Untung Bertemu Kamu!

24 Apr

Seberapa sering kita merasakan pertemuan dengan seseorang merupakan anugerah yang tak terhingga? Bertemu pasangan hidup tentu saja, tapi bertemu seorang teman? Memang, biasanya kita katakan itu pada waktu perpisahan atau kematian. “Aku merasa beruntung bertemu kamu. Deaete hontouni yokatta. 出合えて本当に良かった.”

Dua malam yang lalu, aku benar-benar terisak. Ah emang cengeng ya aku ini 🙁 Tapi aku tak menyangka bahwa picture book yang aku pilihkan untuk aku dongengkan bagi Kai malam itu benar-benar cocok untuk situasi saat itu.

Sebuah buku karangan Miyanishi Tatsuya (1956-) dari penerbit Popura-sha. Harganya lumayan mahal 1200 yen, tapi aku pinjam dari perpustakaan Pemda. Waktu aku cari di Amazon, harga buku bekasnya pun masih mahal! 1147 yen, bayangkan cuma turun 53 yen. Yah mending beli buku baru dong ya. Tapi itu menunjukkan bahwa buku ini, tidak ada yang mau jual kembali, buku yang harus di -keep, disimpan. Karena isi ceritanya?

Tadinya aku tidak begitu senang dengan gambarnya. Seorang grafik desainer yang membuat karakter keluarga dinosaurus menjadi tema cerita, dengan gambar yang … ok tidak halus menurutku. Tapi aku baru tahu bahwa seri cerita keluarga dinoasurus ini bahkan ada 8 jilid! dan semua bagus (katanya). Nanti aku mau cari cerita-cerita yang lainnya. Aku pertama kali kenal dengan pengarang ini dari buku “Ultraman wa otousan ウルトラマンはおとうさん (Ayahku Ultraman)” yang dipinjam oleh Riku dari perpustakaan sekolahnya. Riku sangat suka dengan buku ini, sampai dia pinjam berbulan-bulan 😀 (Dan papanya seakan tersentil dengan isi buku ini hihihi)

OK, aku akan menceritakan isi buku “Untung Bertemu Kamu” ini ya… Duduk yang manis dan perhatikan baik-baik ya.

****************************************************************

Cover buku"Untung Bertemu Kamu"

Dulu….dulu….dulu sekali.
Seekor anak Spinosaurus sedang berada di pinggir tebing pantai untuk mengambil buah merah yang ada di sana. Saat itu….

Gaoooo…..
Seekor Tyrannosaurus mendekat dengan mulut menganga dan mata yang berkilat-kilat.

Waaaaahhh toloooooong!!!!
Sambil gemetar, anak Spinosaurus bersembunyi di balik pohon.
“Sayang sekali ya, kamu bertemu aku di tempat ini…” kata Tyrannosaurus.
Dengan giginya yang tajam, dia menumbangkan pohon buah merah. Dan….
persis waktu dia akan melahap anak spynosaurus it….

kraaaakkkkkk
grrrrrr …. gempa bumi yang begitu dahsyat
membelah bumi
dan memecahkan tebing itu sehingga terpisah dari daratan
dan menghanyutkannya
persis di tempat Tyrannosaurus dan anak Spynosaurus itu berada
pecahan tebing hanyut dengan mereka berdua
menjauhhh…..

“Aku tidak bisa berenang….” dengan suara hampir menangis Tyrannosaurus itu berkata.
“Aku juga tidak bisa berenang…. Kita berdua…. dari sekarang bagaimana ya”, anak spynosaurus berkata sambil menangis.

“Apaan tuh dengan ‘KITA BERDUA’? KAMU akan saya makan. Tau!” sambil berkata begitu Tyrannosaurus berusaha menangkap spynosaurus.

“Jangan… Tidak boleh makan aku”, teriak anak Spynosaurus. Lalu cepat-cepat dia berkata,
“Aku amat pandai menangkap ikan. Mulai sekarang aku akan menangkap ikan sebanyak-banyaknya untuk Paman. Paman akan bisa makan ikan sebanyak-banyaknya setiap hari sampai kenyang. Kalau Paman makan aku sekarang ini, mulai besok paman akan lapar terus. Ngga mau kan? Makanya tidak boleh makan aku. Ngerti? Ngerti? Ngertiiiii?????”

