Kencan

31 Mar

(Ini merupakan postingan ke dua hari ini, setelah Pohon Keramat)

Biasanya pasangan kalau berkencan ke mana sih? Yang aku tahu Bioskop merupakan tempat kencan yang biasanya menjadi tujuan pasangan yang berpacaran. Apalagi kalau fimnya film ngeri…kan bisa “pura-pura” takut lalu menggenggam tangan si pemuda, atau mendekap lengannya hihihi (duh mel, itu jadul…kalo sekarang mungkin udah bebas c**man di bioskop). Aku sendiri waktu masih single dan masih sering diajak date a.k.a kencan biasanya menghindari menonton di bioskop. Baca aja deh di sini, aku dan Gen biasanya kencan di museum atau pameran lukisan hahaha. Meskipun bukan berarti aku tidak pernah pergi berdua dia ke bioskop loh. Kami pernah menonton di Bioskop yaitu film Ponnette, Shall We Dansu dan Nankin no Kirisuto  (yang teringat cuma itu sih).

Kemarin (30 Maret 2010) Tokyo dingin sekali. Pagi Riku mengeluh sakit perut, jadi setelah mengantar Kai ke penitipan jam 9 pagi, kami langsung pergi Rumah Sakit. Oleh dokternya dikatakan mungkin cuma luka di usus, apalagi hari Minggu lalu Riku mengeluh kotorannya berwarna hitam. Jadi disuruh periksa feses, dan minum obat.

Selesai dari RS sudah jam 12 siang. Padahal tadinya kami mau pergi ke tempat  bermain dekat rumah di Toshimaen. Tapi sudah siang begini, selain kami harus kembali pukul 4 sore, angin bertiup kencang dan dingiiin sekali. Karena itu aku mengajak Riku pergi ke Kichijoji untuk pergi ke toko khusus pekerjaan tangan Yuzawaya. Toko ini menjual segala rupa alat dan bahan untuk prakarya, mulai dari kain, benang sampai prakarya membuat beads dan bahan kulit. Paling sedikit aku bisa membelikan Riku Jigsaw Puzzle dan piguranya untuk mengisi liburannya.

Tapi waktu kami sampai di depan toko yang terdiri dari 7 tingkat itu, ternyata toko itu sudah tutup tanggal 28 yang lalu, dan akan dibuka di tempat lain pada tanggal 2 April. Pindah bangunan! Yahhhhhh, aku kecewa sekali.

Persis waktu itu aku melihat di depan toko itu ada bioskop dan memutar 2 film anak-anak, Doraemon dan G-Force. Hmmm mungkin sekarang waktunya aku menemani anakku menonton. Dan Riku sangat ingin menonton G-Force, sehingga akhirnya aku membeli karcis, 1800 yen untuk dewasa dan 1000 yen untuk anak SD. Film dimulai pukul 2:30.

Dilarang merekam suara dan gambar dalam bioskop!!! Kalau ada hukumannya berarti pernah ada yang melakukannya ya?

Seperempat jam sebelum pukul 2, kami sudah naik ke lantai 5, studio tempat memutar G-Force. Untung bukan basement, karena aku masih suka phobia berada di bawah tanah. Dan sebetulnya kali ini aku menonton setelah 10 tahun lebih tidak menonton di bioskop. Aku tidak bisa masuk bioskop karena gelap (mana ada bioskop terang benderang sih?), dan aku phobia gelap. Sambil menunggu, aku sempat melihat poster peringatan untuk tidak merekam gambar dan suara film yang sedang ditonton. Weleh ternyata di Jepang ada juga ya kejahatan ini hihihi. Hukuman penjara 10 tahun dan/atau 10.000.000 yen!!!! (Termasuk penyebaran/pemutaran di web dan copy DVD)

Wahhh studio yang berisi 260 kursi empuk itu hanya ditempati 10 orang… serasa nonton di rumah sendiri deh. Yang juga aku perhatikan merupakan pemikiran bagus adalah, adanya tambahan bantalan kursi untuk anak-anak, yang bisa diambil sendiri bagi yang memerlukan. Kalau orang dewasa yang duduk di depannya, pasti akan tertutup kepala orang itu, jika tanpa tambahan bantalan tersebut.

Riku duduk pakai tambahan bantal. Empuk banget kursinya, aku sempat tertidur loh sebelum film mulai hihihi

Filmnya sendiri? Yah begitu deh film Disney, meskipun tidak membuat terharu, cukup seru. Yang aku kagum memang bagaimana mereka bisa membuat cerita dengan topik binatang. Hampsternya lucu tapi kecoaknya tidak…semanis-manisnya kecoak, aku tidak pernah bisa suka deh hihihi. Yang bikin geli juga si Hampster yang punya akun FB…. kalau misalnya film itu kenyataan, betapa FB merupakan fenomena hebat karena bisa populer sampai dunia binatang ya hihihi.

Tikus Tanah (Mogura)dan Hampster jagoan.. .. yang aku masih takjub apa benar hidungnya tikus tanah pink dan seperti ulat begitu ya? Belum pernah lihat aslinya sih.

