniru, waktu malamnya, sebelum tidur dia memeluk aku dan berkata, “Mama Kai hari ini ureshii, senang bisa deeto sama mama”.

Tanggal 1 November ini, Kai mengikuti interview masuk sebuah TK swasta. Semua TK atau Youchien di Jepang memang swasta sih, karena TK tidak diwajibkan. Hanya yang mau saja. Sebetulnya untuk aku yang bekerja akan lebih enak jika tetap menitipkan di penitipan (Hoikuen) sampai dengan usia sekolah 6 tahun. Karena waktunya lebih flexible, dari jam 7 pagi sampai 8 malam, bisa pilih mau course berapa jam atau berapa hari seminggu, juga pada hari Sabtu (Memang bayarnya juga beda-beda). Tapi kalau aku masukkan di TK, biasanya mulai jam 9 sampai sekitar jam 2, dengan hari libur atau hari pendek seminggu sekali dan hari Sabtu tentu libur.

Kai dengan baju setelan peninggalan papanya setelah selesai interview di TK.

TK di Jepang terbagi menjadi 3 , TK 3 tahun yang menerima anak mulai usia 3 tahun (Nensho) , TK 2 tahun yang menerima anak usia 4 tahun (Nenchu), dan TK 1 tahun yang menerima anak usia 5 tahun (Nencho). Tapi biasanya jika mau masuk TK kebanyakan mulai dari usia 3 tahun. Jarang atau sedikit TK yang menerima hanya 2 apalagi 1 tahun. Riku dulu mulai masuk TK usia 4 tahun, dan beruntung diterima karena masih ada tempat. Tapi tentu saja masuk sebagai Nenchu perlu keberanian tersendiri, karena biasanya murid-murid yang lain sudah terbiasa “sekolah”. Sekarang Kai mendaftar di TK yang sama dengan Riku, mulai Nensho.

Interview anak TK itu bagaimana? Tadi pagi dimulai pukul 8 kami sudah bisa mendaftar dan ikut interview. Aku dan Kai datang pukul 8:30 karena memang hujan dan pengalaman dulu dengan Riku, tidak perlu cepat-cepat datang karena pasti semua dilayani. Santai saja. Ah, ternyata pengalaman 4 tahun lalu dengan tahun ini memang berbeda. Bedanya langsung terlihat dengan jumlah pendaftar. Paling hanya setengahnya dari 4 tahun lalu. Aku tidak tahu apakah kapasitas jumlah murid yang 135 orang itu bisa terpenuhi atau tidak. Jumlah anak terasa sekali semakin sedikit……

Di pintu gerbang sekolah, kami mengganti sepatu dengan sepatu dalam atau uwabaki untuk Kai dan slipper untukku. Kami langsung disuruh ke lantai 2 untuk menyerahkan formulir pendaftaran dan membayar 3000 yen. Kai mendapat nomor 60.

Setelah itu kami diantar ke ruang tunggu untuk mengikuti 2 kali test. Test pertama tentang reaksi anak-anak untuk bergerak mengikuti perintah. Satu kali test dijalankan 5 anak. Wah di sini Kai tidak mau lepas dari aku, sehingga sensei menyuruh aku ikut masuk ke dalam kelas (sementara orang tua yang lain menunggu di luar). Di kelas itu ditanya nama dan diberi petunjuk untuk naik undakan, menepuk tamburin, lalu melompat dalam lingkaran yang ada di lantai. Untung saja Kai bisa melaksanakan perintah guru dengan baik, sementara aku bersembunyi di balik piano.

Setelah itu Kai dan aku menuju ruangan lain untuk mengikuti test pribadi. Kebetulan yang mengetest kami adalah wakil kepala sekolah yang amat mengenal aku. Jadi dia santai menanyakan nama dan usia Kai. Lalu di atas meja ada bentuk bulat, segitiga dan empat persegi dengan warna berbeda, merah, kuning dan hijau. (duh aku lupa mengajarkan pada Kai….hiks padahal dulu Riku juga begitu). Eh ternyata Kai dapat menjawab semua warna dan nama bentuk dengan sempurna (aku musti terima kasih pada guru di penitipan nih hehehe).  Waktu disuruh menyusun rumah dari bentuk yang ada, dia juga bisa. Syukurlah.

Kepadaku si ibu wakepsek hanya menanyakan apakah ada alergi atau tidak. Dan tidak lupa dia katakan, “Tidak usah tunggu telepon, sudah pasti kok.” Wow, mentang-mentang aku sudah dikenal di situ, langsung diberi tahu bahwa Kai diterima. Karena sesungguhnya kami setelah interview ini, harus menunggu telepon di rumah. Yang tidak lulus akan ditelepon. Tapi wakepseknya sudah meyakinkan saja.

Karena sampai dengan jam 1 siang (perjanjiannya telepon s/d jam 1 siang) tidak ada telepon, Aku dan Kai kemudian kembali ke TK pukul 1:30 untuk mengurus pendaftaran masuk. Nah kalau s/d jam 2:30 kami tidak datang ke TK, berarti kami mengundurkan diri. Waktu mengurus pendaftaran ini, kami harus membayar 80.000 yen sebagai uang pangkal (yang setengahnya nanti akan dikembalikan oleh pemerintah daerah melalui tunjangan khusus).

Selain uang pangkal kami juga mengisi formulir pesanan baju seragam dan peralatan sekolah. Karena TK swasta, maka semua memakai seragam (SD Negeri semua baju bebas). Untung baju-baju Riku yang dulu masih aku simpan dengan baik, sehingga aku tidak perlu membeli lagi. Sebetulnya agak ragu juga sih, karena Riku masuk kelas Nenchu dan Riku berbadan besar, tidak seperti Kai yang kecil. Tapi teman-temanku bilang, “Ah biar saja, disom aja sedikit, biar kegedean sedikit. Ngapain beli baru lagi”. Dan wakepsek juga dengan sengaja datang ke aku dan bilang, “Kamu kan ngga usah beli seragam, pakai punya Riku saja….” hihihi. Jadi untuk peralatan sekolah, aku cukup menyiapkan 5100 yen, padahal kalau beli baru semuanya seharga 40.000 yen. Horreeee.

Yah, si koala bulan April mendatang akan menjadi anak TK, yang cukup sibuk dengan segala macam acara per bulan. Tapi aku yakin Kai akan lebih suka di TK daripada di penitipan.

Lalu apa hubungannya Kai dengan ML seperti yang tertulis di judul di atas? Well, sebetulnya aku harus berterima kasih pada Mac Donalds dan Mario Bross. Karena bentuk huruf M pada Mac dan topinya Mario, Kai sudah bisa membaca huruf M. Lalu L nya dari Luigi, temannya Mario. Di topi Luigi itu ada huruf L, sehingga pernah suatu waktu aku sedang menyetir malam hari pulang mengajar. Lalu Kai bilang, “Ma, ada Luigi di situ”, pas aku cari ternyata ada tulisan LUCAS kecil di papan pinggir jalan. Wah cepet banget matanya Kai. Tapi memang dia sudah bisa membedakan huruf itu bahasa Inggris (alfabet) atau angka 123, atau bahasa Jepang. Dan dari alfabet yang paling Kai hafal adalah ML deh….. 😀