Tangan Sayuri-chan Dingin

17 Apr

Dunia sudah berubah, menjadi aneh bin ajaib. Aku tidak mau menyinggung soal kejadian-kejadian “aneh” di Indonesia, karena aku tidak tinggal di sana, tapi aku mau mendongeng tentang keanehan di Jepang saja.

Biasanya setelah Higan atau equinox day (tanggal 23 Maret) atau setelah bunga Sakura mekar, tidak ada lagi hari-hari yang membuat badan menggigil. Memang satu dua kali pernah mendengar dan melihat foto Sakura dalam salju, tapi aku tidak menyangka akan mengalami “kedinginan” back to winter saat ini.

Sakura dalam salju, Hakone 16 april. Foto : mainichi shimbun

Sudah dua hari ini suhu udara di Tokyo di bawah 10 derajat, hari ini cuma 7 derajat max. Baru kali ini aku pergi ke kampus bulan April, mengawali kuliah semester ganjil dengan memakai coat!  Biasanya kuliah awal cukup dengan jaket saja, dan otomatis memakai warna-warna cerah sesuai dengan musim semi. Tapi kali ini, aku terpaksa memakai baju yang biasa dipakai di musim dingin berwarna coklat. Untung saja ada satu perkataan muridku tadi yang cukup menghangatkan hariku. Dia pernah ikut kuliah Bahasa Indonesia dasar kelasku 3 tahun lalu, dan sekarang mengambil kelas menengah. Katanya, “Sensei, saya masih sekali-sekali melihat blog sensei loh. Saya suka sekali kalau sensei upload video kehidupan sensei. Dulu kan sensei sering pasang tuh, sekarang tidak pernah lagi…” Hmmm ya, aku memang jarang membuat video tentang Kai. Dulu sering membuat dan upload video clip Riku di youtube dan embed ke blog. Ternyata ada juga yang kangen dengan video klip kehidupan keluargaku hihihi.

Foto jadul, aku mengajar di Senshu University. Riku belum lahir tuh...

Dingin-dingin begini membawa dampak yang kurang bagus juga bagi “perekonomian” rumah tangga kebanyakan orang Jepang. Dompetnya jadi dingin gara-gara ngga ada uangnya deh. Apa pasal?

Seharusnya musim semi begini, kami bisa menikmati sayur-sayur segar yang beragam, terutama cabbage (kyabetsu– kol). Aku sendiri jarang membeli kol, tapi kebanyakan orang Jepang suka makan kol sebagai pelengkap salad sayuran mentah. Nah, akibat musim dingin yang berkepanjangan, produksi sayuran berkurang, dan tidak bisa memenuhi pasar. Akibatnya harga sayur naik. Bayangkan tiga hari yang lalu aku masih bisa membeli satu kol seharga 150 yen, sekarang harganya 250 yen! Harga-harga sayur naik 40%. Bener-bener mikir kalau mau membeli sayur deh. Atau terpaksa aku pergi ke toko grosiran yang menjual sayur lebih murah, bukan di supermarket biasa dan agak jauh dari rumahku. Karena jika di supermarket rumahku satu ketimun seharga 60 yen, di toko grosir itu cuma 40 yen. (wah kok posting belanjaan jadinya ya hihihi… gara-gara si dingin sih).

Nah yang aku mau tulis juga di sini sekalian mumpung bertema dingin, yaitu soal tangan dingin. Kalau mendengar kata “bertangan dingin” tentu ada dua konotasi yang berbeda, yaitu bertangan dingin yang berarti “tanpa perasaan”. Seperti pembunuh bertangan dingin. Orang-orang yang bisa tega membunuh orang seperti binatang. Eh salah… itu berdarah dingin.  Kalau tangan dingin, tangannya bisa membuat hasil yang bagus untuk apa yang dipegang, terutama pertanian. Sepertinya si Ata-chan tuh “tangan dingin”. (thanks to Mangkum untuk penjelasannya)

Tapi dulu aku juga bertangan dingin, yang memang bukan arti kiasan. Tanpa ada sangkut paut dengan musim dingin, tanganku dulu memang biasanya dingin. Ciri-ciri orang yang jarang berolahraga, aliran darahnya tidak teratur, atau menderita penyakit kurang darah. Biasanya memang wanita tangan dan kakinya sering “dingin” dan dalam bahasa Jepang disebut  hieshou 冷え性. Selain olahraga ada juga beberapa minuman “jamu” tradisional yang bisa membantu memperlancar aliran darah.

Namun, ternyata tangan dingin menjadi syarat untuk menjadi pembuat sushi yang ulung. Kemarin pagi di berita TV, ditampilkan seorang pembuat sushi, itamae 板前 yang sudah bekerja sebagai pembuat sushi selama 30 tahun. Waktu datang ke restonya pagi-pagi, dengan kamera khusus bersensor panas tubuh, terlihat tangannya merah, dengan suhu 34 derajat. Kemudian dia mulai menyiapkan dapurnya, dan diperlihatkan tangannya berangsur menjadi biru…. selama dia membuat sushi itu tangannya bersuhu 20 derajat! Waktu makan siang, sedikit kembali menjadi hangat (menjadi sedikit merah), tapi setelah itu biru lagi. Benar-benar mengherankan. Kalau dikatakan, pasti dia merendam tangannya dalam es… mungkin juga sih, tapi kan tidak mungkin terus menerus, karena dia harus bekerja menyiapkan nasi dan ikan mentah, memotongnya dsb sampai ke mengepalkan nasi dengan ikan menjadi sushi. Pasti bergerak terus kan? Tapi selama itu tangannya bersuhu 20 derajat.

Waktu ditanya sih katanya memang setelah bekerja sekian tahun menjadi pembuat sushi, otomatis badannya menyesuaikan dengan pekerjaannya. Tangan dingin ini amat menunjang “kesegaran” sushi yang dibuatnya. Sushi dengan topping ikan mentah akan berkurang kesegarannya jika tangan yang mengepalkannya panas. Bahkan menjadi cepat busuk. Jadi ternyata tangan dingin itu memang perlu dan menguntungkan.

Nah, kalau dilihat dari judul posting kali ini, tangan dan dingin sudah aku bahas. Sayuri-chan (sayuri adalah nama anak perempuan umum di Jepang)  nya mana? Sebetulnya bukan sayuri-chan, tapi sayur. Tapi dalam mengajarkan bahasa Indonesia, untuk mempermudah orang Jepang menghafal, biasanya saya memperkenalkan kalimat yang menunjukkan kemiripan seperti : “Sayuri-chan wa yasai ga suki (terjemahannya Sayuri chan suka sayur)” Sayur = yasai. Ingat saja sayuri chan kalau mau mengatakan sayur dalam bahasa Indonesia.