Oh ya, waktu kami masuk ke dalam bioskop, kami membeli popcorn dan minuman botol. Kenapa ya bioskop = popcorn? kenapa ngga makanan lain ya? Atau ada yang punya pengalaman membawa makanan lain waktu menonton di bioskop? (Jangan bilang nasi soto ya hahaha)

Pengalaman nonton kemarin membuat aku yakin bahwa aku sekarang sudah bisa nonton di bioskop, asal tidak penuh orang. Jadi …. siapa ya mau ajak aku date nonton? hihihi

Pohon Keramat

31 Mar

Beberapa waktu yang lalu ada sebuah peristiwa yang membuat aku berpikir bahwa orang Jepang memang mempunyai  “sense of belonging” yang tebal. Peristiwanya begini:

Dua buah jalur kereta, Hokuriku (kereta malam) dan Noto. Jalur ini ditutup, dan pagi ini di siaran berita diperlihatkan fans kereta api berkumpul. Ada yang di peron, dan ada yang menaiki kereta terakhir itu. Yang di peron meneriakan “Arigatouuuuuu” kepada KERETA. dan melambaikan tangan…. Aku sampai ikut terharu. Perasaan memiliki (terutama untuk barang-barang milik umum/bukan milik pribadi) ini yang jarang aku temukan di indonesia…atau aku saja yang tidak tahu?
Kereta itu telah mengantar mereka bekerja/bermain/bersekolah atau pulang kampung, selama bertahun-tahun. Untuk perbaikan jalur, kereta itu masuk museum (pasti dijual ke negaraku juga sih karena masih berfungsi)…. Sense of belonging orang Jepang memang hebat! Coba negaraku juga memiliki rasa itu, rasa berterima kasih pada suatu barang atau orang, semestinya bisa lebih maju. Menyayangi barang dan memakai sampai saat terakhir, daijini suru…. menjaga dan memeliharanya….. (TT 13 maret 2010)

Kereta yang adalah hasil buah pikiran manusia saja dicintai sedemikian rupa. Apalagi alam? Tanggal 18 Maret lalu, aku membaca bahwa batang pohon Ginkyo raksasa yang tumbang di Kuil Tsuruoka Hachimangu 10 hari sebelumnya  ditanam kembali batangnya. Tujuannya untuk melindungi anak-anak pohon yang mungkin tumbuh dari tempat yang sama.  Ya, tumbangnya pohon raksasa ini menjadi berita besar, karena sebetulnya pohon ini pohon “keramat”. Yang selalu menjadi bahan cerita turun temurun.

(foto dari mass media Jepang)

Pohon ini berusia sekitar 1000 tahun, setinggi 30 meter dan diameter 7 meter tumbang akibat badai. Pohon yang ditetapkan menjadi warisan daerah Kanagawa ini menyimpan sejarah karena di dekatnya Shogun ketiga pada jaman Kamakura, Minamoto no Sanetomo,1219 dibunuh oleh keponakannya sendiri yang bernama Kugyo. Sumber dari sini.

Kalau di Indonesia mungkin setiap malam Jumat sudah dipenuhi orang yang minta wangsit yah hehehe

Kami merasa beruntung masih sempat melihat pohon ini bulan September tahun lalu. Memang aku belum sempat membuat catatan perjalanan ke Kamakura ini saking banyaknya yang mau diceritakan. Kebetulan waktu itu ada Silver Week, libur beruntun sehingga kami berempat bisa jalan-jalan naik kereta ke Shibuya, dan Yokohama, yang sudah aku tulis postingannya. Dan sebetulnya setelah dari Yokohama itu, kami menginap di rumah mertua, dan keesokan harinya kamu pergi ke Kamakura. Aku ingin memperlihatkan The Great Buddha yang terkenal di Kamakura kepada Riku. Jadi hari itu kami pergi ke Great Buddha dan ke Tsuruoka Hachimangu tempat si pohon “keramat” ini berada. (Posting mengenai The Great Buddhanya kapan-kapan yah hihii)

Kamakura memang kota tua dan pernah menjadi pusat pemerintahan Jepang pada jaman yang disebut dengan jaman Kamakura,  yaitu dari tahun 1183 sampai 1333.  Letaknya tidak jauh dari Yokohama, karena satu prefektur dengan Yokohama yaitu prefektur Kanagawa. Kami naik JR dari stasiun Yokohama dan turun di Kita Kamakura. Memang untuk ke Kuil Tsuruoka Hachimangu ini perlu banyak jalan kaki, tapi pertokoan di sepanjang jalan juga menarik untuk dilihat.

Gerbang (Torii) awal jalan ke Tsurugaoka Hachimangu, ternyata gerbang ini bukan gerbang pertama, tapi gerbang kedua. Gerbang pertama ada di pantai. Lihat jalan yang mengecil (dan kazura)

Tentu saja kita juga bisa naik Jinrikisha, becak yang ditarik pemuda berpakaian hitam, sampai ke Kuil, tapi aku rasa cukup mahal deh. Kecuali untuk lansia yang memang tidak kuat berjalan jauh, atau ingin mencoba menaiki becak Jepang ini (biasanya sih wisatawan domestik, soalnya wisatawan asing biasanya pelit… mahal sih hihihi).Di sepanjang jalan setapak yang diapit jalan mobil ini banyak terlihat bunga berwarna merah berasal dari Cina bernama Higanbana (Lycoris) yang memang sedang musimnya mekar pada bulan September.

Yang menarik justru jika kita menyusuri jalan yang akan menghantar kita ke arah Kuil. Jalan itu terlihat mengecil sehingga membuat pejalan kaki tidak mengetahui seberapa jauh jarak yang ditempuh (terasa jauh). Pengelabuan mata seperti ini disebut dan kazura.