“Emangnya benar kamu bisa menangkap ikan?”

Anak spynosaurus kemudian memasukkan mukanya ke laut dan dengan kecepatan yang luar biasa… haaap, seekor ikan tetrangkap.

Tyrannosaurus sangat senang… hmmm hmmm hmma “enaaaak…. ambil lagi yang banyak” Karena tyrannosaurus makan ikan banyak, anak spynosaurus kelelahan menangkap ikan. Dan di pulau yang kecil itu, mulailah kehidupan mereka berdua.

Pada suatu malam.
“Namaku meso-meso ‘Si Cengeng’, emua memanggilku demikian. Nama paman siapa?” Anak spynosaurus bertanya pada Tyrannosaurus.

“Namaku? Namaku tak ada”

“Oooh namanya TAKADA? Paman Takada, kenapa kok bisa sampai di sini?”

“TAKADA? Ahhhh sudahlah. Waktu gempa itu, kupikir aku bisa menemukan mangsa enak di dekat pohon buah merah itu. Kamu Meso-meso, kenapa kamu datang ke situ?”

Meso-meso menjawab dengan sedih
“Ibuku …. sakit. Kata Paman Pteranodon kalau makan buah merah ini akan sembuh….”

“Ohhh untuk ibumu, kamu datang ke sini?”
Meso-meso sambil menangis berkata,
” Ibu bagaimana ya… menungguku?”

“Meso-meso, Ibu pasti tidak apa-apa. Menunggumu pulang!… dengan lembut Tyrannosaurus menghibur.

“Terima kasih …Paman…”

Tyrannosaurus pertama kali mendapat kata “TERIMA KASIH”.

Hari berikutnya,

Waku Meso meso akan pergi menangkap ikan, Tyrannosaurus sambil tertawa berkata, “Hari ini tidak usah makan ikan. Kita makan buah merah ini saja.”

Tyrannosaurus mengambil banyak buah merah dari tempat yang tinggi dan memberikan pada Mesomeso.

“Paman hebat!”

Tyrannosaurus pertama kali mendapat kata “HEBAT”.

“Hmmm hmm enaaaak. Paman juga makan dong”
Tyrannosaurus juga makan… “Ow enaaaak… mungkin lebih enak dari kamu hehehe”

“Kaan? hehehe Paman lucu juga ya”

Tyrannosaurus pertama kali mendapat kata “LUCU”.

Waktu melihat Meso meso makan buah merah itu, Tyrannosaurus itu berpikir “Ingin segera memberikan buah merah ini pada ibu Meso-meso”.

Tiba-tiba dari langit ada seekor Tapejara menukik mengincar Meso meso.
Tyrannosaurus mengusir Tapejara dengan ekornya… wuushhh.

Dengan gembira Meso meso berkata,
“Paman kereeeen!”

Tyrannosaurus pertama kali mendapat kata “KEREN”

Beberapa hari setelah itu.
Meso meso teringat pada ibunya, dan menangis.
Tyrannosaurus, tanpa berkata apa-apa, memeluk Meso meso.

Meso meso menghapus air matanya dan berkata,
“Paman baik ya”
Tyrannosaurus pertama kali mendapat kata “BAIK”.

Setiap Meso meso mengatakan “Terima kasih”, “Hebat”, “Lucu”, “Keren”, “Baik”, hati Tyrannosaurus menjadi hangat.

Tyrannosaurus berkata pada Meso meso.

“Bertemu kamu…..

dan saat itu…..

kraaaakkkkkk
grrrrrr …. gempa bumi yang begitu dahsyat
Menggerakkan pulau itu
mendekati daratan semula
lebih dekat….lebih dekat lagi…
TInggal sedikit lagi, gempa berhenti dan pulau tidak bergerak lagi.

“Ayo… sekarang!”
Tyrannosaurus memeluk Meso meso, dan melompat sekuat tenaga.
Ombak berkilat di bawahnya.

Buumm…
Pas-pasan berhasil mendarat di daratan itu.

“Horeeee Meso meso! Kita berhasil tertolong!”
Sambil berkata dengan gembira, tiba-tiba Tyrannosaurus teringat
“Aduuuh lupa!”