Jadi deh judul posting hari ini: “Tangan Sayuri-chan Dingin”… meskipun perlu diketahui bahwa pembuat sushi tidak ada yang perempuan! heheheh (ada jenis pekerjaan tertentu di Jepang yang tidak bisa menerima perempuan…. seperti tidak ada pastor perempuan di agama Roma-katolik)

Dan ketika kubuka jendela pagi ini, salju menutupi atap rumah. Salju di bulan April? setelah 41 tahun, baru kali ini terjadi winter berkepanjangan begini. Foto dari teras apartemen kami

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

Joyo Kanji

15 Apr

Tanggal 13 April yang lalu, Komite Masalah Budaya (Cultural Affairs Council) dari Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology Jepang mengumumkan  penghapusan 5 kanji dalam bahasa Jepang yang sudah tidak dipakai lagi, alias sudah mati, dan penambahan 196 kanji baru sebagai Joyo Kanji  sehingga menjadi 2136 kanji (dari 1945 dulunya) yang wajib diketahui warga Jepang.

Joyo Kanji 常用漢字 adalah kanji pilihan yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari dalam berbahasa Jepang, misalnya dalam siaran, surat kabar dan surat-surat resmi. Jadi boleh dikatakan bahwa jika ingin bisa membaca surat kabar Jepang wajib mengetahui semua kanji yang terdapat dalam daftar Joyo Kanji. Well, 2136 kanji dari sekian banyak kanji yang ada (tidak ada yang bisa mengatakan persis berapa banyak sebetulnya jumlah kanji Jepang itu… mungkin bisa diperkirakan 10.000 lebih) , semestinya bisa menjadi standar pengetahuan minimal.

Yang menarik sebetulnya adalah melihat kanji “baru” yang masuk kedalam daftar. Selain dari kanji yang banyak menempel pada nama perfektur di Jepang, ada kanji “UTSU” 鬱 yang amat rumit ditulis tangan.  Utsu adalah nama penyakit stress yang sekarang banyak “diderita” masyarakat Jepang. Penyakit modern tapi tidak bisa diabaikan karena penyakit baru ini mulai mengganggu masyarakat. Contohnya seorang penderita utsu tidak mau mandi dan keramas untuk beberapa waktu, hidup dalam kekosongan jiwa. Tidak mau beraktifitas pergi ke kantor dsb nya dan kadang utsu ini juga memicu perasaan untuk bunuh diri.

Ada satu kanji yang sebetulnya diajukan oleh pemerintah daerah Mitaka yaitu TAKA 鷹 yang berarti elang, tapi tidak lolos seleksi untuk masuk dalam list Joyo Kanji. Saya bukan warga Mitaka, tapi cukup heran dan menyayangkan juga kenapa kanji ini tidak masuk daftar, karena selama saya tinggal di sini 17 tahun, cukup sering harus menuliskan kanji ini. Kebetulan dulu saya tinggal di jalan yang bernama takaban 鷹番 jadi kenyang deh menulis kanji Taka di berbagai formulir heheheh.

Saya tidak tahu apakah Joyo Kanji baru ini juga menjadi standar untuk penguasaan peserta ujian Kemampuan Bahasa Jepang yang baru. Mulai tahun ini Ujian Kemampuan Bahasa Jepang JPLT berubah dari yang selama ini saya ketahui (dan pernah ikuti). Dulu hanya 4 tingkat, sekarang menjadi 5 tingkat. Bagi yang memerlukan informasi JPLT yang baru bisa juga melihat penjelasannya di website The Japanese-Language Proficiency Test (JLPT).

Yang pasti saya bertekad membantu anak saya, Riku belajar Kanji yang semakin sulit di kelas dua SD. Kemarin siang ,saya mengikuti pertemuan orang tua murid dengan pihak sekolah mengenai target pendidikan kelas dua SD selama satu tahun ajaran (April 2010-Maret 2011), dan mengetahui bahwa Riku dalam setahun ini harus mempelajari 160 kanji, yang jumlahnya berlipat dari waktu kelas satu yang hanya 80 kanji. Bukan saja jumlah yang ditakuti, tapi kerumitan penulisan juga cukup mengagetkan. Kerumitan penulisan kanji biasanya ditentukan dengan banyaknya “stroke” – satu kali kuas/bolpen bergerak bisa berupa garis atau titik. Semakin banyak “stroke” nya semakin rumit, karena jika kurang atau salah sedikit saja, kanji itu tidak bisa dibaca.

Sebagai penutup, saya akan tuliskan dua kanji yang hari ini menjadi PR untuk Riku yaitu:

HARU 春 (musim semi)  dan KAZE 風 (angin).

春風に吹かれて tertiup angin musim semi..... kelopak bunga sakura berjatuhan

Cacingan

14 Apr

Pernah mengidap cacingan? Kalau dulu waktu kecil aku pernah kuruuuus banget (please! jangan tertawa!!!!) dan oleh ibuku dibilang bahwa aku nagaan, bukan cacingan hehehe. Abis keterlaluan sih kurusnya. Memang cacingan adalah penyakit yang biasa terdapat di kalangan anak-anak dan mudah menular. Cuma aku pikir sekarang mungkin jarang terdengar di kalangan anak Jakarta ya? atau masih? perasaan anak Jakarta kan makmur-makmur dan tidak main tanah seperti dulu.