Begitu kami sampai di depan kuil, terdapat sebuah torii, pintu gerbang kuil (yang ketiga) yang khas berwarna merah. Juga ada jembatan lengkung berwarna merah dengan parit kecil di bawahnya. Jika Anda perhatikan, di setiap kolam, atau wadah yang berisi air, kecuali air “wudhu” air yang dipakai untuk membersihkan tangan dan mulut sebelum masuk kuil, pasti ada koin-koin satu yen di atas/dalamnya. Perhatikan deh di setiap tempat wisata yang dikunjungi orang Jepang pasti ada koinnya, bahkan sampai di Roma, di Fontana di Trevi aku bisa melihat banyak terdapat koin di dalamnya (dan menyadari kenyataan bahwa orang Jepang sudah merajai dunia… coba lihat kolam-kolam di Bali …hiks)

Di parit di bawah jembatan inipun demikian, bahkan mereka melemparkan uang koin di atas daun! Dari pintu gerbang ini untuk mencapai kuil masih harus berjalan cukup jauh. Tapi memang lahan kuil ini sangat luas dan dikelilingi pepohonan yang rimbun. Dan di bawah lapangan luas terdapat sebuah panggung, yang katanya dulu merupakan tempat menari. Dari pelataran itu kami harus menaikin tangga yang cukup terjal untuk bisa sampai ke kuilnya.Memang kuil Shinto itu selalu terletak di tempat yang tinggi, dengan pemahaman bahwa dewa selalu berada di atas. Karena Kai waktu itu sedang tidur di kereta bayinya, akhirnya aku tinggal di bawah sementara Riku dan Gen naik ke atas. Well, orang Jepang perlu berdoa kepada nenek moyangnya untuk keselamatan dirinya.

Aku menunggu di bawah pohon “keramat” itu. Memang besar dan …adem. Dari tempat aku duduk bisa melihat gentong-gentong sake persembahan dari pabrik pembuatan sake kepada kuil . Sake memakai beras, dan beras adalah pemberian dewa, sehingga perlu disyukuri dengan memberikan persembahan. Wah membaca tulisan di gentong-gentong sake itu, aku jadi menghitung sudah berapa jenis sake yang aku pernah minum ya hihihi. Salah satu cita-citaku adalah menjadi pencicip sake Jepang, yang kalau di Perancis pencicip wine diberi nama Sommelière. Kalau di Jepang namanya Kikizakeshi きき酒師(ききざけし)。  Aku sudah cukup mahir membedakan sake yang diproduksi tanpa campuran bahan kimia dengan yang memakai campuran kimia, junmai 純米 ginjou 吟醸 jouzou 醸造.

Gentong Sake persembahan perusahaan bagi kuil Shinto

Pada perjalanan pulang menuju stasiun kami sempat melihat awan yang cukup aneh, yang katanya disebut sebagai hitsujigumo awan domba, karena bentuknya seperti bulu domba. Awan memang obyek yang menarik untuk difoto ya…..

 

 

Dakko chan atau Dakocan

29 Mar

Ada yang pernah dengar kata ini? Aku terus terang sering mendengar tapi tidak tahu apa sebenarnya”dakko-chan” itu. Kalau di Indonesia mungkin anak-anak pernah tahu lagu berjudul “dakocan”….hihihi.

Dakocan (by Pak Kasur)

Kulihat ada boneka baru

dari karet amat lucu

dakocan namanya bukan sarinah

sayang sayang mahal harganya

Nah… berarti jaman pak Kasur menciptakan lagu ini, paling sedikit beliau pernah melihat wujud dakkochan, yang memang merupakan boneka dari Jepang. Dan terbuat dari karet… sebenarnya sih bukan karet tapi dari plastik yang diisi udara seperti balon berbentuk. Bentuknya? Setelah cari di mbah gugle akhirnya aku ketemu deh wujudnya seperti ini:

Hmmm aku juga heran kenapa kok jadi boneka hitam begini ya?

Konon boneka Dakkochan ini dibuat tahun 1960, di sebuah pabrik plastik di daerah Yokohama, sebagai mainan anak-anak. Nama awalnya “Kinobori Wink (Si Kedip Pemanjat Pohon)” atau “Kuronbo Burachan (Si Hitam yang Menggantung)”. Gayanya memang seperti Koala yang sedang bergantung di pohon kan? Pada waktu itu dijual dengan harga 180 yen (Rp. 18000). Dan sejak dikeluarkan bulan Juli 1960, langsung menjadi populer dikalangan gadis-gadis, dan mendapat nama kesayangan menjadi “Dakko-chan”. Pada tahun itu saja terjual 5.500.000 buah dengan omzet 100 juta yen! Dan ternyata kepopuleran boneka dakkochan juga sampai ke telinga Pak Kasur sehingga beliau menciptakan lagu tersebut ya. Dan memang kalau lihat liriknya, waktu itu di Indonesia sedang marak boneka “Sarinah” (terus terang aku cari gambarnya tapi tidak ketemu… seperti apa ya boneka sarinah itu?),  dan tidak bisa membeli boneka “dakkochan” a.k.a dakocan karena mahal harganya. Jelas saja 18.000 rupiah, jaman itu…. wong jaman sekarang saja 18 ribu itu MAHAL kok (menurutku loh). Bagaimana teman-teman, mau ngga keluarin duit 18.000 rupiah untuk boneka dakochan itu? hihihi