Lalu

Gao…..
Tyrannosaurus melompat kembali ke pulau itu
Grrrr… menggigit pohon buah merah itu.
Sambil memegang pohon itu dengan kuat
melompat kembali ke daratan tempat Meso meso menunggu.

Byuuuurrrr….
Padahal tinggal sedikit lagi, Tyrannosaurus jatuh ke laut.
Pohon buah merah saja tersangkut di tebing…

“Bagaimana bisa melupakan pohon ini. Ayoooo cepat pergi ke tempat ibumu!”

Meso meso sambil menangis berkata,
“Bagaimana bisa meninggalkan Paman….”

“Aku tidak apa-apa… Cepat pergi…
Aku… aku…. bertemu kamu… sungguh … sungguh beruntung!”

Sambil berkata begitu,
Tyrannosaurus
dengan perlahan
tenggelam ke dasar laut…..

“Pamaaaaan…. pamaaaaann… pamaaaaaaaaaaaaaan”
Di langit yang terdengar hanya gaung suara Meso meso.

.

.

.

.

 

Bertahun berlalu.
Meso meso yang sudah bisa berenang
kembali ke pulau itu
Dan di dahan pohon yang ditumbangkan Tyrannosaurus itu
terdapat dua buah merah.

Sambil makan satu buah merah itu, Meso meso meniru lagak Tyrannosaurus,
“”Ow enaaaak… mungkin lebih enak dari kamu hehehe”
dan air mata mengalir ke pipi Meso meso.

“Paman lucu, keren, dan benar-benar baik.
Terima kasih Paman.
Aku sangat beruntung bertemu Paman……”

END
(Diterjemahkan oleh Imelda Coutrier. Harap mengerti bahwa menyebarkan cerita ini dalam bentuk tulisan melanggar hak cipta. Dilarang meng-copy dengan tujuan komersial.)

 

Siapa yang bisa menahan tangis membaca cerita begini?

Gempa bumi Tohoku …
pada hari Jumat Agung,
membuatku tambah menangis…..

Aku merasa beruntung menemukan buku ini
Aku merasa beruntung bisa bahasa Jepang
Aku merasa beruntung mempunyai sahabat-sahabat nyata dan maya yang baik-baik.
Aku merasa beruntung juga bisa membagikan cerita ini di sini.
Semoga bermanfaat.

dan

HAPPY EASTER

=Imelda=

Dunia Kecil

24 Jan

what a small world…. adalah suatu frase yang akhir-akhir ini sering saya gunakan, yang disadari keberadaannya dan dikomentari oleh Daniel Mahendra dalam tulisan sebelum ini. Dunia itu kecil!

Ya, ya, ya aku tahu memang berkat internet maka dunia itu seakan tidak ada batas-batasnya lagi. Batas teritori, batas waktu, batas -batas yang dibuat manusia. Tapi bukan soal pengetahuan umum ini yang ingin kubahas kali ini.  Bukan pula blog bertajuk “Dunia Kecil” yang dikelola Indira, seorang Master yang Mrs dan baru berulang tahun tanggal 22 Januari lalu. Tapi aku ingin bercerita sedikit pada peranan Twilight Express a.k.a. TE , alias blogku dalam pertemuan-pertemuan yang boleh dikatakan aneh atau ajaib.

Masih ingat Wita, pelopor blogger yang kopdaran dengan aku di Tokyo? Ternyata waktu dia muncul di apartemenku itu melalui perjalanan yang tidak mudah. Dia baru tulis di blognya pengalaman mencari apartemenku di Tokyo, dengan judul: “Road to Nerima”.  Semenjak dia berkunjung ke blog TE memang akhirnya kami menjadi akrab.  Dan pada saat yang hampir bersamaan TE kedatangan seorang tamu reguler yang agak ROM namanya mirip yaitu Whita Kutsuki. Kata Gen ROM adalah kategori pembaca tanpa komentar, atau sesekali saja berkomentar. Singkatan dari Read Only Member (dan ada beberapa yang mengaku padaku bahwa dirinya adalah silent reader TE). Dengan Whita yang ROM ini, aku bisa bertemu di KBRI Tokyo, karena kebetulan dia mau perpanjang paspornya (dan aku mengambil paspor adikku). Ceritanya ada di sini.