Tadinya aku heran, kok di Jepang negara canggih begini masih ada penyakit cacingan. Soalnya setiap menjelang musim panas, di penitipan dan sekolah pasti diadakan pemeriksaan “cacingan” ini. Rupanya karena mudah menular di kalangan anak-anak,sekolah dan pemerintah daerah mengadakan pemeriksaan lab cacingan secara gratis. Caranya? Dengan membagikan selotip (pin-tape ピンテープ)untuk setiap anak. Karena cacing itu biasanya bertelur malam hari pada waktu kita tidur, dan meninggalkan telurnya di sekeliling anus, maka begitu bangun pagi kita harus mengambil sampel di selotip. Dengan menempelkan selotip pada lubang anus, dan ini dilakukan dua hari berturut. Waktu bayi dan balita, sama sekali tidak masalah. Tapi kalau sudah segede Riku, dia juga merasa “dilecehkan” hihihi.

pin tape, selotip untuk mengambil sampel telur cacing dengan menempelkan di sekitar anus

Pemeriksaan wajib ini penting karena memasuki musim panas, di penitipan pre-school atau di SD ada berbagai kegiatan yang membuat anak-anak berinteraksi dengan alam, dan memudahkan penularan. Kegiatan menanam sayuran di kebun sekolah, bermain tanah, bermain air, berenang, menggali kentang dan kacang tanah, dan panenan lain, berbagai kegiatan di luar kelas. Musim panas di sekolah Jepang = alam! Karena itu penting sekali sebelumnya diadakan pemeriksaan, sehingga jika positif cacingan bisa disembuhkan sebelum mengikuti kegiatan di sekolah. Kai pernah terlambat  mengikuti pemeriksaan cacingan ini. Biasanya diadakan kolektif per sekolah (gratis dari pemda), tapi karena terlambat, aku terpaksa minta pemeriksaan khusus di rumah sakit terdekat. Untung meskipun minta khusus tetap gratis, karena di kelurahan Nerima, kesehatan dan pengobatan anak di bawah 12 tahun semua gratis…tis…. tis……. (Di kelurahan lain mungkin cuma sampai usia 6 tahun saja, karena Nerima terkenal tunjangan anaknya bagus. Karena itu pula aku enggan pindah dari sini). Di Indonesia ada ngga ya pemeriksaan kolektif gini (salah ngga ya nanya gini? hihihi)

Well, Imelda yang dulu nagaan memang sudah menjadi “naga” itu sendiri, tak ada bekas-bekas bahwa dia itu dulu kuruuuuussss sekali hihihi.

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

Sepeda Sehat

12 Apr

Akhir-akhir ini aku sering melihat foto-foto kegiatan tiga sahabatku Katon Bagaskara,  teman SMA Ira Wibowo dan teman SDku HDK bersepeda bersama di Jakarta dengan istilah “GOWES”. Kupikir istilah baru yang menyebar di Jakarta, misal dari bahasa Inggris go west, pergi ke barat hehehe. Tapi ternyata setelah tanya penulis yang juga editor, DM, aku tahu bahwa gowes itu dari bahasa Jawa yang artinya “mengayuh”. Hmmm bagus juga jika gowes dibakukan menggantikan “cycling” nya bahasa Inggris atau kata “bersepeda sehat” yang terlalu panjang.

Berlainan dengan blogger sahabat saya mas NH18 yang hobi  bersepeda di akhir minggu sendirian, aku malah bersepeda sebagai kendaraan sehari-hari. Kecuali jika hujan! Kalau dulu sempat aku mempunyai “perpanjangan tangan” yaitu alat yang dipasang di stang depan sepeda untuk memegang payung (dan sudah 3 kali beli karena rusak), sekarang jika hujan aku lebih baik naik bus. Dulu maksa pergi naik sepeda waktu hujan karena aku banyak bekerja pagi dan tidak  bisa terlambat, sekarang masih bisa ditolerir. Naik bus jika hujan yang tadinya hanya makan waktu 10 menit, bisa menjadi 30-40 menit soalnya. Dan tentu saja memikirkan kondisi anak yang mesti aku bawa serta. Kalau dulu Riku penurut sehingga mau saja pergi pada waktunya. Sekarang aku memakai bus sebagai “rayuan” untuk Kai supaya mau pergi ke penitipan.

Dari tempat parkir sepeda, kami menuruni tangga dan mengelilingi kolam Sanpouji di atas jalur deck kayu yang tersedia.

Nah, hari Minggu kemarin cerah dan …panas! (mungkin sekitar 23 derajat) Setelah seminggu terlalu lama di dalam ruangan, dan Gen yang selalu pulang jam 12-2 pagi, akhirnya pada jam 2 siang kami memutuskan untuk bersepeda bersama mencari sisa-sisa sakura ke arah Taman Shakujii (shakujii koen 石神井公園). Sebuah taman seluas 200ribu m2 yang bisa dicapai dengan bersepeda 15-20 menit. Aku memboncengkan Kai di belakang, Riku dengan sepeda barunya, dan Gen sebagai kepala rombongan, tiga sepeda beriringan melewati jalan tikus menuju taman. Sambil melihat sisa-sisa bunga sakura yang sudah bercampur daun, kami juga rumah-rumah di sekitar taman yang begitu besar (untuk ukuran Jepang loh) dan asri…pasti orang kaya deh.

Pemandangan dari tepi kolam

Kami memarkirkan sepeda di luar taman dan berjalan kaki memotong taman mengikuti jalur “walking” berupa deck kayu di sekeliling “Kolam Sanpouji” 三宝寺池. Senangnya melihat deck kayu ini, karena amat berguna untuk mereka yang memakai baby car atau kursi roda/lansia yang berjalan dengan bantuan tongkat. Banyak sekali pengunjung taman hari ini. Aku yakin banyak warga Nerima yang memutuskan untuk melewatkan hari cerah ini di luar. Dan Taman Shakujii menjadi pilihan. Kami bisa menikmati pemandangan kolam, pepohonan, burung dengan gratis!

Angsa, ikan koi, Riku dan Kai di Kolam Sanpouji

Sambil berjalan, sesekali kami berhenti melihat kolam. Kai yang berjalan terus sendiri (kuat juga tuh anak) senang sekali melihat bebek, angsa, burung dan ikan KOI yang besar-besar di kolam. Tidak jarang aku melihat orang-orang dengan kamera DSLR yang canggih memotret kelakuan hewan-hewan itu. Ngiler… pengen beli juga…. hihihi. Bahkan ada di suatu tempat yang sepertinya sudah diketahui sebagai tempat berkunjungnya burung langka, berkumpul 3-4 pemotret dengan lensa tele sebesar lobak ada kali 50 cm tuh… berat nian pasti! Khusus Bird watching!

Bapak-bapak berkumpul melihat permainan shogi (catur tradisional Jepang) di taman

Sementara di beberapa bagian di sisi deck “walking” itu terdapat meja yang dipenuhi bapak-bapak. Kalau di Indonesia pasti main gaplek, tapi di sini main Shogi 将棋, sejenis catur tradisional Jepang. Aku sendiri bisa bermain catur (ngga jago sih) tapi belum pernah bermain shogi, padahal katanya sih rule permainannya tidak begitu berbeda.