Nah, “dakko” itu dalam bahasa Jepang berasal dari kata “daku (peluk)”, “dakko shite…. (peluk dong)”! Aku tidak perlu membeli boneka dakkochan, karena setiap saat, 24 jam sehari selalu mendengar kata “DAKKO SHITE...” PELUK DONG” dari anakku, si Koala  KAI-chan. Dia sepertinya sedang dalam masa GANKO (Keras Kepala) dan minta perhatian terus dari mamanya. Dia akan marah dan berteriak jika terbangun, dan mamanya tidak ada di sebelahnya. Juga berteriak dan menangis meraung-raung jika permintaannya tidak dikabulkan…. terus terang akhir-akhir ini aku mulai capek melayani dia. Tapi setiap kali aku ingatkan diri sendiri bahwa memang ada masanya, dan masa ini akan berlalu…dan tidak akan kembali. Itu juga yang dikatakan Gen waktu kemarin pagi Kai minta peluk, dan setelah aku peluk, dia mencium aku, “Belum tentu 5 tahun lagi, dia mau cium-cium kamu loh…”. Atau waktu pagi hari tadi, dia terbangun dengan senyum dan berkata, “Mama maaf ya…” (Karena sebelum tidur, dia sempat berteriak, nangis-nangis tidak mau tidur).

Karena si Kai-dakko-chan, juga karena Riku juga sudah masuk spring vacation, karena aku harus mengurus macam-macam sementara tenaga serasa semakin berkurang (akibat umur nih hihihi), jadi aku tidak bisa meluangkan waktu untuk menulis posting. Sepertinya performance TE untuk bulan Maret akan menjadi yang terendah dalam sejarah, kecuali jika tiba-tiba aku bisa posting 4-5 tulisan sehari dalam sisa-sisa hari di bulan Maret 2010 ini ….hahaha.

Well, have a nice MONDAY to all my friends. Salam dari kami di Nerima.

Kalau tidak sedang berantem, mereka berdua bisa semanis ini. Duduk bersama sambil berpelukan menonton tv.

Si Biru dan si Kuning

25 Mar

Kali ini aku ingin mendongeng!….. Alkisah di sebuah negeri ada si Biru dan si Kuning… (Bohong… bukan begini awalnya).
Coba simak cerita berikut ini:

Si Biru, Ayah dan Ibu si Biru.
Si Kuning, Ayah dan Ibu si Kuning.
Banyak temannya.
Si Biru dan si Kuning, bersahabat baik…. dan saking gembiranya mereka berdua berpelukan!
Keduanya menjadi HIJAU, dan tetap menjadi hijau mereka bermain bersama.
Setelah bermain mereka pulang ke rumah….
tapi…
di rumah si Biru, mereka tidak dikenali … di rumah si Kuning pun begitu.
Mereka menjadi sedih sekali dan menangis….
airmata biru dan airmata kuning!!!

Tetes air mata itu menjadi si Biru dan si Kuning seperti semula.
Dan mereka menceritakan kejadian itu pada keluarganya.
Melihat keakraban anak-anak mereka, orang tua si Biru dan si Kuning pun bersahabat.

Biru ditambah kuning menjadi hijau.
Jika menjadi hijau maka bukan lagi biru dan kuning.
Tapi mereka tetap biru dan kuning. Yang jika mendekat menjadi hijau.

Pelajaran tentang warna!

Waktu pertama kali membaca buku Picture Book ini, aku tidak merasakan apa-apa.
Meskipun buku ini dikatakan bagus oleh suamiku!
Apa sih bagusnya?

Tapi beberapa kali membacakan untuk Riku dan Kai, aku malah bisa melihat pelajaran lebih dalam daripada sekedar perpaduan warna saja.

Ini juga tentang persahabatan dan pemikiran!!!!
Bersahabat tidak HARUS menjadikan SATU! Ada kalanya menjadi sesuatu yang BARU, tapi tetap unsur INDIVIDU itu ada.
Demikian pula dengan pemikiran… bukan berarti tidak bisa dijadikan sesuatu yang baru juga, atau harus menghilangkan pemikiran yang lain dengan pemikiran dirinya.

Semoga anak-anak yang membaca Picture Book ini bisa memahami apa yang terkandung dalam buku yang aku rasa memang HEBAT ini. Sederhana sekali…. sampai awalnya aku pikir… ahhh itu kan biasa, semua sudah tahu! Tapi, aku salah.

Jangan pernah memandang rendah pada buku anak-anak!

Aokun to Kiirochan (Little Blue and Little Yellow)
Leo Lionni,  pengarang yang juga menulis buku “Swimmy”, yang pernah aku posting di sini.

あおくんと、あおくんのおとうさんとおかあさん。
きいろちゃんと、きいろちゃんのおとうさんとおかあさん。
いろんないろのおともだち。
なかよしのあおくんときいろちゃんは嬉しくって抱き合ってみどりになっちゃった。
みどりになった二人はみどりのまま遊んで、遊んで、それからおうちにかえります。
そんな二人をお父さんもお母さんも気づいてくれなくて、あおくんときいろちゃんはそれぞれ哀しくて、
あおときいろの涙を流したら、元のあおくんときいろちゃんに戻っていた。
なかよしの子どもたちをみておとうさんたちとおかあさんたちもなかよしに。

Mencari daun muda

23 Mar

OK, OK, daun muda memang mempunyai konotasi negatif, mungkin lebih tepat daun baru, atau bunga baru, udara  baru… di musim semi tahun ini.

pohon ajisai yang gundul, mulai mengeluarkan daun baru di antara dahan. Sekitar bulan Mei baru bunganya bermunculan.