Siapa nyana, sambil ngobrol-ngobrol begitu, aku menangkap satu benang merah yang akhirnya membuat Wita dan Whita ini bertemu (paling sedikit bercakap-cakap di FB). Ternyata sodara-sodara, kedua wita ini berasal dari jurusan yang sama di Universitas Moestopo (yang letaknya dekat rumahku juga).

Kebetulan yang seperti ini ternyata terulang lagi, belum lama ini, 4 hari yang lalu. Ketika Ria bercerita mengenai perjalanan karir dia di chat. Sejak kuliah sampai dia bekerja di indo.com. Nah waktu aku mendengar nama perusahaannya indo.com aku jadi teringat bahwa aku pernah memesan tiket jakarta-jogja melalui wita/alma yang kala itu bekerja di indo.com. Aku juga pernah memesan hotel di Bandung melalui indo.com juga. Ternyata Ria adalah “sempai” dari wita di kantor indo.com, yang telah keluar kerja dari situ waktu wita masuk.

Tentu saja akhirnya Ria dan Wita berteman dan mereka bisa bercakap-cakap menceritakan nostalgia di kantor lama mereka berdua. Bertemunya di TE, meskipun memang jika aku tidak akrab dengan mereka, mungkin selamanya tidak akan timbul “benang merah” itu.

Pertemuan antar teman sekampus, teman sekantor, atau bahkan hubungan yang agak jauh seperti  aku dan mas trainer yang merupakan kakak dari senior di SMA (yang sama-sama merupakan anggota Science Club dan Sanggar Fotografi) dapat terjadi karena membaca blog dan berinteraksi.

Bahkan berkat TE juga aku bisa menemukan nenek moyang dari keluargaku Coutrier yang ternyata berasal dari daerah Polombangkeng/Galesong di Makassar. Dan ternyata Jumria Rachman a.k.a Ria adalah saudara sedarah jika ditelusuri sampai ke 4-5 generasi di atas kami.  Mungkin karena darah kami sama itu ya, yang menyebabkan kami akrab. Lucunya, kalau aku yang sedang misuh-misuh, Ria yang menghibur dan menasehati. Tapi ada kalanya juga gantian, Ria yang misuh-misuh dan aku sambil tertawa meredam kekesalan dia.

Tapi bukan hanya unsur “darah” dan “gembil” nya saja deh yang menyebabkan kami akrab. Ditambah dengan beda 9 hari deh ulang tahun di antara kami. Ya Ria baru saja berulang-tahun  tanggal 23 Januari kemarin. Kadang aku berkata padanya, “Kamu mustinya lahir lebih cepat 1-2 hari supaya masuk horoskop Capricorn, karena kamu lebih banyak sifat Capricornnya daripada Aquarius” hehehe. So, selamat ulang tahun saudaraku tersayang, Jumria Rachman. Nanti aku cari waktu untuk kita berdua menjelajah tanah Galesong bersama dan menelusuri sejarah nenek moyang kita ya. Maaf terlambat menuliskan di TE, tapi sudah lewat fesbuk dan sms kan ya… Aku senang sekali menemukan Ria sebagai sahabat dan saudara di blogsphere.

(Dua orang bersaudara jauuuh, mirip ngga? dimirip-miripin deh ya. Umur sih beda jauh lahhhh hihihi. Bayangkan Ria di Duri, aku di Tokyo ketemunya di dunia maya….)

Well, aku masih menunggu kejadian-kejadian pertemuan antar pembaca TE yang aneh bin ajaib, sehingga bisa merasakan kehebatan internet dalam silaturahmi antar manusia. Yang sudah saling bertemu sendiri lapor-lapor ya!!! (weleh aku kok seperti mak comblang aja yah? hihihi)

Dan sebentar lagi TE di domain ini akan menyambut ulang tahun ke dua pada tanggal 1 Maret nanti. Kalau lihat di samping kiri tertera bahwa sudah ada 696 tulisan di TE (padahal semestinya bisa lebih banyak lagi, tapi terkadang rasa malas dan kurang waktu menyerang), dengan 10.958 komentar. Aku ingin menyambut komentator ke 11.111 sebagai peringatan yang terakhir (soalnya 22.222 masih akan lamaaaaaaa sekali), sambil aku juga akan melanjutkan menuliskan perjalanan hidup, dari dini hari ke senja hari, from dawn to dusk, sambil menaiki “kereta” Twilight Express. Aku tidak tahu seberapa pentingnya TE  bagi pembaca, tapi TE penting bagiku sebagai kenangan perjalanan hidup seorang Imelda.