Kai hanya bisa bermain di bawah jungle gym

Kami berjalan lagi dan menemukan athletic jungle gym (tempat memanjat, bergantungan, perosotan dsb, dan jungle gym sendiri ternyata awalnya merupakan merek alat tersebut). Banyak anak memanfaatkan tempat ini, termasuk Riku (padahal di situ tertulis untuk 10 th ke atas heheheh). Sedangkan Kai yang masih terlalu kecil untuk ikut memanjat-manjat, menunggu giliran untuk menaikin anjing-anjingan. Aduuuh ini anak, dia maunya duduk di kursi paling depan, dan bersikeras terus menunggu. Hmmm benar-benar keras kepala, jadi ngeri kalau ngebayangin dia jadi “atasan”, targetnya harus bisa tercapai. Kai mirip tante Titin nih! Aku? aku keras kepala juga sih tapi tidak seteguh Kai hehehe.

Kai terus menunggu giliran untuk bisa di bagian depan anjing-anjingan ini

Kemudian kami berjalan lagi memotong taman keluar di jalan besar. Kami kemudian mampir di gedung baru, semacam museum kebudayaan wilayah Nerima. Bangunan mewah ini didirikan dari pajak daerah, dan memamerkan sejarah daerah Nerima. Daerah ini sejak dulu terkenal sebagai penghasil daikon (lobak) yang dikeringkan. Lobak nya besar dan panjang-panjang. Di lantai dua, kami bisa melihat proses pembuatan lobak, selain dari artifak yang ditemukan di Nerima.


Yang menarik di sini juga ada visualisasi sudut kota/perumahan orang Jepang jaman dulu, jadul deh… Tapi beberapa cukup membangkitkan kenangan aku pribadi. Suasana jadul seperti ini dulu masih sering aku jumpai di rumah alm. opa Bogor (kami selalu memanggil papanya mama ini dengan opa bogor, karena tinggal di bogor). Kalau mesin jahit singer dan seterika begitu mah, di rumah Jakarta juga masih ada hehehe. Ya dipikir-pikir untuk angkatannya Riku nanti, mungkin keyboard komputer, handphone sekarang yang canggih-canggih akan menjadi fosil kalau dia dewasa ya? hehehe.

Telepon umum jadul, masih sistem putar tuh. Padahal yang lebih jadul yang ada engkolnya yah

Dari sini, kami pergi ke halaman museum, tempat sebuah rumah tradisional milik  “orang kaya” di Nerima berada. Kalah jauh dengan rumah tradisional di Yokohama, tapi di sini bagusnya dikasih lihat struktur pembuatan atap yang canggih. Di dekat situ juga terdapat situs bekas rumah jaman Jomon, sekitar 5000 tahun yang lalu.

Hari mulai mendung, jadi kami bergegas kembali menyusuri jalan yang sama menuju tempat kami parkir sepeda. Karena kami belum makan siang sejak brunch jam 11, kami mencari toko ramen (mie jepang) yang masih buka. Ternyata  kebanyakan toko ramen tutup sesudah jam 4 sore, untuk kembali beroperasi pukul 6 sore. Salah satu alternatif lain adalah makan okonomiyaki dekat rumah. Ternyata di sini juga tutup, dan baru buka jam 5:30. Tadinya kami ditanya oleh petugas rumah makan itu apakah mau di reserve tempat untuk kami jam 5:30. Tapi Kai tidur di boncengan jadi kasihan juga untuk menunggu satu jam sampai toko itu buka, jadi kami memutuskan untuk pulang tanpa reserve.

Sekitar jam 6:30 Kai terbangun, dan acara televisi kesukaan Riku sudah selesai (Shoten dan Chibi Maruko) sehingga kami langsung naik sepeda lagi ke resto okonomiyaki tadi. Rumah makan ini menjual okonomiyaki khas daerah Hiroshima, yang berbeda dengan Okonomiyaki Tokyo. Okonomiyakinya tidak tebal, tapi tipis, mirip crepe dan di tengahnya berisi soba/udon goreng. Di atas crepe itu dibubuhkan serbuk ganggang laut dan saus okonomiyaki (seperti saus bulldog/inggris tapi lebih kental dan hitam…. hmmm kalau bagi orang Indonesia mirip kecap manis deh) dan mayoneis. Kai juga senang makan ini, karena dia hobi banget makan soba/ segala yang seperti mie.

Okonomiyaki ala hiroshima, mie goreng diapit telur dadar. Tumben imelda minum air putih ya.... hihihi

Akhirnya sekitar jam 7:30 kami pulang ke rumah karena mulai rintik. Bersepeda dalam keadaan kenyang juga merupakan siksaan bagiku hihihi.Mungkin yang paling bugar saat itu hanya Kai, karena sempat tidur. Jam 8:30 kami semua sudah dalam tempat tidur, mendongeng dan ZzZzZZzzzzz.

Dan mau tahu doaku malam ini?  “semoga bersepeda sehat dan jalan-jalan hari ini bisa menurunkan (sedikit) berat badanku… AMIN” (hihihi)

Orang Jepang Suka Pameran

9 Apr

Ya aku setuju dengan pernyataan itu. Bukan MAMER diri sendiri loh, tapi maksudnya pergi melihat pameran di museum-museum atau galeri seni.

Surat kabar The Art Newspaper versi online yang berkantor di London Inggris menyatakan bahwa orang Jepang adalah pecinta pameran sedunia. Mengapa? Dari seluruh pameran yang diadakan di seluruh dunia selama tahun 2009, jika dilihat berdasarkan jumlah pengunjungnya per hari, maka Jepang menduduki 4 ranking teratas di dunia.

Ranking satu  adalah pameran “Warisan Negara patung  ASHURA”  di Tokyo National Museum yang menyerap pengunjung sebanyak 15.960 orang rata-rata satu hari pameran. Yang kedua adalah pameran “Shosoin” di Nara National Museum dengan pengunjung sebanyak 14.965 orang/hari. Pameran “Permata Kekaisaran ” yang juga diadakan di Tokyo National Museum dengan pengunjung sebanyak 9473 orang/hari. Dan rangking kelima adalah pameran “Lukisan Eropa abad 17 dari Mouseum Louvre” yang diadakan di National Museum of Western Art, Tokyo, yang pengunjungnya 9267 orang/hari. Yang kelima di mana? Di Musee du quai Branly,Paris yang menyelenggarakan pameran foto dengan pengunjung per harinya 7868 orang.