Beberapa waktu yang lalu, waktu aku mengantar Kai ke penitipan, sang guru berkata,”Mari kita mencari HARU(musim semi)”. Memang pada hari cerah, setiap pukul 9:30, anak-anak akan diajak berjalan-jalan ke taman di sekitar penitipan, dan dibiarkan bermain di situ sampai waktu makan siang pukul 11:00. Ini adalah jadwal setiap hari, kecuali jika hujan, bersalju atau cuaca buruk. Apa tanda-tanda HARU? daun hijau muda yang tumbuh, bunga bermekaran, terutama bunga sakura, hari menghangat, bau matahari, semua pertanda kehidupan baru di awal musim semi.

Tanggal 22 kemarin adalah hari libur di Jepang. Semestinya tanggal 21, tapi karena hari Minggu, diganti menjadi hari Senin. Tanggal 21 Maret adalah hari Equinox, hari dimana panjang siang dan malam sama. Dan hari ini juga disebut sebagai HIGAN, hari khusus untuk nyekar ke makam leluhur. Jadi hari Minggu kami berencana untuk menginap di rumah orangtua Gen di Yokohama. Tapi waktu dini hari aku terbangun, ternyata Gen baru pulang kerja jam 2 pagi, dalam angin kencang sekali. Aku sampai pikir kalau angin kencang terus menerus alamat kita tidak bisa pergi deh.

Tapi untung sekali angin dihentikan oleh hujan sehingga kami bisa berangkat pukul 1 siang. Ternyata ada awning di parkiran sepeda yang terbang akibat angin, dan pecah menimpa mobil kami. Untung tidak begitu kelihatan kerusakannya, jadi kami langsung pergi ke Yokohama, dan membeli kue ulang tahun. Kebetulan tanggal 1 dan 14 Maret, kedua mertuaku berulang tahun. Dan hari itu juga, Riku dan Kai banyak bermain dengan anjing mereka yang kebetulan diperbolehkan masuk ruangan…dan tidur bersama kami.(tentu saja beda tempat tidur hahaha)

Kami nyekar ke makam leluhur di kuil Buddha keesokan harinya. Pada waktu menuju ke kuil tersebut, Riku langsung berteriak…”Sakura!…nanti mampir yuuk”. Sepanjang jalan memang sakura berkembang. Pohon sakura yang di sini memang jenis yang cepat mekar. Dan kebetulan di situ ada rumah tradisional yang pernah aku ceritakan di sini, sehingga sepulang dari makam kami mampir, dan menikmati musim semi di sini.

Sakura yang berwarna merah muda, Nanohana yang berwarna kuning. Bunga-bunga rumput berwarna biru dan ungu. Daun-daun muncul di tunas yang baru. Sementara di kejauhan terdengar kicau burung Uguisu.

Kami sempat berdiri di sebelah parit di depan kompleks perumahan dan menemukan Dojou, belut kecil. Belum lagi kupu-kupu putih dan kuning beterbangan. Ya, musim semi telah datang. Binatang dan tumbuhan yang “tertidur” di musim dingin, menggeliat bangun dan menyambut hari-hari hangat dengan semangat baru.

difotoin Riku.... dengan latar belakang Nanohana

Kejutan dari Sahabat

19 Mar

Hari ini aku sibuk, tiba-tiba saja ingin membongkar kamar kerjaku, studio, kamar tempat komputer dan sofa bed berada. Kamar itu seharusnya dipakai untuk kerja tapi sekarang sudah mulai berubah menjadi “gudang”. Rasanya perlu membuang barang-barang yang tidak perlu, dan memindahkan ini itu, supaya menjadi nyaman.

Sedang sibuk-sibuknya membongkar, betapa terkejutnya aku, pak pos membawa surat cinta untukku!!!! Waaaah dari jauh lagi, dari Yogyakarta. Ngga tanggung-tanggung langsung paket cinta! Begitu aku baca tulisan yang begitu apik… langsung deg-deg an deh. Aku kenal tulisan itu sebagai tulisan tangannya Mbak Tuti Nonka. What a surprise! Terima kasih banyak ya mbak… benar-benar kaget dan terharu menerimanya. (Hmmm aku musti interogasi nih, siapa yang kasih tahu alamatku hihihi)

menghiasi meja komputerku yang sudah rapih deh...

Aku memang sudah baca laporan tentang buku kumpulan tulisan 24 wanita pengarang di blog mbak Tuti. Tapi tidak sangka secepat ini aku bisa mendapatkan dan …..tentu saja aku langsung baca halaman 145 dong! Karangannya mbak Tuti dan di situ aku berkenalan dengan POLY….  Aku terhanyut pada cerita yang hanya 4 halaman dan merasa kurang…. (maunya nambah sih). Mau tau ceritanya? Beli deh…. ngga afdol kalo aku ceritakan di sini ….hihihi

Hadiah Kata-kata

18 Mar

Menjelang akhir bulan Maret…. Di mana-mana di Tokyo bisa terlihat mahasiswa yang memakai hakama dan jas untuk menghadiri upacara kelulusan. Memang hakama untuk wanita seringnya dipakai untuk acara lulusan sotsugyou shiki 卒業式, meskipun tidak dilarang untuk memakai kimono atau baju biasa. Dan biasanya malamnya diadakan pesta “terima kasih” shaonkai 謝恩会, acara bagi para mahasiswa mengucapkan terima kasih atas bimbingan dosen-dosennya.