Ramah Tamah

19 Jun

Dalam bahasa Jepang ada beberapa kata yang merefer ke pertemuan ramah-tamah yang bertujuan untuk lebih mengakrabkan anggota suatu organisasi atau perkumpulan. Yang biasa dipakai adalah Konshinkai, こんしんかい  懇親会. Misal sesudah acara formal seminar atau diskusi, diberi alokasi waktu untuk minum kopi dan bercakap-cakap, atau lebih khusus lagi dengan membuat acara jamuan makan malam. Kata ini sering aku pakai dalam kegiatan menjadi MC di Kedutaan atau di Universitas.

Tapi sejak Riku masuk TK, aku baru bertemu dengan kata Shinbokukai しんぼくかい 親睦会. Rupanya meskipun artinya sama, kata konshinkai yang di atas masih berkesan “kaku” dan untuk suatu struktur organisasi yang sudah jelas. Sedangkan shinbokukai itu lebih “merakyat” dan bisa dipakai untuk pertemuan-pertemuan yang “lebih akrab” tidak formal  seperti keluarga besar misalnya. Dan hari Rabu tgl 17 Juni yang lalu, aku mengikuti Shinbokukai dari kelas 1-2, kelasnya Riku.

Rabu pagi, aku terlambat pergi ke sekolahnya Riku, untuk acara pertemuan murid shinbokukai. Sebetulnya mau dibilang terlambat juga tidak, karena acara mulai jam 9:30. Tapi karena aku pengurus, seharusnya datang 30 menit lebih cepat, yaitu jam 9. Dan aku terlambat 10 menit gara-gara tidak menemukan “Kartu pass masuk ke dalam sekolah”. Setiap orangtua murid yang masuk ke dalam lingkungan sekolah, harus memakai kartu pass masuk demi keamanan sekolah. Nah, selasanya  aku masih pakai kartu itu untuk rapat PTA dan melanjutkan membuat ebi (origami) dan magnet dari nendo sampai jam 2 siang. Tapi lupa setelah pulang taruh di mana. Karena begitu sampai rumah, aku terkapar di tempat tidur! Benar-benar capek.

Akhirnya daripada terlambat banyak aku sambar saja kartu pass milik Gen, dan … aku pakai terbalik  supaya tidak terbaca namanya, tapi dari jauh tetap terlihat pakai kartu pass…. hihihi (jangan ditiru). Dan dengan terpaksa aku mendorong sepeda masuk ke dalam lingkungan sekolah (sebetulnya dilarang datang dengan sepeda kalau tidak terpaksa banget). Abis, aku bawa banyak barang, yaitu kue konsumsi untuk 30 orang, dan peralatan lainnya.

Hari Rabu itu adalah hari pertemuan orangtua murid kelasnya Riku yang bertajuk shinbokukai, “ramah tamah”. Dan di dalam ramah-tamah itu, aku dan dua pengurus PTA yang menjadi pemimpin dalam kelas. Kami menyampaikan pesan-pesan dari sekolah, dan menampung keluhan atau pertanyaan dari teman-teman orang tua murid yang lain. Selain itu kami juga sebetulnya yang menjadi penentu untuk “keakraban antar orangtua”. Jika akrab, maka nanti-nantinya akan mudah untuk menggerakkan orang tua, minta tolong ini-itu, dan tentu saja mudah mendapatkan macam-macam informasi tentang pembelajaran anak-anak kita sendiri di sekolah. (Selain tentunya gosip ini-itu hehhehe, maklum lah wanita suka gosip kan?)