Pamflet/poster pameran Ashura di Tokyo National Museum

Dikatakan oleh surat kabar tersebut bahwa kecintaan orang Jepang terhadap seni dan pameran tidak mengenal resesi. Hmmm mungkin benar juga, karena sebetulnya harga karcis masuk melihat pameran-pameran itu cukup mahal (menurut aku sih). Misalnya untuk melihat pameran Ashura itu untuk orang dewasa 1300 yen, mahasiswa 1000 yen, SMA 800 yen (bisa makan bento 2 kali tuh), SD/SMP 600 yen. Tapi mereka mau menyisihkan uang untuk mendatangi pameran itu!

Dulu, waktu masih single, aku kadang pergi ke museum, terutama untuk melihat pameran pelukis-pelukis “Impressionis”, tapi kalau sekarang mungkin pikir-pikir dulu. Kecuali kalau mendapat karcis gratis/potongan harga. Nah, biasanya kami yang berlangganan surat kabar tertentu suka mendapat potongan harga atau malahan karcis gratis pameran kesenian begitu yang disponsori oleh surat kabar tersebut. Sebagai salah satu cara promosi penjualan surat kabar kepada pelanggan, mereka membagikan karcis-karcis pameran kesenian atau pertandingan olahraga. Seperti beberapa waktu yang lalu aku mendapat karcis gratis untuk melihat Art Fair Tokyo yang diselenggarakan awal April  untuk 2 orang dari surat kabar langganan kami. Selain itu kami masih mempunyai (diberikan) beberapa karcis pameran “mamalia” dan potongan harga untuk masuk ke kebun binatang.

Karcis pameran gratis Tokyo Art Fair

Yah, bagi orang Indonesia (baca Jakarta) sekarang mungkin tujuan rekreasi akhir minggu adalah mal, tapi di Jepang? Mal bukanlah tujuan rekreasi. Pameran, Museum, Taman, Pertandingan olahraga, lebih menarik dari pada melihat orang-orang dan barang-barang dalam gedung tertutup. Ada yang memang harus mengeluarkan uang, tapi banyak pula kesempatan untuk mendapatkan karcis masuknya secara gratis, atau pelaksanaan pameran itu sendiri tidak dipungut biaya.

Mungkin kecintaan orang Jepang terhadap seni juga membawa mereka maju seperti sekarang ya? who knows….

Buku Pelajaran

7 Apr

Hari kedua Riku ke sekolah. Hanya 4 jam pelajaran, sehingga tidak makan siang di sekolah. Makan bersama di sekolah (kyuushoku 給食) baru mulai besok tanggal 8 April. Hari ini masih mengulang pelajaran yang lalu, dan hari ini dibagikan buku pelajaran dari sekolah. Mata pelajarannya: Berhitung, Bahasa (Jepang), Musik, Kanji. Buku pelajaran utama ini adalah buku wajib yang diterbitkan oleh pemerintah dan dipakai di seluruh Jepang, dan gratis dibagikan ke semua murid. Tahunya dengan melihat bagian belakang buku, tercantum 0000E.

tanda harga buku di bawah ISBN. Semua buku tercetak harganya di bagian belakang

Pernah Riku kehilangan salah satu buku, dan waktu aku mau pesan ke gurunya malahan susah. Karena tidak dijual bebas dan gratis, prosedurnya sulit dan kami tidak tahu harus membayar berapa. Jadi oleh gurunya, karena semester sudah hampir habis, tidak usah membeli baru, lihat bersama buku teman saja (untung hanya buku prakarya).

Buku pelajaran kelas 2 SD, kecuali 2 buku latihan (yang paling kanan) semuanya gratis dibagikan pemerintah

Selain buku wajib, ada beberapa buku latihan dan buku tulis yang memang harus kita bayar. Sekolah yang membelikan, kami hanya memberikan uangnya lewat gurunya. Kebanyakan memang buku/bahan prakarya yang dipakai di sekolah akan dibelikan pihak sekolah, sehingga kami tidak perlu repot-repot mencari yang sama. Buku tulis saja, jika habis kami harus membeli sendiri. Dan buku tulis ini juga seragam semua. Biasanya sudah dibedakan untuk keperluan mata pelajaran apa dan kelas berapa. Jadi tinggal cari di toko buku, dan seragam semua. Buku tulis itu dari perusahaan Showa Note yang juga termasuk anggota Bellmark. Untuk itu perlu menuliskan nama di setiap buku dan peralatan murid. Dan itu tugas mamanya deh. Termasuk juga menulis nama di baju olah raga, kotak alat tulis yang seragam  (bukan kotak pensil tapi kotak A4 yang berisi gunting, selotip, kertas origami, lilin, crayon, craypas, dan alat lain yang diperlukan sehingga tidak usah bawa-bawa setiap hari) dan yang terakhir adalah 2 helai LAP yang satu helai dipakai untuk membersihkan meja/lemari loker dan satunya mengepel lantai.

Buku tulis untuk latihan Kanji

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

The Princess and The Frog

6 Apr
The Princess and The Frog

Kemarin malam Kai memintaku untuk membacakan cerita “The Princess and The Frog” dari Disney yang diterjemahkan menjadi “Purinsesu to Mahou no kisu” プリンセスと魔法のキス sebelum tidur. Di sebelahku Riku sudah terlebih dahulu tidur. Anak itu paling mudah untuk tidur, begitu kepala menyentuh bantal… ZzzZZzz deh. Jadi aku mendongengkan Kai. Di situ aku tanya pada Kai,
“Kai tahu princess  artinya apa?”
“Ngga tau”
“Princess itu anak perempuan dari Raja (Oosama – ini dia sudah tahu).
Kalau anak laki-laki itu disebut Prince. Untuk Mama, Kai adalah Prince”
“Ihhh ngga mau…”
“Kenapa ngga mau? Riku juga prince. Jadi mama punya dua prince”
“eeeeee?? Riku prince?”
“Iya, Kai juga prince. Mau?”
” un (ya)”
” Kai prince…”
“Mama princess…” Duh aku kaget sekali… kok dia langsung tahu penggunaan kata princess.
“Waaah mama princess? Makasih Kai” Lalu aku cium Kai.
dan tahu reaksi dia? “Kero kero…(suara kodok)” … Ya ampun dia tahu bahwa prince itu menjadi kodok.

Saking gembiranya aku juga bilang pada Kai, “Mama princess cium prince jadi mama kodok yaaa (dalam cerita ini si prince tidak berubah menjadi manusia, malahan si princessnya jadi kodok juga)”
“kero-kero….Hahaha…” kami berdua tertawa…
Dan tadi pagi dia meloncat-loncat seperti kodok waktu aku panggil dia Kai prince.