Pagi ini, Gen memakai dasi putih dan jas hitam karena ada acara wisuda di universitasnya yang diadakan di hotel terkenal di Yotsuya. Begitu Gen mengikat dasinya, Riku mengatakan, “hari ini ada apa pa? pesta?” Rupanya dia mulai mengamati bahwa baju yang lain berarti ada sesuatu. Yang praktis memang untuk pria, cukup mempunyai jas hitam untuk acara formal. Dasi putih jika itu perayaan, dan dasi hitam jika upacara kematian.

Ada sebuah lagu yang selalu dinyanyikan pada waktu perpisahan selain lagu “Omoide no Album” (Album Kenangan) yang pernah aku tulis di postingan tentang wisudanya Riku di TK, yaitu  Okuru Kotoba 贈ることば yang arti harafiahnya Hadiah (berupa) Kata-kata.

(1)  Senja hari, kota berada dalam cahaya dan bayangan
kata-kata ini kuhantarkan untuk kamu yang akan pergi
daripada kau tekan rasa sedih dan tersenyum
lebih baik kau menangis sampai kering airmatamu
karena semakin banyak bersedih
manusia menjadi semakin lembut
terlalu menyedihkan jika kuucapkan sayonara saja
kupersembahkan hadiah kata-kata  untukmu yang kucinta

(2) Meskipun kata-kataku terpotong angin senja
dengarkanlah hadiah kata-kataku ini sampai selesai
daripada kamu mengeluh tak bisa percaya orang
lebih baik percayai manusia dan  terluka
jangan kejar sebuah kebaikan
karena itu hanyalah alasan seorang pengecut
kupersembahkan hadiah kata-kata  tanpa hiasan ini
untukmu yang kamu yang pertama kucinta

(3) Dalam kehidupan yang akan dimulai sekarang
pasti akan ada seseorang yang mencintaimu
akan tetapi pasti tidak akan ada
orang yang mencintaimu sedalam aku
bayang itu semakin jauh, tenggelam dalam lautan manusia
dan hadiah kata-kataku tak tersampaikan
hadiah kata-kataku …tak tersampaikan

(translated by imelda, dengan banyak modifikasi)

(1) 暮れなずむ町の 光と影の中
去りゆくあなたへ 贈る言葉

悲しみこらえて 微笑むよりも

涙かれるまで 泣くほうがいい

人は悲しみが 多いほど

人には優しく できるのだから

さよならだけでは さびしすぎるから

愛するあなたへ 贈る言葉

(2) 夕暮れの風に 途切れたけれど
終わりまで聞いて 贈る言葉

信じられぬと 嘆くよりも

人を信じて 傷つくほうがいい

求めないで 優しさなんか

臆病者の 言いわけだから

はじめて愛した あなたのために

飾りもつけずに 贈る言葉

(3) これから始まる 暮らしの中で
誰かがあなたを 愛するでしょう

だけど私ほど あなたのことを

深く愛した ヤツはいない

遠ざかる影が 人混みに消えた

もう届かない 贈る言葉
もう届かない 贈る言葉

Lagu ini dinyanyikan oleh grup musik Kaientai 海援隊 dengan vokalnya Takeda Tetsuya 武田鉄矢 . Dia terkenal sebagai Sakamoto Kinpachi sensei dalam film “Kinpachi sensei, guru kelas3B” Sannen B gumi kinpachi sensei 3年B組金八先生 sebuah film pendidikan tentang lika-liku guru mengajar kelas 3 SMP. Merupakan film drama seri oleh chanel TV swasta Jepang TBS, yang dimulai tahun 1979 sampai 8 seri, dan seri ke delapan disiarkan s/d Maret 2008. Aku pernah beberapa kali mengikuti film drama ini, dan aku rasa bagus sekali bagi mereka yang berminat pada pendidikan, serta masalah-masalah pendidikan di Jepang. Meskipun memang banyak yang menyindir film ini sebagai “kotbah”, karena pada kenyataannya masalahnya lebih sulit dan kompleks. Mungkin kalau Riku SMP, aku harus melihat ulang semua filmnya.

Bagi yang mau mendengar lagunya silakan lihat link dari Youtube di bawah ini:

Kalau Orang Jepang Wisata ke LN

17 Mar

(Ini posting kedua untuk hari ini…mumpung rajin hihihi)

Kemarin aku menemukan sebuah angket yang menarik, yaitu pandangan orang Jepang terhadap luar negeri (LN nya Jepang, jadi termasuk Indonesia juga), waktu mereka mengunjungi negara tersebut. Memang luar negeri yang dimaksud bermacam-macam, jadi pemikiran mereka bisa bermacam-macam. Tapi yang pasti menurut ranking yang menempati nomor pertama adalah : KEAMANAN. Segi keamanan di luar negeri yang buruk itu menjadi pendapat pertama dari orang Jepang yang berwisata ke LN. Jadi boleh dikatakan sebaliknya yaitu keamanan di Jepang itu baik.

Waktu aku bersepeda pagi-pagi ke arah stasiun mengantar Kai ke  penitipan, aku smepat mendengar dua ibu-ibu yang berkata di depan sebuah toko bunga:
“Lihat bunga-bunganya semua dibiarkan begitu saja di luar, tidak dimasukkan dalam toko, tanpa rantai atau terpal.”
“Itu menunjukkan bahwa aman kan?”

Well, yes…. kalau di negara saya bu, itu pasti udah diambilin, lalu dibawa ke tempat lain untuk dijual lagi. Apalagi kalau ada palem botol (ngga tau sih sekarang trend nya apa….).