Nah, seperti biasa aku tidak pernah memakai “bahasa sopan” dalam pertemuan seperti ini. Boleh dibilang, aku menghindari “pembuatan jarak” dengan pemilihan pemakaian bahasa. Bukan karena aku tidak bisa bahasa sopan, tapi dengan menunjukkan “kebodohan berbahasa” (mumpung orang asing)  aku berharap mereka dapat menerima dan membiasakan untuk saling akrab. Toh ini bukan forum resmi. (Tentu saja untuk penyampaian informasi yang formal, aku masih memakai bahasa sopan. Karena seperti bahasa Jawa, bahasa Jepang mempunyai 3 tingkatan bahasa, sopan, biasa dan kasar)

Dan akhirnya semua mulai akrab dengan memperkenalkan diri dan menyebutkan hobi masing-masing, serta menggunakan waktu free time untuk saling beramah tamah. Dan karena kegiatan seperti ini hanya disetting satu kali saja (tidak ada kelanjutannya, kecuali kami bertiga yang membuat) , maka pada akhir acara, dengan tidak sengaja aku mengatakan,”Lunch…..” dan langsung disambut…”Mau, mau….” . Loh…. maksudku, nanti kita buat acara lunch bareng deh, tapi bukan hari ini. Eeee beberapa orang antusias sekali untuk makan siang bersama hari itu juga. Wow… kesempatan bagus untuk lebih mengakrabkan diri. Dan karena aku yang mengatakan “Lunch”, berarti aku harus ikut pergi bersama dong. Soliderrrrr. Sedangkan dua pengurus yang lain tidak bisa ikut karena mereka ada kerjaan lain.

Kami pergi ke restoran dekat rumah yang bernama Royal Host, sebuah family restaurant satu-satunya yang terdekat dengan SDnya Riku. Kira-kira  setengah dari yang hadir hari itu (12 orang dari 24 orang) memenuhi restoran yang selalu penuh pada jam makan siang. Tapi kami mendapat tempat khusus, karena rupanya ada salah satu ibu yang bekerja part time di restoran itu. Jadi dia langsung menghubungi temannya untuk membuatkan tempat bagi kami. Tapi sayangnya dia harus bekerja melayani kami, sehingga tidak bisa ikut duduk dan makan bersama.

(Kadang aku merasa aneh dengan keadaan ini, seorang teman melayani kita di suatu restoran/toko, tanpa rasa malu. Aku belum pernah menemukan kasus seperti ini di Indonesia, jadi agak risih pertamanya. Tapi di sini semua orang bekerja! apa saja! bahkan menyapu tokonya, dan tidak malu dilihat temannya. Bangga akan pekerjaannya. Aku rasa, semestinya banyak orang Indonesia harus melihat dan mencontoh “semangat” ini. Jangan malu bekerja apa saja, bahkan di depan teman dan keluarga)

Karena kami hanya punya waktu satu jam 15 menit sebelum anak-anak pulang sekolah, maka kami cepat-cepat memesan makanan dan mempergunakan waktu sebaik-baiknya dengan saling memberitahukan email Handphone (di Jepang bukan sistem SMS, sehingga harus menuliskan alamat email HP yang panjang itu, untuk kemudian di save). Dan rupanya semua ibu-ibu punya rasa ingin tahu yang besar “tentang Imelda”, kapan datang ke Jepang, kenapa bisa bahasa Jepang dsb dsb, sehingga aku jadi seperti diinterogasi deh hehehe. Tapi yang pasti aku merasa senang sekali karena dengan adanya acara shinbokukai dan dilanjutkan dengan lunch bersama ini, rasanya aku menambah teman sebanyak 12 orang lagi. Teman-teman dengan latar belakang yang sama, yaitu ibu dari seorang murid SD. Semoga saja keakraban ini bisa berlanjut dan sama-sama bisa melewati masa penting dalam mendidik anak.

Sabtu yang ajaib

10 Feb

Kalau mau dibilang kebetulan, ya memang kebetulan. Tapi oleh beberapa teman blogger selalu dikatakan bahwa tidak ada kebetulan di dunia ini. Ya terpaksa saya mengakuinya. Tapi kalau saya bilang ajaib boleh dong ya?

Pernah tidak di antara teman-teman yang bertemu seseorang di suatu tempat lalu orang itu berkata: Ohh Mbak/Mas  XxXx yang punya blog YyYy ya? Saya selalu baca blog kamu loh. Dan waktu dia mengatakan namanya, memang kamu ingat dia pernah menuliskan komentar di blog kamu.