Ada banyak kejadian yang menunjukkan Kai tiba saatnya untuk mengekspresikan semua yang dia tahu, semua yang selama ini dia lihat tapi belum bisa keluar dalam bentuk kata-kata. Dan aku berusaha menikmati perubahan ini.

Dan hari ini kedua prince ku pergi ke “sekolah”. Riku memulai hari pertamanya sebagai murid kelas dua SD. Dan dalam upacara penerimaan murid baru (kelas 1), dia harus mengucapkan kata sambutan pertama sebagai wakil kelas dua. Pendek memang, hanya mengucapkan “Adik-adik kelas satu…” kemudian akan dilanjutkan oleh murid lain. Tapi sebagai pemula, dia harus berbicara dengan lantang, supaya keseluruhannya dapat berjalan dengan baik.

Tadi dia pulang dan mengatakan bahwa dia dipuji oleh gurunya, karena berhasil berbicara dengan suara lantang.
“Tadi grogi?”
“Sedikit sih… tapi ngga papa tuh” (sasuga mama no ko – anak mama sih, jadi tidak grogian hehehe)

Selain memberikan sambutan kepada kelas satu, murid-murid kelas dua juga mempertunjukkan permainan harmonika sebagai penyambutan kepada kelas satu. Aku jadi teringat peristiwa satu tahun yang lalu. Saat itu Riku yang menjadi murid kelas satu, dan disambut oleh kakak kelasnya. Tadi juga waktu aku mengantar Kai ke penitipan sempat melihat ibu-ibu bersama anak-anak mereka yang baru masuk SD memakai kimono atau jas. Wah, satu tahun sudah berlalu sejak saat itu, dan Riku sekarang sudah kelas dua. Sudah menjadi kakak kelas, yang juga diberikan tanggung jawab untuk membimbing adik-adik kelasnya. (Aku senang dengan sistem SD di sini yang memberlakukan sistem mentoring, membimbing adik kelas sehingga mereka menjadi bertanggung jawab.)

Kai juga sudah menjadi “kakak kelas” , meskipun dia baru 2,5 tahun. Sebelumnya di penitipan (hoikuen– 保育園)dia masuk kelompok usagi (kelinci) yang diperuntukkan bagi anak-anak berumur 1-2 tahun. (Di bawahnya ada kelas hiyoko (anak ayam) yang diperuntukkan bagi anak berusia di bawah 1 tahun. Mulai tanggal 1 April Kai menjadi anggota kelompok zoo (gajah) yaitu untuk anak berusia 3 tahun ke atas (sampai dengan sebelum 6 tahun, usia masuk SD). Banyak orang tua yang keduanya bekerja, tidak memasukkan anak-anak mereka ke TK, karena jam belajar TK hanya sampai jam 2 atau kalaupun ada perpanjangan hanya sampai jam 5. Sedangkan kalau di penitipan bisa sampai jam 8 malam. Dulu akupun sebetulnya ingin agar Riku tetap di penitipan sampai usia SD, supaya aku bisa bekerja terus. Tapi karena Gen ingin anak-anaknya mengecap pendidikan di TK, jadi aku yang mengalah dan berhenti kerja malam (yang sebetulnya lebih banyak pekerjaan  mengajar di malam hari, hampir setiap hari biasa), dan memasukkan Riku ke TK waktu dia berusia 4 tahun.

TK di Jepang terdiri dari 3 tingkat, kelas nenshou 年少, anak berusia 3 tahun, kelas nenchuu 年中 mereka berusia 4 tahun dan nenchou 年長 yang berusia 5 tahun. Jadi Riku masuk dari pertengahan, di kelas nenchuu. Sedangkan Kai kami ingin memasukkan dia sejak dari nenshou, bulan April tahun depan. Memang lain ya mendidik anak kedua dengan anak pertama. Kelihatannya anak kedua lebih cepat pintar dan cepat beradaptasi, karena mengamati dan meniru kakaknya. Tadi pagi juga begitu aku bilang bahwa Kakak Riku sudah pergi ke sekolah, Kai juga ditunggu sensei… dia mau pergi ke penitipan meskipun dengan enggan. Jangan kalau dia tahu Riku ada di rumah, pasti tidak mau pergi dari rumah.

Well, mulai hari ini kesibukan di rumah kami pun mulai, meskipun aku sendiri baru mulai mengajar tanggal 16 April nanti. Itu sebagai Mama sensei… tapi “Mama Princess” nya Kai kerjanya sebagai upik abu setiap hari 24/7, tanpa libur. (Eh tapi mulai hari ini aku bisa bernafas lega sedikit waktu membersihkan rumah tidak ada dua unyil yang mengganggu. Dan bisa konsentrasi nulis deh seperti hari ini)

Princess and her prince

Taman Ria

5 Apr

Tahu Taman Ria kan? Bukan tamannya si Ria sih…. Dulu di Jakarta aku tinggal dekat dengan Taman Ria Senayan, tapi sekalipun aku belum pernah bermain ke sana. Aku justru pergi ke sana, ke sebuah cafe yang saya lupa apa namanya, sekitar 5 tahun yang lalu. Aku juga tidak perhatikan apakah tempat itu sekarang masih menjadi tempat bermain dan rekreasi untuk anak-anak atau tidak.

kalau musim panas mau ke water park ini

Hari Kamis tgl 1 April yang lalu aku pergi ke “Taman Ria” dekat rumahku di Nerima. Tidak sampai 30 menit naik kereta (termasuk ganti kereta), aku dan Riku sudah sampai di TOSHIMAEN amusement park. Sengaja aku tidak mengajak Kai, karena sudah tahu dia pasti tidak boleh ikut bermain di wahana yang ada. Dia pasti akan berteriak-teriak “tidak adil” dan gigit jari melihat kakaknya saja yang bermain. Dan amat sangat sulit mengendalikan dia di tengah keramaian. Jadi hari itu hari kencan (lagi) untuk Riku bersama mamanya.