Sering sekali, kami meninggalkan barang belanjaan di keranjang sepeda, lalu pergi masuk toko lain, atau restoran, berlama-lama di dalam dan tidak perlu khawatir belanjaan kami ada yang ambil atau isengin. Tidak tahu di daerah lain bagaimana, tapi meskipun aku tinggal di Tokyo, di daerahku ini memang masih termasuk aman.

Jadi wajar sekali jika orang Jepang menganggap keamanan di luar negeri itu buruk. Selanjutnya bisa lihat pemikiran/pandangan orang Jepang terhadap luar negeri berdasarkan ranking sbb:

  1. Keamanan buruk
  2. Perbedaan etiket di toilet (FYI; orang Jepang pasti selalu cuci tangan sebelum keluar WC, bisa juga baca postinganku tentang otohime)
  3. Harus bayar kalau pergi ke toilet  (hmmm ini sih udah biasa di negeriku)
  4. Sikap pelayanan penjaga toko yang asal-asalan (di negeriku juga gitu asal-asalan, apalagi kalau pembelinya berbaju lusuh/sandal)
  5. Perbedaan etiket makan (orang Jepang pasti kaget disuruh makan pakai tangan hihihi)
  6. Kereta api tidak datang sesuai jadwalnya (tuh tuh negarakuu)
  7. Ternyata banyak  juga yang mengerti bahasa Jepang (jelaslah…demi pariwisata)
  8. Air minum biasa di restoran harus bayar! (hihihi untuk amannya bayar aja deh Sir, Madam…. kalau tidak nanti ente sakit perut. Memang di Jepang air minum itu gratis)
  9. Manner menyetir mobil yang berbeda (bilang aja ugal-ugalan bu, pak…)
  10. Apa saja MURAH (nahhhh gitu dong positif sedikit hihihi)
  11. Ditagih TIP (nah ini baca deh di tulisan aku yang ini)
  12. Mineral water = air berkarbonat (Nahhhh ini aku juga pernah, waktu di Italia minta mineral water dapatnya air berkarbonat… yieks ngga enak deh)
  13. Bisa makan apa yang tidak bisa dimakan di Jepang (yah kalo terpaksa apa boleh buat kan? )
  14. Tidak mengerti bahasa Inggris (ya kalau ke Prancis atau ke kampung-kampung di Indonesia ngga ngerti lah ...)
  15. Toko cepat tutup (Nah di Eropa banyak yang begini nih, baru jam 6-7 udah pada tutup….. Kalau di Jepang toko tutup jam 9-10 an)
  16. Dijual baju TShirt bertuliskan kanji yang aneh-aneh (asal kanji apa saja asti dibeli soalnya, padahal artinya bisa macam-macam hihihi)
  17. Ditagih pembayaran taksi yang lebih besar dari argo (di negaraku juga banyak loh, jadi hati-hati ya…)
  18. Tidak ada orang pada jam berkumpul a.k.a telat semua (hahaha rubber time itu sih… yahhh selama belum 60 menit namanya belum terlambat. Mohon dimengerti hihihi)
  19. Makan yang sama teruuuus (hihihi aku juga punya pengalaman begitu gara-gara takut coba yang lain)
  20. Ternyata banyak juga yang bisa pakai sumpit (iya lah…. pengaruh kebudayaan cina dong, makan bakmi lebih enak pakai sumpit)

Kalau orang Jepang saja pergi ke luar negeri punya pendapat sebanyak ini, bagaimana kita yang orang Indonesia ya?

Angket diambil dari sini.

Nombok

17 Mar

Pasti semua pernah mengatakan kata ini, atau berada pada situasi ini ya? Kalau belum, hebat deh (atau pelit hahaha)! Menurut kamus KBBI tom·bok 1 v terpaksa menambah uang (krn belum cukup, masih kurang); 2 n uang yg ditambahkan (krn kekurangan);

Nah kemarin Senin, kata itu keluar deh dari mulutku.  Meskipun akhirnya aku sadar sesudahnya, bahwa uang bukanlah segala-galanya.

Seperti biasa hari Senin aku mengajar bahasa Indonesia di Sekolah RI di Tokyo. Kelas ini tinggal dua kali lagi, tapi karena guru yang semestinya mengajar tidak bisa, aku lagi yang menjadi substitute, guru penggantinya.

Jam 4 sore naik mobil dari rumah. Sebelum berangkat, begitu Riku pulang sekolah, aku menyuruh dia mengerjakan PR dulu. Dan dia menggerutu karena PR nya matematika dan buanyak sekali. 100 soal. Lalu aku berkata, “Ayo cepet kerjain, nanti mama belikan Mc Donald sebelum pergi ke Meguro”. Langsung semangat deh…

Jadi sebelum mengarahkan mobil ke Meguro, aku mampir dulu ke Mc D dan membeli Happy Set.. itu tuh, yang ada mainannya.Keluar duit dong….

Di tengah jalan (perjalanan biasanya memakan waktu 1 jam), aku ingin ke WC, jadi terpaksa deh berhenti di toko konbini (semacam Circle K). Kemudian aku teringat untuk membeli roti, telur dan susu untuk keesokan harinya. Memang bisa juga beli waktu pulang, tapi mumpung sudah ada di dalam toko, sekalian saja. Belanja deh jadinya, termasuk membeli snack untuk anak-anak di mobil. Keluar duit ke dua deh….

Sesampai di sekolah, masih ada waktu 1 jam 20 menit sebelum mengajar. Karena sekolah sedang dalam perbaikan, maka lobby tepat biasa kami duduk menunggu dalam keadaan kosong, tidak ada tempat duduk dan kotor berdebu. Kami harus menunggu di luar atau di dalam kelas. Bisa juga sih menunggu di mobil di lapangan parkir, tapi 1 jam??? hmmm.