Well, saya pernah dan sudah 3 kali. Dua kali terjadi pada kesempatan yang sama, yaitu dalam acara kebaktian KMKI di Tachikawa. Ada dua gadis dalam kesempatan berbeda (dan tidak saling mengenal) mendatangi saya, dan mengatakan “Saya pernah baca blog Ibu!”. Nah loh.

Dan hari Sabtu kemarin, waktu saya menunggu waktu untuk makan malam bersama mahasiswa Univ Senshu dan Ibu Sasaki di lobby Sekolah RI Tokyo, tiba-tiba masuk serombongan mahasiswa. Lalu seorang mahasiswi, melihat saya dan mengatakan, “Ibu Imelda? Saya selalu membaca blog Ibu”. Wahhhh. Dan waktu saya menanyakan namanya, dia menyebut Wheni. Saya ingat memang Wheni pernah satu kali menulis tentang Jogja (di posting Aku ingin pergi jauuuhhh), begini:

“salam kenal..saya suka baca blognya ibu heheh…kebetulan saya dr jogja jdi mo ngucapin selamat nikmatin jogja..jangan lupa gudegnya dicoba ya bu..”

Kok bisa ketemu di Sekolah Indonesia di Meguro? Saya yang tidak setiap bulan ke sana, dan Wheni juga waktu itu datang pertama kali untuk latihan angklung ke situ. Kok bisa waktunya pas ya? Wheni mengenali saya terutama karena melihat KAI. Dia tanya itu Kai atau Riku? (jadi yang celeb itu Kai dan Riku bukan Mamanya hihihi… yah kecipratan dikiiiit deh). Memang seperti ada yang mengatur…. dan ini kejadian yang ke tiga kalinya saya bertemu pembaca blog saya di Tokyo.

Dan ajaibnya hari Sabtu itu bertambah karena saya juga bertemu dengan seorang Jepang yang sudah 5 tahun tidak bertemu, dan berada dalam rombongan Wheni itu. Dia adalah aranger musik bernama Yoichi, yang membantu Katon dalam pembuatan CD Loveholic. Terakhir kami bertemu di Jakarta, di rumah makan Penang Bistro.

Saya harus melewatkan waktu 2,5 jam sebelum acara berikutnya di Restoran cabe setelah meeting KMKI. Pertamanya saya pikir pasti bete menghabiskan waktu selama itu. Eeee tahu-tahunya bertemu dua orang yang tidak disangka, sehingga kami bisa bercakap-cakap, dan waktu 2,5 jam berlalu begitu saja.

Pukul 5 saya berjalan ke arah restoran bersama Kai untuk memenuhi janji makan malam pukul 5:30. Acara kali ini adalah untuk selamatan kelulusan mahasiswa yang pernah mengambil mata kuliah bahasa Indonesia 3-4 tahun yang lalu. Bulan Maret ini mereka lulus dan wisuda. Ada yang melanjutkan belajar, ada yang bekerja, seperti Ayu-san yang diterima bekerja di ANA (Baca Perbedaan Usia). Dan Tozu Arisa san, mahasiswa penyandang cacat tubuh yang giat mengumpulkan kursi roda bekas untuk dikirim ke Jogjakarta, seperti sudah pernah saya posting di “Kursi Roda dari Jepang“.

http://i15.photobucket.com/albums/a371/emi_myst/blog4/IMG_6197.jpg

(kiri : Ayu san- Kai-Saya-Takeda san – Sasaki Sensei) (kanan: Tozu san -Sasaki sensei-Kai-saya)

Kelompok ini boleh dibilang aneh, karena terdiri dari bermacam jurusan yang berbeda, dan hanya bertemu 2 kali seminggu dalam pelajaran bahasa Indonesia (waktu itu dipegang Ibu Sasaki berdua dengan saya). Dan kelompok ini juga pernah mengadakan gashuku (seminar di luar kota), kami bersama-sama pergi ke hot spring di Hakone. Di situ Riku pertama kali  masuk hot spring (usia 2 tahun)

(kiri : Arbi sensei (kebetulan juga bertemu di restoran ini)-Saya dan Kai- Sasaki sensei)

Tidak tahu kapan lagi bisa bertemu bersama-sama, karena pasti mereka sibuk sebagai pegawai baru. Tapi saya yakin mereka suatu waktu akan mengadakan reuni kembali. Semoga saja.