senang lihat senyumnya

Begitu turun di stasiun Toshima-en, kami disambut oleh pohon sakura yang bermekaran. Amat indah. Pengunjung taman rekreasi tidak begitu banyak sehingga tidak perlu lama antri untuk naik wahana. Dan kebanyakan adalah ibu-ibu bersama anak-anak mereka. Banyak pula yang berkelompok. Satu grup anak sekitar 8-10 orang, dan 2 ibu yang bertindak sebagai “pendamping” jadi hanya 2 ibu ini saja yang ikut naik “wahana”. Hmmm aku melihat ini sambil berpikir… khas orang Jepang, penuh perhitungan ngga mau “rugi” . Misalnya dalam kelompok itu ada 4-5 ibu, mereka membeli karcis bermain untuk anak-anak seharga 2.900 yen, mereka hanya membeli karcis dewasa seharga 3.900 yen untuk 2 orang yang nantinya dibagi pembayarannya sehingga tidak perlu membeli masing-masing. Karcis dipakai untuk mereka yang menemani anak-anak naik wahana. Toh di karcis itu tidak tercantum nama. Pintar (dan tidak curang karena toh membayar a.k.a tidak gratis). Soalnya aku merasa rugi banget membeli karcis dewasa 3.900 yen padahal aku tidak naik wahana (paling hanya terpakai 2 kali). Aku kebanyakan menunggu di luar sambil memotret Riku, yang memang sudah berani untuk naik sendiri (kecuali jetcoaster yang besar).

meski cuma 5 meter, kalau di naik-turunkan pasti juga mual. aku sih ogah...

Untung begitu kami masuk, Riku langsung mencoba beberapa wahana yang berada di luar, karena mulai pukul 2 siang angin kencang mulai bertiup dan beberapa wahana ditutup. Betapa senangnya aku melihat mukanya yang antusias dan happy begitu. Dia sendiri yang menentukan mau naik apa, dan mamanya cuma ikutin dari belakang (dan keluarin duit lagi karena ada beberapa permainan tidak termasuk dalam karcis terusan) . Seperti wahana bermain dengan  binatang, perlu membayar 500 yen terpisah. Karena kami tinggal di apartemen tidak bisa memelihara binatang, sehingga kesempatan berinteraksi dengan binatang sangat sedikit. Mungkin kalau binatang kecil seperti hampster dan burung parkit bisa saja kami pelihara, tapi…. aku yang tidak mau, karena BAU! hihihi (Jadi ingat ada teman aku yang anaknya pelihara kumbang kelapa, ular dan KALAJENGKING… anak perempuan lagi hhihihihi)

Riku memegang hiyoko atau anak ayam

Yang disayangkan Riku belum bisa naik gokart, karena tingginya belum 130 cm. Di sini petugas ketat sekali mengukur tinggi badan anak-anak. Meskipun kurang cuma 1 cm, tidak diperbolehkan. Terpaksa harus puas naik yang lain. (Untung juga sih, karena aku mencuri dengar mengemudi gokart itu cukup sulit. Banyak yang akhirnya terdiam di tengah-tengah arena.

menyetir mobil klasik

Satu lagi yang aku lihat bagus di dalam taman ini adalah sebuah tempat pertemuan yang bisa disewa, persis berada di bawah rindangnya pohon sakura. Wahhh sakuranya di sini benar-benar bagus kalau mekar semua. Ya memang karena tempatnya bagus sih maka dibuat sebagai tempat pertemuan, enkaijou 宴会場.

Pohon sakura yang rimbun. Kalau sore/malam banyak orang berkumpul di sini untuk mengadakan hanami/pesta minum-minum

Akhirnya kami pulang pukul 4 lewat karena harus menjemput Kai di penitipan, dan saat itu badai angin mulai membesar (sampai dengan Jumat malam), sehingga kami harus bersusah payah mengayuh sepeda pulang.

sakura sepanjang sungai di pintu masuk Toshimaen. Kami pulang dengan membawa keindahan ini dalam hati kami.

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

LAPORAN

1 Apr

Siapa sih yang hobi dan  suka disuruh buat laporan? Duuuh sebisanya pembuatan laporan diundur-undur sampai batas waktu terakhir (dan sepertinya status di FB marak dengan kegiatan membuat dan menyerahkan laporan pajak sampai hari-hari terakhir bulan Maret)

Kemarin Gen baru sampai rumah pukul 00:30 dini hari. Aku memang sudah tahu pasti dia pulang setelah hari berganti menjadi tanggal 1 April. Kantor Jepang memang selalu sibuk di bulan Maret dengan segala macam laporan. Dan untunglah laporan yang bejibun itu bisa selesai pada waktunya. Apalagi dia pulang membawa sebungkus kue dari seorang rekan kerja kontrakan untuk salah satu proyek yang dia tangani berikut surat di dalamnya. Katanya dia sangat mengerti betapa beratnya tugas Gen dalam mengurus begitu banyak kegiatan. Wajah capek selama sebulan bisa terhibur sedikit dengan surat itu, meskipun masih terlihat kekhawatiran dalam mengemban tugas baru yang dimulai  tanggal 1 April 2010.

Tanggal satu April memang merupakan awal yang baru, A New Beginning dalam kehidupan di Jepang, yang disambut dengan semangat baru. Meskipun pada bulan Maretnya merupakan bulan tersulit, yang membuat semua jungkir balik (termasuk saya yang musti mengurus anak liburan kenaikan kelas)… dan bulan yang penuh stress. Biasanya di pertengahan bulan Maret, pegawai diberitahukan mutasi, pindah ke bagian mana dan bulan terakhir untuk yang pensiun/berhenti. Karena itu tidaklah heran jika di bulan Maret banyak kejadian bunuh diri. Menurut Departemen Dalam Negeri dan Departemen Kesehatan dan Perburuhan Jepang, dilihat dari statistik tahun 2004-2008 tanggal 1 Maret rata-rata 138 orang yang bunuh diri 2,5 kali nya tanggal 30 Desember yang “hanya” 55,2 orang. Dan kalau dilihat dari harinya, yang paling banyak “korban” nya adalah hari Senin rata-rata 92,8 orang dan tersedikit hari Sabtu 70,7 orang. Aneh-aneh aja kalau dipikir bahwa sampai kementrian mengadakan analisa jumlah/hari apa/tgl berapa orang Jepang bunuh diri. Tapi masalah bunuh diri memang masalah yang cukup kritis di Jepang.