Karena aku memang berniat membeli makanan jadi untuk makan malam Gen nanti di restoran Cabe yang dekat sekolah, jadi aku ajak anak-anak ke sana saja, sambil menunggu waktu mengajar, dan menunggu pesanan, nasi goreng dan kwetiau goreng. Duduk di meja restoran, anak-anak minta teh kotak dan akhirnya aku membeli mie bakso untuk Kai (Kai suka sekali mie dan hamburger bagiannya dia sudah dimakan Riku hihihi). Jadi deh makan di restoran juga… dan… keluar duit lagi deh….

Karena sudah waktunya aku mengajar, ya cepat-cepat pergi kembali ke sekolah, menaruh makanan di mobil, lalu menitipkan anak-anak pada mbak Ayu untuk dijaga. Nah… masalahnya, biasanya mereka bermain di lobby. Sedangkan lobby tidak bisa dipakai. Jadi terpaksa dibawa ke koperasi sekolah yang berada di lantai dua. And you know, koperasi sekolah itu adalah salah satu toko di Tokyo yang menjual bahan makanan dari Indonesia…. dari daging-dagingan halal, indomie, bumbu, sampai snack dari Indonesia. Tapi terus terang…. harganya relatif lebih mahal dibanding toko lain yang menjual bahan masakan dari Indonesia. Yah kalau mau belanja, hitung menghemat ongkos transport dan sedikit memberi sumbangan kelangsungan pengelolaan sekolah Indonesia di Tokyo.

Wahh tentu saja anak-anak senang sekali disuruh bermain di dalam koperasi selama 2 jam mamanya ngajar. Kai dengan seenaknya “membeli” (meminta pada mbak Ayu, yang memang sudah pernah aku katakan kalau mereka mau, ya dikasih saja, nanti aku bayar semuanya) snack berupa jelly stick. Dan mau tahu harga jelly sticknya berapa? 300 yen satu batang! waaahhh Kai kok milih yang mahal? Riku langsung marah-marah karena dia tahu harganya mahal. Tapi Kai hanya tahu jelly stick itu berwarna-warna dan dia suka! Dan ngga tanggung-tanggung deh, dia makan sampai dua, belum lagi coklat silver queen, krupuk dsb dsb.

Waktu jam istirahat, aku menjenguk keadaan mereka dalam koperasi. Langsung Riku melaporkan perbuatan Kai yang makan dan beli seenaknya.
“Mama, Kai beli jelly itu. Itu kan mahal! Riku sama sekali ngga beli apa-apa loh! Kai curang… Lihat ma, dia juga makan coklat. Aku kan juga mau…”
“Ya sudah, Riku kalau mau jelly itu juga boleh kok. Ambil saja satu ya.”
“Tapi mama nanti uangnya habis…..”
Aku menahan haru, dan peluk Riku…. “Ngga papa, kalau satu aja ngga papa kok, ambil saja Riku.”
“Makasih ya Ma…. Aku juga mau keripik ini”
“Ya sudah…ambil”

Setelah pelajaran selesai, aku menjemput anak-anak di toko koperasi dan membayar segala macam yang dibeli. Dan jumlah semua pengeluaranku hari ini bisa dibilang pak-pok (apa ya istilahnya kalau sama besarnya pengeluaran dan pendapatan? kalau mama bilang “pak-pok =equal”, bahasa Indonesianya apa ya? )Waah kalau begini setiap ngajar, bisa-bisa nombok. Dan aku harus cari jalan lain untuk menitipkan anak-anak selama aku ngajar tgl 29 nanti… mungkin terpaksa aku titipkan ke ibu mertua. Bukan karena nomboknya, tapi tidak baik juga untuk kesehatan anak-anakku, di ruang sempit begitu dan makan segala rupa snack.

Dan waktu aku menghidupkan mesin mobil, kedua anakku mengatakan:
“Ma, hari ini terima kasih ya. Menyenangkan!”
(Iya senang…karena bisa makan snack sepuasnya hihihi) “Mama juga terima kasih mau menemani mama ngajar ya…”
dan Riku berkata,”Maaf ya mama, uang mama habis…”
“Ngga papa untuk hari ini, tapi lain kali harus hemat ya”
Sambil menyetir aku juga teringat perkataan seseorang yang “menyindirku”, bahwa tidak boleh membicarakan masalah kesulitan ekonomi keluarga sebelum anak berusia 7 tahun. Lah, anak-anak juga punya mata dan telinga dong, di rumah yang sempit begini kalau papanya Riku bicara:  Pengen beli kamera ya… paling aku bilang: Ngga ada uang! Mau menghilangkan semua pembicaraan soal uang dari anak-anak? mana bisa?  Tapi ahhh… sudahlah semua keluarga (atau psikolog) punya pandangannya sendiri-sendiri.

Sambil pikir macam-macam aku melarikan mobil pulang ke rumah, dan melihat mereka berdua sudah tertidur di belakang. Setelah sampai di rumah, ketika aku menidurkan Kai di tempat tidur, dia masih tersenyum sambil memelukku berkata, “Mama arigatou”. Maniiiisss sekali……

Hari ini sebetulnya apa ya? kerja atau piknik? atau jalan-jalan bersama kedua anakku. Well…. kalaupun aku harus nombok, jika aku bisa melihat senyum dan muka ceria mereka, alangkah bahagianya aku.