Sabtu ini memang ajaib…..

Kebetulan yang aneh

30 Okt

Sebetulnya mau dibilang aneh bener juga nggak. Karena saya sudah tahu bahwa ada seorang tante juga yang masuk rumah sakit yang sama dengan mama. Dia di lantai 5 sedangkan mama di lantai 7 dengan penyakit yang berlainan.

Kemarin pagi mulai jam 6 aya aplus menjaga mama di RS, dan kemudian menemaninya ikut fisioterapi untuk kaki dan tangan kanannya (ternyata tangan kanannya juga sulit dipakai, yang saya ketahui baru waktu menemaninya menggosok gigi…. bukan tangannya yang bergerak tapi gigi/mukanya…Ffffhhhh).

Masuk ruang Fisioterapi, di sana ada 3 orang lain, satu anak kecil yang kemudian pergi karena sudah selesai, lalu ada seorang oma dan seorang kakek lain. Kemudian mama menempati tempat tidur di seberang si Oma Belanda ini. Kenapa belanda? Karena si Mas Bambang, ahli fisioterapi ini menyapa dia dengan sedikit bahasa Belanda.  Sambil mama disinar tangannya, si Mas Bambang ini melatih si Oma Belanda dengan, “Ein twee drie fier ….. tin 1,2,3,4 …10 bahasa Belanda. Aku rasa geli sekali karena pengucapannya itu `medok’ ..Belanda jawa gitu. Nah…setelah selesai, Si Mas Bambang ini menuntun si Oma berlatih jalan. Saat itu saya merasa aneh….

“Pak, pasien itu namanya Mutter?”

“Betul bu…. ”
Ya Ampun….. ya itu tante saya, alias kakak iparnya Mama. Saya tidak yakin dengan tampilang tubuh bagian belakang, tapi setelah meyakinkan wajahnya…

“Tante …ingat saya? (Duuuh pertanyaan yang salah ditujukan kepada orang yang aku ketemu 10 tahun sekali hehehhe)

“Coutrier…. Imelda”

“(Dalam bahasa Belanda) Tunggu sebentar… mana mama? dia kan juga di RS ini…”
“(Dalam bahasa Belanda) Ya…itu di depannya tante….)

Jadilah dua pasien adik ipar dan kakak ipar saling menjenguk di Ruang Fisioterapi. Sambil Mas Bambang dan petugas lain ramai bercanda dengan bahasa Jawa… (Kok iso ketemune di rumah sakit…. Si Mbak pinter boso londo gitu, kok iso ya? Yo, biasa denger… Lah…anakku ora iso jowo, tiap hari denger…krusak krusuk)

“Ya, saya juga iso jowo….hihihi, ngerti aja kalo bicara ya ngga bisa… ”

So, pagi kemarin ada lagi satu kejadian pertemuan yang aneh, meskipun prosentase kemungkinan terjadinya memang tinggi. Tapi saya pernah mengalami suatu pertemuan yang aneh di Lourdes, Perancis Utara Selatan. Lourdes adalah tempat Ziarah bagi umat Katolik dan setiap hari jutaan orang berkunjung di sini dari berbagai negara. Di situ saya bergabung dengan Day Pilgrim berbahasa Inggris, mengikuti misa bersama di bawah gereja utama…dan kebetulan karena grup ini kecil, saya yang disuruh mewakili grup membawa “papan nama” bahasa Inggris (seperti defile gitu deh). Nah berkat itu juga, tiba-tiba saya dipanggil oleh kakak teman sekelas, Mbak Elmi dan suami. “Imelda…. ya ampun kok bisa ketemu di sini”.

Ya memang aneh, karena dia dan suaminya sedang belajar Sastra Jawa di Belanda dan kebetulan ke Lourdes, sedangkan saya sedang short stay di London dan kebetulan ke Lourdes…. Dan di situ saya merasa bahwa dunia ini kecil adanya.

“Its a small world afterall”

Saya rasa banyak juga di antara teman-teman yang mengalami pertemuan aneh seperti ini. Bertemu kenalan di suatu tempat yang tidak diduga.

Mama dan Tante Zus (Eleonora Mutter)