自殺者が最も多い日は3月1日の138人(04~08年の平均)で、最も少ない12月30日(55・2人)の2・5倍に達することが、過去の自殺の データを用いた内閣府と厚生労働省の分析で分かった。曜日別では月曜が最も多いことなども判明。分析結果は両府省のホームページで公開し、今後の自殺対策 に生かす。内閣府が警察庁の自殺統計データ(09年分など)を、厚労省が人口動態統計調査(04~08年)を集計し、さまざまな分析をし た。

日別の平均自殺者数で2番目に多いのは4月1日の121・4人で、6月1日の118・6人が続く。ワースト10はすべて1日か末日 だった。一方、12月30日に次いで少ないのは12月31日の57人と、12月29日の58人。少ない日は年末年始と旧盆に集中していた。厚労省は「多い日は生活の変わり目であること、少ない日は企業などが休みで活動が低下していることが、それぞれ影響しているのではないか」とみる。月別の1日当たりの平均(04~08年)では3月が最多の91人で、最少は12月の72・9人。曜日別の平均(同)は月曜が92・8人で最多、最少は土曜 の70・7人だった。07~09年の3月に自殺した計8995人でみると、男女比は72対28で、40~60代男性が42%を占めた。ま た、09年の自殺者データで、有職者は3月が最多だが、無職の人では主婦が4月、失業者は5月が最多だった。【佐藤浩】mainichi.jp   2010年3月31日(水)18:00

Loh…loh kok a new beginning tapi laporan jumlah bunuh diri sih? Yah sebetulnya cuma mau memberitahu bahwa bulan Maret memang berat bagi orang yang tinggal di Jepang. Dan sesuai dengan judul posting kali ini LAPORAN, aku mau melaporkan kepada pembaca bahwa blogku Twilight Express (TE) sedang berulang tahun yang ke 2. Ibaratnya bayi, baru bisa berlari dengan terjatuh-jatuh, dan kalau mau naik tangga musti pegangan hihihi. Sayang aku tidak bisa membuat posting seperti ultah pertama yang lalu yang begitu lengkap dan padat. Kali ini aku cuma mau memberikan laporan bahwa TE mengalami kemunduran dari segi performance. Posting ini merupakan posting ke 730, dan waktu aku menuliskan laporan ini sudah ada 11.865 komentar. Dilihat dari perkembangan waktu ultah pertama yang 510 posting, aku cuma berhasil menulis 220 tulisan selama setahun, padahal  niat dan ide menulis seabreg-abreg. Kendala waktu terasa sekali. Tapi memang aku harus bisa mengerem keinginan menulis, jika aku tidak mau anak-anakku telantar (jadi ngiri pada yang lajang hiks…).

Dari data statistik yang aku pasang bulan July 2008 diketahui bahwa pengunjung TE perhari sekitar 700 orang, yang tentu saja naik-turun tergantung ada tidaknya posting baru. Kesinambungan penulisan amat sangat berpengaruh pada jumlah kunjungan, ranking alexa dan pagerank (yang terus terang turun banyak, alexa ranking sekarang 160.000-an dan page rank 3)

statistik TE sejak July 2008

Mengenai pertemanan di blogsphere masih berlanjut, meskipun ada beberapa yang hiatus atau berkurang sekali aktifitas menulisnya. Tapi meskipun jarang berkomentar di blog, hubungan masih terus dijaga, bahkan sampai ke kopdar-kopdar. Yang juga menarik, aku banyak mendapat teman baru yang justru bukan dari kalangan blogger, yang dulunya silent reader tapi kemudian menulis email, atau menghubungi lewat FB (makanya kalau mau di add di FB ku musti tulis bahwa sering baca TE hihihi). Bersyukur ada widget Top komentator, aku bisa mengetahui siapa teman-teman yang paling banyak berkomentar di TE.  Kalau dilihat top komentator sejak TE lahir, 14 orang sahabatku sebagai berikut:

Tapi jika dilihat selama satu tahun yang baru lewat, maka komposisinya berubah menjadi :

Ada banyak nama baru, teman baru yang kebanyakan juga sudah pernah kopi darat waktu aku pulang kampung tahun lalu. ( Aku belum pernah bertemu dengan Ata-chan, Putri , Ade, henny dan Didien… semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu yah). Ada nama yang dulu muncul tapi tidak muncul di daftar tahun ke dua, atau mungkin memang tidak meninggalkan komentar (bahkan kadang komentarnya langsung via chat atau email hehehe). Ini juga menunjukkan bahwa pertemanan memang selalu berubah, dan itu wajar-wajar saja. Karena masing-masing punya kesibukannya sendiri, bahkan setelah bertemu dan berteman, silaturahmi melalui SNS atau SMS/telepon jauh lebih penting daripada membaca blognya. Siapapun Anda, baik yang tercantum dalam daftar di atas atau tidak, yang selalu membaca TE atau hanya sekali-sekali nyangkut ke domain ini karena mendapat info dari paman Gugle atau tante Yahu… aku mengucapkan terima kasih dari lubuk hati. Aku selalu berharap tulisanku ini dapat berguna dan menghibur semua saja, karena tujuanku selain untuk menuliskan catatan harianku, aku bisa memberikan info yang diperlukan mengenai Jepang, negara yang menjadi tempat kediamanku saat ini.

10 judul posting dengan pengunjung terbanyak

Dari sepuluh tulisan yang paling banyak pengunjungnya, tetapi Arti Mimpi menempati urutan teratas. Diikuti Guest Book (biasanya sasaran spam tuh) dan yang ketiga mungkin judul satu-satunya di TE yang pakai kata “bugil” yang langsung menarik pengunjung situs-situs p*rn* (aku selalu menghindari pemakaian kata s*x dan keluarganya secara gamblang, kalaupun ada kuusahakan pakai filter * ). Bagi pembaca TE yang mungkin iseng dan ingin mengaduk-aduk tulisan lama silakan melihat pada page INDEX, karena di situ terdapat daftar 729 posting TE selama ini.

Aku banyak menerima permintaan untuk menuliskan tentang sesuatu, atau pertanyaan dalam komentar, dan aku mohon maaf kalau belum bisa memenuhi dan menjawab semua pertanyaan. Jika mendesak silakan hubungi lewat email, dan aku akan usahakan menjawabnya. Karena keterbatasan waktu jugalah yang membuat aku tidak bisa lagi menjawab semua komentar pada posting. Demikian juga dengan blogwalking, aku minta maaf untuk pengunjung TE yang sudah berkali-kali memberi komentar tapi belum aku sambangi, aku kunjungi… mohon maaf sekali. Bukan sombong, tapi memang tidak ada waktunya.

Demikianlah laporan saya mengenai Twilight Express yang saya buat dengan sejujur-jujurnya. Mohon diterima dengan baik, dan terima kasih atas perhatiannya.

Imelda a.k.a Ikkyu_san

Bunga Sakura yang mekar tanggal 1 April di Toshimaen, Nerima, Tokyo